Lapangan SMA Kartini sedang sangat ramai karena mereka akan melaksanakan upacara bendera. Agatha sedang kebingungan sambil merutuki dirinya, bagaimana bisa dia lupa untuk membawa topinya.
"Tapi aku yakin banget, topi itu udah ada di dalam tas," gumam Agatha sambil berulang kali mencari topinya.
"Kamu tumben banget sih, Tha. Coba ingat mungkin tergeletak dimana gitu," ucap Junita yang sama paniknya seperti Agatha.
Agatha menggeleng, ia sudah berusaha untuk mencari sepertinya benar topinya sudah tidak ada lagi.
"Udah deh, aku nyerah aja. Kayaknya hari ini aku bakal kena hukum," lesu Agatha dan kembali merapikan barang-barangnya.
"Dek kenapa nggak baris?" Agatha dan Junita melihat Alvaro yang berada di ambang pintu. Alvaro sangat terkejut dan tersenyum saat ia sudah mengetahui di mana ruang kelas gadis itu.
"Topi sahabat saya ketinggalan, Kak. Jadi boleh dicari dulu nggak," ucap Junita.
Alvaro menghampiri mereka berdua. "Lo pergi aja dulu ke lapangan biar sahabat lo yang teledor ini gue temenin," ucap Alvaro sedangkan Junita melihat cowok itu dengan tidak suka lalu kemudia ia melangkah menuju lapangan.
"Maaf banget ya, Al. Aku yakin banget topinya udah ada di dalam tas tapi sekarang udah nggak ada," ucap Agatha sambil menundukkan kepalanya.
"Benar udah nggak ada lagi?" tanya Alvaro dan Agatha menggangguk yakin.
Alvaro melepaskan topinya dan memasangkan pada kepala Agatha. Agatha sangat terkejut saat melihat Alvaro sedang memakaikan topi dikepalanya. Ia dapat melihat dari dekat, Alvaro dan merasakan aroma mint yang keluar dari pernapasan cowok itu memenuhi indra penciumannya. Tangan Alvaro bergerak, menyisihkan rambut Agatha ke belakang telinga dan mencubit pelan pipi gadis itu.
"Udah nggak usah takut lagi," ucap Alvaro sedangkan Agatha masih diam di tempatnya.
"Nanti kamu pakai apa dong?" tanya Agatha sedangkan Alvaro hanya tersenyum.
"Lagian gue cowok kalaupun kena hukum itu udah biasa," jawab Alvaro.
"Tapi Alvaro itu osis loh, mending Agatha aja yang kena hukum." Alvaro menahan tangan Agatha yang ingin melepas topinya, ia menarik pelan tubuh gadis itu dan membawanya ke tengah lapangan.
Semua pandangan tertuju pada mereka berdua, terutama saat melihat tangan Alvaro yang mengenggam tangan milik Agatha.
"Udah nggak usah dipeduliin, semangat upacaranya, ya." Alvaro menepuk pelan kepala Agatha dan meninggalkannya bersama Junita.
"Itu topi dia ya, Tha?" tanya Junita dan diangguki oleh Agatha. Wajah Junita seketika berubah menjadi tidak suka, ia memegang tangan Agatha dan menarik agar lebih dekat dengannya.
"Jujur, Tha. Aku nggak suka kalau kamu dekat sama dia," bisik Junita sedangkan Agatha hanya diam mematung.
Angin berhembus pelan bersamaan dengan sinar mentari yang tidak terlalu terik Agatha, Dirma dan Junita sedang berbaring di atas rumput sambil meminum teh botol mereka. Ketiganya baru saja membantu Bu Vivi untuk membersihkan gudang dan memilih untuk bersantai di taman.
"Tha, aku dengar dari Junita kamu lagi dekat sama Alvaro ya?" tanya Dirma setelah melempar tepat botol bekasnya ke dalam tong sampah.
Agatha mengangguk dan duduk menyender pada batang pohon. "Belum lama sih," jawab Agatha. Dirma dan Junita ikut mengubah posisi mereka seperti Agatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agatha
FanfictionHamil di saat dirinya masih menginjak bangku sekolah. Di campakkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Siapa yang mau menemani seorang perempuan tak suci lagi sepertinya? 'Ini semua sudah menjadi takdir ku. Salah ku tak mendengarkan kata mereka hingga...