41 ; Selamat tinggal

142 11 18
                                    

Arrghhh sial!" Gooreum jatuh kakinya berdarah.

Belum sempat Goreum menampar Nara, Tante lian ternyata masih bisa menembak badannya terlindungi dengan rompi bom yang pakainya meski bomnya adalah mainan tetapi kualitas rompinya tidak bisa di ragukan.

"Sakit... Tetapi aku masi selamat... Fiuhh." di saat itu juga polisi datang mengepung membuat para bawahan gooreum menjatuhkan senjata dan mengangkat tangannya.

"LETAKKAN SEMUA SENJATA!!!!" Lebih dari 20orang di kerahkan.

"Kak Jae!!" Chenle yang bersama teman lainnya segera datang menghampiri.

"Kalian aman sekarang." Kata Chenle lalu berlari menuju Nara.

"Chenle... Tolong Jeno.." suaraku melemah saat melihat bagaimana keadaan Jeno.

"KAU! ANAK SIALAN! AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU!!!!" Papa berteriak kencang menatap tajam kepadaku berteriak seperti kesetanan sebelum di bawa oleh polisi.

"Tenang Nar.. jiwa busuknya akan di ungkap media." Kata Chenle menenangkan ku

"Tolong cari Jaemin dan ayah kandungku.. mereka meninggal dan aku tidak tau jasadnya"

Aku mengangguk pasrah setelah di yakinkan Chenle melihat sekelilingku sangat kacau, semua orang tampak lemas bahkan Jeno pun nyaris menjadi korban, melihat kakakku yang tampak pucat dan ibuku yang terbaring lemas hatiku sangat sakit.

Bukan hanya aku yang pergi kerumah sakit tetapi juga, ibuku, kak Jaehyun dan Jeno. Mereka sama-sama terluka.

"Jen tahan sebentar ya kita segera sampai." Kataku gusar ambulan melaju cepat dengan sirine keras, dapat ku lihat dari kaca banyak mobil menepi memberi jalan untuk mobil ambulan yang sedang kami tumpangi.

" Kataku gusar ambulan melaju cepat dengan sirine keras, dapat ku lihat dari kaca banyak mobil menepi memberi jalan untuk mobil ambulan yang sedang kami tumpangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tring~
Handphone nara berbunyi

"H-halo..."

"Kak doyoung..."

"Maafkan aku tidak bisa ikut menjagamu Nara.."
"Aku dan squad bersama Chenle sedang perjalanan pulang bersama."

"Hmn.."
"Gapapa kok kak.. makasih ya udah mau bantu Nara."

Aku bertelepon bersama kak Doyoung, setidaknya teman kakakku yang satu ini menghilangkan rasa gelisah ku saat menunggu Jeno yang masih ada di dalam ruangan. Sepertinya pacarku itu akan mendapatkan luka bekas jahitan di perutnya.

Di akhir telefon kami kak Doyoung berbicara "maafin kita nar gak ikut bareng kamu, tapi kita bakalan jenguk kamu bareng sama squad yang lain."

Dokter keluar dan menghampiriku. "Keluarga atas nama Lee jeno?"

Baru juga aku berdiri tiba-tiba ada wanita yang berlari dari kejauhan menyerobot ku. "Saya dokter.. saya mamahnya." Sembari memekik.

Different - Lee Jeno ✔|| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang