05 ; Kantin

215 46 1
                                    

"Oh itu sama jen--"

"Jen?"

###

Nara segera memberhentikan kalimatku. Oh ya Tuhan Nara lupa bahwa yang bisa melihat hanya Nara.

"Sama siapa?"

"Oh tadi itu aku nyanyi, gak ngobrol." kata Nara berusaha senormal mungkin.

Somi hanya ber "O" ria.

Fiuhh.. Untunglah dia acuh dengan jawabanku

***

Nara dan Somi sampai tepat di depan sekolah.

"Bagaimana bisa aku sekolah di tempat busuk seperti ini."

Aku menoleh, mendapati Somi menatap Gedung sekolah yang kita tempati.

"Aku Juga."menyetujui kalimatnya

Somi, dia orang asing yang bisa dibilang dia nyasar mendapatkan beasiswa yang Ia idam-idamkan. Karna dia mencari di internet, sekolah inilah yang sangat bagus dan tersohor di seoul. Namun kenyataan berbanding terbalik ketika ia sekolah disini, Somi tidak nyaman dirinya ingin pindah sekolah, tetapi karna dia bertemu Nara. Somi mengurungkan niatnya untuk keluar sekolah meski sekolah yang ia tempati adalah hasil beasiswa dan kerja keras selama menempuh pendidikan SMP 3 Tahun, uniknya , Somi sangat bagus yang di maksud bagus adalah nilai-nilai akademis.

"Kita sama." kata Nara dan somi bersamaan.

"Jangan... Jangan..."

"Kita ini...."

"Jodoh!"kata Nara dan somi, dilanjutkan dengan tawa. "Hahahahaha.."

Tiiinnn!!! Tinnn!!

"Heh! Minggir!"

Tawa Nara dan Somi luntur seketika. Bola mata somi melirik malas sudah pasti Ia tau pemilik mobil dari suaranya saja tanpa melihat, semua tau jika itu Yena and the friends.

mobil Sport Yena yang berisikan Bella dan Nancy, siapa lagi jika bukan mereka? Mobil merah mengkilat yang mahal harganya, semua tau jika Yena anak dari seorang pemilik Apartemen di Gangnam, dan beberapa cabang di Seoul.

"Minggir lo pada!"

"Ih.. Iya..iya.. Ini minggir! Dasar Tuan Puteri!" itu suara Somi.

"Tiiiiinnnn!!!!" sambil melajukan mobilnya.

"Dasar!! Nyolot! kekayaan orang tuannya aja sombong!" Somi mengacungkan jari tengahnya.

"Udah.. biarin."

"Mati hari ini juga biar tau rasa."

"Na temen lo kok nakutin sih."

Mata Nara melotot, melihat Jeno tiba-tiba saja muncul di belakang kawanku.

"Hust diem!"

"Ih.. Iya-iya Na, maaf. Jangan melotot gitu gue takut." kata Somi memundurkan langkahnya.

"Eh.."

Padahal mata dan kalimatku ini ku ajukan untuk jeno. Hahaha.. Sangat lucu.

Different - Lee Jeno ✔|| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang