Hari ini adalah hari pertama nya bersekolah di SMA Nirwana sekolah swasta yang cukup elit di daerah pusat kota, karena orang tuanya yang mendadak pindah rumah ke Jakarta, tentunya Meissa pun harus pindah sekolah bukan.
Meissa hanya berharap di sekolah barunya ini, dia bisa beradaptasi dengan baik dan menjalani masa SMA nya dengan damai.
Saat gadis itu memasuki kelas barunya suasana riuh dari penghuni kelas salah hal pertama kali yang menyambut kedatangannya.
Gadis berambut sebahu itu menjelajahi ruangan yang akan menjadi kelasnya serta orang-orang yang akan menjadi teman di sekolah baru nya ini.
Deg.
Apa Meissa tak salah lihat, seperti nya dia kenal sekali dengan sosok lelaki yang sedang menulis di pojokan kelas itu.
Ketika cowok itu mengangkat pandangannya sontak saja mata mereka bertemu, Meissa bisa melihat dengan jelas seringaian dari bibir itu.
Sepertinya Meissa salah pindah ke sekolah ini.
Tentu gadis itu tidak lupa dengan sosok cowok yang terkena siraman air pel-an oleh nya.
Dan Meissa pun sangat ingat dengan jelas kata-kata terakhir yang di lontarkan oleh korbannya. Intinya 'Tanggung jawab' adalah jalan keluarnya.
"Ayo Meissa perkenalkan diri kamu." Suara dari Bu Hayati menyadarkan lamunan Meissa.
Gadis itu mengalihkan pandangannya dan mulai memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama gue Meissa Calista gue murid pindahan dari Surabaya."
"Pindah ke hati Abang aja mau ga neng?"
"Rumahnya di mana?"
"Nama bapak nya siapa?"
"Lo ngapain nanyain bapa nya?" Danu melirik ke arah Bastian.
"Mau langsung ngelamar gue."
Huuuu!
Sorakan dari penghuni kelas XI IPA 3 kini memenuhi ruangan menyebabkan suasana menjadi bising dan ricuh.
"Sudah sudah! Meissa sekarang kamu duduk di ...." Bu Hayati meneliti setiap kursi yang di duduki oleh siswanya berharap ada kursi yang kosong. Dan senyumnya mengembang saat penglihatannya menangkap satu-satunya kursi yang kosong di sana.
"Samping Azzkara, Azzkara tolong angkat tangannya sebentar."
Di karena kan Aksa hari ini tidak sekolah jadilah kursi di samping Azzkara tidak terpakai. Memang di kelas ini kursi dan meja nya tidak ada yang tidak terpakai alasannya adalah agar menghindari kerusakan pada pasilitas sekolah.
Senyum Azzkara mengembang jika besok Aska sekolah Azzkara akan menyuruhnya mengambil kursi dan meja di gudang agar Aska yang minggat di sebelahnya.
Cerdik sekali bukan otak sebiji apel Azzkara ini?
Mata Meissa semakin melotot saat mengetahui teman sebangkunya adalah Azzkara.
Yah, Meissa sekarang tau nama cowok itu adalah Azzkara.
Mau tak mau akhirnya gadis itu berjalan dengan langkah yang terasa berat menuju kursi baru nya.
"Kaki lo ketempelan mahluk halus yah? Langkahnya barat banget gue lihat."
"Mungkin karena gue mau duduk di samping mahluk halus."
"Maksud gue mahluk halus di kaki lo itu kuman."
Meissa memutar bola matanya." Gue ngga kenal sama lo."
"Lo beneran mendadak amnesia? Santai aja nanti gue ingetin, dan lo ngga akan lepas tanggung jawab dari gue."
Tak menghiraukan omongan Azzkara, Meissa lebih memilih duduk, pura-pura sibuk dengan dunianya sendiri.
Tak terasa setelah beberapa jam mereka mendengarkan siraman rohani dari guru yang mengajar akhirnya waktu istirahat yang teramat di nantikan oleh seluruh penghuni kelas itu tiba.
Tak tau kemana mungkin karena sudah teramat bosan berada di dalam kelas seluruh orang yang berada di dalam kelas itu sudah keluar semua menyisakan Azzkara dengan Meissa berdua di sana.
Saat gadis itu hendak bangkit dari duduknya, Azzkara mulai menghalangi jalan gadis itu.
"Mau lo apa sih?!"
"Minta pertanggung jawaban lah."
"Kata-kata lo ambigu tau ga."
"Lah gue bener kan? Lo harus tanggung jawab. Kalo lo ngga mau gue pastiin lo ngga akan damai sekolah di sini, karena gue pasti akan terus ganggu lo, Meimei."
"Nama gue Meissa."
"Gue ngga nanya."
Rese juga nih cowok.
"Yaudah! Apa yang harus gue lakuin buat tanggung jawab sama lo?"
"Jadi suruhannya gue."
"Secara ga langsung lo mau bilang gue buat jadi babunya lo gitu?"
"Ternyata otak lo lebih pintar dari bintang laut."
"Ngga! Gue ngga mau, cukup di rumah aja tiap hari minggu gue di jadiin babu ngga juga di sekolah yah."
"Kenapa lo malah curhat?"
"Ih! Siapa sih lo rese banget jadi cowok?!" Cukup! Meissa tak tahan jika terus di ganggu oleh orang seperti Azzkara yang ada darah tinggi dia lama-lama.
"Nama gue Azzkara kirey kalo kata dua bocah temen lo di rumah gue sih manggilnya Bang Azz tapi kalo Ayah Handa gue manggilnya Abang, kalo Bunda, Mama, Ve ... Nda, ibu gue di rumah manggilnya Azz doang."
"Emang gue punya temen di rumah lo?"
"Punya lah, Mei-mei kan temennya Upin Ipin di rumah gue juga ada dua bocah ke gitu cuman kepalanya doang yang ga botak."
Baru kali ini Meissa bertemu dengan cowok seperti Azzkara, bener lama-lama dia di gangguin sama cowok modelan begini hidupnya ngga akan tentang.
Lebih baik Meissa turuti saja kemauan nya untuk saat ini.
"Lagian gue cuman butuh dua minggu buat lo jadi babu gue itupun sekedar di sekolah."
"Oke! Gue akan tanggung jawab! Sekarang awas gue mau keluar."
Senyum Azzkara terbit.
"Mulai dari besok lo resmi jadi babu nya gue."
Meissa tak menggubris perkataan Azzkara, karena kesal gadis itu menutup pintu kelas dengan keras hingga menimbulkan bunyi nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZKARA
Teen FictionAzzkara, cowok dengan pendirian teguh, anti dengan yang namanya pacaran. Cowok yang sangat minim pengetahuan tentang perempuan, dan tentunya, satu-satunya orang yang belum pernah pacaran di antara temannya. Namun, setelah mengenal Meissa, gadis pin...