°•. A Z Z K A R A✓

34 5 0
                                    


|| C H A P T E R 13||

- M e n d a p a t  h u k u m a n -

•••🌼•••

Pagi ini, Meissa sudah sangat tampil datang ke sekolah. Salah satu tujuannya adalah menemui Azzkara! Bagaimana ini? Mereka belum mengerjakan tugas kemarin dan hari ini sudah harus di kumpulkan.

Kalau saja guru mata pelajaran kali ini tidak se-killer itu, mungkin Meissa tidak akan se khawatir ini.

Kenapa juga dia harus duduk sebangku dengan Azzkara! Jadilah kalau ada tugas kelompok berdua Meissa harus dengan cowok itu.

Menyebalkan!

Meissa sengaja datang sangat pagi supaya ada waktu buat mengerjakan PR itu dan sekarang setelah datang di sekolah Azzkara belum ada!

Catatan nya ada pada buku cowok itu.

Kalau tau kejadian nya akan seperti ini Meissa jadi menyesal kemarin dia mau so-soan menjaili Azzkara.

Gadis itu memilih keluar ruangan dan menunggu di depan pintu kelasnya.

"Eh, Meissa ngapain bengong di sini." Jesicca yang hendak masuk ke dalam kelasnya yang berada di sebelah kelas Meissa memilih menghampiri gadis itu.

Jesicca adalah teman kecil Meissa, rumah mereka bertetangga, dulu saat umurnya 8 tahun-an meissa menemani neneknya tinggal di Surabaya, dan sekarang setelah neneknya meninggal dia kembali ke Jakarta menetap bersama orangtuanya kembali.

Bisa di bilang meissa sangat dekat dengan neneknya dulu, jadi tidak heran jika gadis itu rela tinggal di sana.

Namun saat di sekolah, mereka jarang bertemu karena ber-beda kelas.

"Gue lagi nungguin Azzkara, belum ngerjain tugas kelompok sama dia, mana di kumpulin nya sekarang."

Jesicca tertawa. "Gue tadi liat, dia malah santai-santai aja sama geng nya di warung."

Mata Meissa melotot horor. "Yang bener?"

"He'em, serius kalo ngga percaya ayo liat gue temenin." Jesicca menggandeng tangan Meissa mengajaknya ke warung belakang sekolah.

Benar saja di sana ada Azzkara, dengan tiga cunguk yang selalu bersama-nya.

"Eh ada bebeb Mei-mei mau kemana neng?" Bastian orang pertama yang menyambut Meissa.

Yang kedua Danu, dia bukan menyambut Meissa melainkan menyambut mantan kesayangan nya, Jesicca.

"Ada ayang Jesjes mau ketemu Abang Danu ya?" Jesicca bergidik geli, demi apa dulu Jesicca mau pacaran dengan orang seperti Danu?

Meissa memilih langsung menemui Azzkara.

"Tugas kemarin ada di buku lo kan Azz kalo lo ngga mau ngerjain bareng, yaudah biar gue aja, sini mana buku nya."

Azzkara menggaruk kepalanya yang terasa gatal.

"A-anu itu apa." Azzkara melirik ke arah temannya bermaksud meminta bantuan.

"Jangan bilang ...." Meissa menatap horor Azzkara.

"Aduh! Maklum lah Mei manusia itu tempatnya lupa gue sebagai manusia biasa bisa apa kalo udah lupa?" Cowok itu memperlihatkan wajah se-menyedihkan mungkin.

"Kenapa bisa lupa Azzkara! Bukannya kemarin di simpen di tas? Ko bisa lupa bawa?" Tak habis pikir dengan melakukan Azzkara! Meissa mengontrol emosi nya perlahan.

"Kemarin tas gue di geledah sama tuyul dikira ada duit nya kali. Pas di cek emang ngga ada duitnya gue kere, jadilah tu dua tuyul ngamuk buku gue di sembunyiin ngga tau kemana." Azzkara mengingat tingkat ke-resean dua adik kembarnya, yang suka minta duit sembarangan, kalo  ngga di kasih ya nyolong secara terbuka.

"AZZKARA LO RESE BANGET SIH!"

"Itu tandanya gue lagi laper, beliin makanan gih."

Sudah! Bodo amat! Meissa sudah sangat pasrah. Bodo amat Azzkara! Bodo amat!

Ingin rasanya gadis itu menampol muka ganteng Azzkara.

Pletek!

Aska menggeplak kepala Azzkara dengan tas nya.

"Saakit setan!"

"Abang Azz kasar, malu tuh sama Mei-mei."

"Kenapa kalo gue ngomong setan di sebutnya kasar? Padahal kan setan mahluk halus."

"Terserah Manusia goblok aja." Danu beranjak mendekati Jesicca.

"Jesjes gue mau nanya boleh?" Jesicca menatap malas Danu.

"Apa!"

"Kenapa cewek kalo pake filter beda banget sama yang asli?"

"Sengaja! Biar kalo ada yang nyantet, jin nya nyasar."

Danu mengusap dadanya, sabar. Setelahnya Jesicca dan meissa berlalu dari sana.
•••

"Kenapa bukunya cuman ada segini? Siapa saja yang tidak mengerjakan tugas saya?!" Guru perempuan berbadan gempal dengan kacamata bulat yang menambah kesan garang itu menatap nyalang penghuni kelas.

Tamat sudah riwayat Meissa! Dengan ragu-ragu gadis itu mengangkat tangannya ke atas. "Kelompok, S-saya dengan Azzkara Bu."

"AZZKARA! PASTI KAMU BIANG KEROK NYA KAN TIDAK MAU MENGERJAKAN TUGAS SAYA!"

"Laki-laki emang selalu salah di mata perempuan." Azzkara menggelengkan kepalanya heran.

"Biar adil, kalian berdua ibu hukum!"

"Selamat menjalankan hukuman anak Handa." Tawa mengejek pecah dari mulut Danu.

"Hukumannya apa Bu?"

"Kalian tau pohon besar yang ada di halaman sekolah?"

Meissa dan Azzkara mengangguk.

"Karena kalian tidak mengerjakan pelajaran matematika saya, jadi hukumannya adalah hitung semua daun kering yang jatuh dari pohon itu. Semuanya! Saya tidak mau tau bagaimana pun caranya setelah saya cek bawah pohon itu harus sudah bersih."

"Dan ... jangan coba-coba bohongi saya tentang jumlah daun yang kalian hitung kalo kalian bohong saya sumpahin kalian berjodoh."

AZZKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang