°•. A Z Z K A R A ✓

43 6 2
                                    


Visual

Meissa Calista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meissa Calista





|| C H A P T E R 08||

-p e r i h a l s a l i n t u g a s-

••• 🌼 •••

"PACARKU DI TIKUNG TEMAN."

"SIALAN."

"AKU JADI SENDIRIAN."

"SIALAN."

"MALAM MINGGU SENDIRIAN."

"SIALAN."

"BRISIK! LO PADA GANGGU GUE BELAJAR!" Vita, selaku orang yang terganggu karena tingkah berisik dari geng-nya Azzkara, kini murka.

"Jangan dengerin lah." Aska mencibir.

"Gue punya kuping kalo lo lupa."

"Gue kira itu kuping gajah."

"Maksud lo kuping gue lebar kaya kuping gajah gitu?!"

"Lo yang ngomong btw."

Tak habis pikir dengan kedua orang itu yang selalu saja berdebat Azzkara mengeluarkan pendapatnya. "Ke nya lo berdua cocok deh, kenapa ngga pacaran aja."

"Ogah!"

"Ogah!"

"Tuh, kan barengan. Kata pak haji kalo pada jaim ujungnya jodoh loh."

"Berisik!"

"Berisik!"

Mereka semua saling pandang kemudian tawa mengejek pecah dari bibir Bastian. Danu menepuk-nepuk pundaknya Aska dengan tawa yang belum reda.

"Gue nih, belum juga jadian udah kena tikung." Bastian mengelus dadanya sabar.

"Muka lo serius amat, gue bercanda kali. Ngga mau gue jadi tukang tikung. Cukup gue aja yang korban tikung." Danu bergidik melihat wajah Aska yang teramat serius.

"Kalo gue jadi Jessica sih, gue juga pasti lebih milih Adit dari pada manusia panu kaya lo."

"Abang Azz mulutnya minta banget di hujat."

"Bibir cogan ngga pernah kena hujat."

"Kena tampol mau?" Danu mengangkat sepatunya.

"Sepatu lo juga insecure kalo liat muka gue."

"Iyain aja rezeki udah ada yang ngatur."

Suara pintu kelas yang terbuka kini mengalihkan perhatian semua orang di sana.

Meissa memasuki kelas dengan setumpuk buku paket di tangannya.

"Di suruh nulis sama Bu Hayati kalo udah beres nanti di kumpulin."

"Ah! Males banget tangan gue keseleo."

"Eh tapi kalo di suruh sama ayang Mei-mei sih Abang Danu siap lahir batin."

Azzkara mendorong Danu yang sedang duduk di sebelahnya agar segera pergi.

"Duduk di kursi lo, bentar lagi ada guru."

"Tidak berprikemanusiaan sekali Handa ini."

"Ngapain bawa-bawa nama bapak gue?"

"Diem! Buruan nulis bentar lagi istirahat."

Meissa duduk di sebelah Azzkara dan mulai mencatat.

"Kalo lo udah, jangan lupa salin punya gue gue juga."

Meissa memejamkan matanya geram.

"Terus lo mau ngapain?"

"Gue mau ngapalin ayat kursi, takut. Banyak setan nya kalo deket sama lo."

"Tangan gue kebas lama-lama nulis."

"Lupa yah? Baru juga hari pertama jadi babu udah banyak ngeluh."

"Terserah lo, setan."

"Astagfirullah, setan nya mulai keluar."

•••

"Bang, gorengannya berminyak amat ngga pernah kena air wudhu ya?"

"Lu belum pernah ke siram minyak panas ya?" Pedagang gorengan di pinggir jalan itu menatap Azzkara tanpa minat.

"Ampun bang, becanda doang gue bang, baperan amat sering di PHP in ya?"

"Banyak yang cuman tukeran receh doang ya bang bukan mo beli."

Danu menoleh. "Tau banget lo, Bas. Pengalaman yah?"

"Kalau lo ngerasa hidup ini ngga adil, inget di luar sana banyak yang hidupnya enak dan serba kecukupan, jadiin itu motifasi biar hidup lo makin terpuruk Bas," ujar Azzkara, menepuk pundaknya Bastian prihatin.

"Jika yang ada di pikiran lo, hidup lo itu ngga guna. Coba deh di pikir-pikir lagi gue rasa itu ... emang benar adanya."

"Anda membenci diri anda sendiri? Ingat! Di luar sana juga banyak yang membenci anda."

"Anda frustasi, itu tujuan kami."

"Mau mati gratis ngga Bas?"

Pedagang gorengan yang sedari tadi menyimak kini mulai buka suara.

"Yang sabar mas, punya temen toxic semua."

AZZKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang