||C H A P T E R 16||-P e r h a t i a n A z z k a r a-
•••🌼•••
Meissa keluar dari supermarket dengan beberapa camilan dan eskrim rasa pisang di tangannya. Gadis dengan rambut sebahu yang tergerai itu kini tengah berjalan santai menikmati udara sore hari ini yang terasa lebih segar.
Entahlah, mungkin hanya perasaan Meissa saja, atau memang benar sore ini suasananya memang sangat berbeda. Awan di atas nya terlihat lebih cantik dengan hiasan warna oranye yang mulai muncul.
Cuaca hari ini mendung, tidak seperti biasanya.
Memikirkan tentang hukuman di sekolah tadi, Meissa menjadi sedikit tidak tenang, bagaimana tidak! Meissa terpaksa berbohong soal jumlah daun yang sudah di kumpulkan tadi siang kepada guru matematika killer nya.
Mungkin kalau tidak berbohong, Meissa sudah seperti orang gila di sana.
Persetan dengan omongannya guru itu Meissa tidak perduli!
Lagian, jodoh itu ada di tangan Tuhan bukan di mulut gurunya! Sungguh tidak mungkin seorang Meissa akan menjadi pacarnya manusia gila macam Azzkara!
Oh tidak mungkin.
Gadis itu berjalan dengan santai, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti saat matanya melihat anak kecil yang tengah menangis keras di pinggir jalan.
Anak itu tidak sendiri melainkan dengan satu lagi bocah seusia nya, dan ... cowok seperti apa itu yang hanya mendiami anak kecil saat sedang menangis.
Sayang sekali Meissa tidak bisa melihat wajah nya.
Dengan segenap rasa kemanusiaan yang di milikinya, Meissa menghampiri bocah yang tengah menangis itu.
"Eh, dek kenapa nangis?"
Meissa berjongkok menyamakan tubuhnya dengan anak laki-laki itu.
Sampai suara orang yang akhir-akhir ini dia kenali ada di sana.
"Lo ngapain di sini?"
Meissa mendongak, di tempatnya Azzkara terlihat heran.
"Lo ngga inget ini daerah perumahan gue?"
Azzkara memperhatikan sekelilingnya. Dan benar saja ini memang daerah rumah cewek itu.
"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini? Ini Ade lo?" Meissa melirik ke arah Darey. "Lo bikin nangis?"
Azzkara hendak menjawab, namun suara Darey lebih dulu menyela.
"Bukan! Darey aja ganteng masa abangnya kaya gitu." Sambil mengusap ingusnya yang meluber, Darey mendekati Meissa.
"Bener banget, masa anak ganteng kaya kamu punya Abang minus akhlak." Tawa mengejek pecah dari mulut Darey, sementara Diirey yang dari tadi hanya menjadi penonton mulai mengulurkan tangannya, menarik ujung baju Azzkara tiga kali.
"Bang Azz, mendingan black list aja Darey dari daptar adik, Abang aja ngga di akui." Kompor mulai di nyalakan.
Azzkara mengangguk-anggukan kepalanya.
"Udah bukan adik gue."
Darey kembali menangis, ini lebih parah anak itu sampai longsoran di pinggir jalan.
"HUAAA... Molli Abang Azz jahat."
"Lah, perasaan tadi ada yang bilang gue bukan Abang lo ya?"
Diirey tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZKARA
Teen FictionAzzkara, cowok dengan pendirian teguh, anti dengan yang namanya pacaran. Cowok yang sangat minim pengetahuan tentang perempuan, dan tentunya, satu-satunya orang yang belum pernah pacaran di antara temannya. Namun, setelah mengenal Meissa, gadis pin...