°•.A Z Z K A R A ✓

38 7 1
                                    


||C H A P T E R 12||

-B e r b e d a-

•••🌼•••

Saat ini, Azzkara masih berada di acara mancing bersama di danau. Jujur saja tenggorokan nya sudah sangat seret kebanyakan ngomong.

"Om tenggorokan Azzkara kering nih."

"Perlu saya siram pake air danau?"

"Jahat sekali anda ini."

"Heran saya, orang tua kamu siapa sih?" tanya Devon. Dia hanya ingin tau siapa orang yang telah melahirkan anak seperti Azzkara ini.

"Cie, kepo kaya Dora." Azzkara menutup mulutnya keceplosan."Ngga deng, Ayah Azz namanya Saga handa bagaskara, kalo bunda namanya, Venda."

Devon menyimak, seperti tak asing dengan nama itu.

"Oh." Tak ambil pusing Devon kembali pokus pada pancingannya.

"Adik saya Rafa sebentar lagi katanya mau ke sini. Saya sudah pesan belikan minuman. Kurang baik apa saya?"

Huh! Azzkara terharu.

"Udah di mana?"

"Ngga tau, katanya udah Deket."

"Kalo ngga nyebutin nama tempatnya, itu sih masih jauh om." Azzkara meluruskan kakinya, pegal.

"So tau kamu."

"Azz mau nanya, Om pernah hidup susah ngga?"

"Pernah." Devon masih menatap lurus ke hamparan danau di hadapannya. Sepertinya itu lebih menarik dari pada melihat wajah tampan Azzkara.

"Pernah dengar bisikan syaiton juga?" tanya Azzkara penasaran memang.

Dahi Devon bergelombang, pertanyaan macam apa itu?

"Boleh Kaka pesugihan nya kita lagi ada promo loh, cuman sampe akhir bulan." Suara Azzkara di desain sedemikian sehingga tepat persis menyerupai.

Ingin rasanya Devon menjitak kepalanya Azzkara saat ini.

Pemuda yang satu ini sungguh benar-benar langka.

Tidak ada teman cowok, pacar, ataupun mantan Meissa yang seberani Azzkara dalam berbicara dengannya.

Biasanya, pacar Meissa yang sudah-sudah akan memperlihatkan sikap kalem, so cool dan tidak berani mengeluarkan candaan-candaan seperti itu.

Eh tapi Devon tidak tau Azzkara ini siapanya Meissa.

"Kamu siapanya anak saya?"

"Temen, om. Kenapa? Mau yah punya calon kaya saya?" Azzkara menaik-turunkan alisnya.

"Bagus kalo gitu, anak saya bisa ketularan gila jika pacaran sama kamu."

"Eh, Abang Azz yang ganteng ini emang ngga mau pacaran Om, tidak ada dalam kamus seorang Azzkara kirey kata pacaran. Huh."

"Kamu belum pernah pacaran?"

Azzkara hanya menggeleng polos.

"Pantesan Sikapnya natural ngga ada yang di lebih-lebihkan." Devon dapat menyimpulkan bahwa Azzkara ini memang belum pernah pacaran, terbukti dari awal kali mereka bertemu sampai saat ini tidak ada satupun sikap Azzkara yang di palsukan.

Maksudnya Azzkara bersikap seadanya, apa adanya. Itu sikap dia yang menyebalkan dan pemuda itu pun tidak punya pengalaman pertama kali bertemu dengan orang tua pacarnya.

Karena memang dia belum pernah punya pacar.

"YOOO! Mamennn!" Dari kejauhan Azzkara dapat melihat cowok yang mirip dengan Papanya Meissa ini berteriak ke arahnya.

"HOOO WhatsApp! Bro!" Azzkara balas melambaikan tangannya.

Cowok itu melompat- lompat dan memperlakukan Azzkara seperti teman lama yang baru bertemu kembali.

Namun, setelah otak mereka kembali barulah mereka sadar.

"Lo siapa?"

"Azzkara om, om siapa?"

Devon menepuk pundak cowok yang mirip dengan nya itu memperkenalkan pada Azzkara.

"Ini adik saya, Rafa. Emang susah kalo sesama manusia SKSD di pertemuan."

"Wah! Dapet dari mana ni bocah?" Rafa merangkul pundak Azzkara. Memang benar, Rafa ini sama seperti Azzkara. Sok kenal so deket, padahal keduanya tidak saling mengenal.

Dalam sekejap sudah seperti teman yang sangat akrab.

"Ngga tau tiba-tiba ada di rumah." Devon merebut minuman kaleng dari pelastik yang di bawa Rafa, dan membagikannya pada Azzkara.

"Makasih Om." Azzkara meneguk minuman itu dengan nikmat.

"Akhirnya, tenggorokan Azz selamat."

"Mobil lo di mana?" tanya Devon, tumben sekali Rafa tidak membawa mobil kesayangannya.

"Noh, di sana." Rafi menunjuk pinggiran jalan yang terdapat mobil berwarna merah di sana. "Mobil gue mogok mana berat banget lagi kalo di dorong."

Azzkara mengikuti arah pandang mereka.
Cowok itu tengah bersiap-siap seperti hendak membantu.

"Seberat apapun pekerjaan, akan terasa ringan apabila ... tidak di kerjakan."

"Bener banget broo! Cape banget gue bodo amat mendingan kita nobar." Rafa mengeluarkan handphone nya dan duduk di bawah pohon tempat semula Azzkara duduk dengan Devon.

Azzkara dengan semangat mengikuti.

Sementara Devon yang sudah tau akhirnya akan seperti ini, hanya bisa kembali bersabar. Maklum sebagai satu-satunya orang waras di antara mereka dia yang harus banyak sabar bukan.

"Saran film tentang menjelajah hutan dong Azz, nanti kapan-kapan kita bisa turing bareng." Rafa sudah siap mengetikkan kata apa yang akan keluar dari mulut Azzkara.

"Dora the Explorer, om cocok tuh."

"Apakah kamu melihat monyet saya?" Rafa bertanya.

"Yaa!"

"Mana?"

"Di hadapan saya!"

Devon menyumpal telinganya dengan koran.

"Nyesel gue nemuin mereka berdua."

AZZKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang