Dia Pergi atau Tidak?

1.1K 100 5
                                    

Assalamualaikum

Typo:tandai


"Apa dia akan mati?"

"Aku dengar dia hanya tertidur panjang," tambah seorang gadis cantik yang duduk ditikar kecil.

"Mungkin dia selamat tapi kesempatan untuk membuat dia pergi masih terjejer rapi di otak ku," dia tersenyum licik.Tanganya mengoyangkan gelas berisi anggur merah sesekali dia tenguk.

"Lagi pula racun yang aku berikan memang bukan untuk menghabisinya tapi obat tidur dengan dosis tinggilah yang membuatnya seperti mayat hidup," tambahnya membuat orang disampingnya bergidik ngeri.

"Sampai kapan dia tertidur?"

"Aku tidak tau.Bisa saja waktu dekat atau mungkin tidak akan bangun selamanya." dia pergi setelah mengatakan itu mengisakan gadis cantik berhanfu merah.

"Dia sangat malang.Bahkan dalam tidur panjang pun dia pasti merasa kesepian," gumannya.

Disisi lain atau lebih tepatnya di kediaman putri Tianxia.Ruangan itu terasa sepi dan sunyi bahkan saat malam kediaman itu dibiarkan gelap dan hanya setitik cahaya.Di atas ranjang putri masih memejamkan matanya dan disampingnya ada pelayan yang masih setia menemainya.

"Putri kapan bangun Ne Ra kesepian jika tidak mendengar suara putri," lirihnya mengelus tangan dingin itu.

Pagi hari yang cerah serta cahaya matahari yang masuk dalam celah celah membuat kediaman putri Tianxia menjadi terang.Didalam sana terdapat seorang gadis sedang duduk diatas ranjang dengan sesekali meringis kuat bahkan demi mengurangi rasa sakit kepala dia menjambak kuat rambutnya.

Selang tidak lama rasa sakitnya sudah mulai reda.Dia menongak dengan tatapan penuh arti "Putri Tianxia si buruk rupa," gumannya.

"Kenapa gue harus berjebak dalam skenario yang sama Tuhan.Didunia sana gua bisa menjadi iblis tapi kenapa disini gue harus jadi orang yang dianggap sampah oleh keluarganya,"

Sekenario yang sama?Yaitu tidak mendapatkan kasih sayang keluarga.Terdapat banyak berbedaan diantara mereka seperti.Putri Tianxia lebih memilih mengejar kasih sayang keluarga sekalipun harus merendahkan dirinya jika dihina maka hanya diam lalu pergi sedangkan dia malah dikejar kasih orang tuanya jika dihina maka nyawalah balasannya.

Siapa dia?Acia A.Tubuh dari zaman modern harus ber-transmigrasi saat dia sedang tidur malam.Dia tidak tau kenapa tiba-tiba jiwanya terlempar ke raga seorang putri yang selalu dihina lingkungannya.Tapi yang pasti dia akan membrantas orang yang detik ini juga menghina atau mencaci makinya dan menjadikan dirinya orang yang ditakuti se-kekaisan ini.

"Putri Tianxia!" pekik seorang pelayan pribadi yang tidak bukan Ne Ra.

Putri Tianxia mendongak menatap bingung Ne Ra "kenapa kau berteriak?" ucap tegas namun kalem itu membuat Ne Ra sedikit kaget.

"Bibi hanya senang akhirnya putri bisa bangun secepat ini," Ne Ra berlari dan langsung memeluk putri Tianxia.

"Kau berlebihan sekali," putri Tianxia terkekeh.

Ternyata oh ternyata penyebab Cia harus ber-transmigrasi adalah racun.Dia tidak tau akankah dia bisa kembali ke dunia modern atau malah  terjebak disini sampai akhir umurnya?Karena yang pasti hidupnya akan lebih menantang didunia kuno ini.

"Apa putri merasakan sesuatu?Biar bibi memanggil tabib kesini," Tianxia menggeleng.

"Aku sudah tidak apa.Aku ingin mandi saja," ucap Tianxia.

Cia yang ada diraga Tianxia adalah orang pendiam dan dingin namun dia berusaha lembut dengan pelayan yang telah menemani pemilik raga ini dan menganggapnya seperti Bi Turtik.

Ngomongin tentang dunianya,apa kabar dengan raga yang telah berpisah apa raganya koma atau meninggal?Cia dibuat pusing jika harus memikirkannya lebih baik dia mandi air hangat saja.

"Baiklah akan segera bibi siapkan putri," Ne Ra melangkah masuk dalam pemandian untuk mengiapkan air hangat.

"Putri airnya sudah siap.Mari saya bantu,"

"Tidak perlu.Aku ingin mandi sendiri dan jangan memanggilku putri, panggil Xia saja," ucap Tianxia melangkah pergi sebelum Ne Ra mengucapkan kata.

Xia mandi dengan waktu tiga puluh menit.Dia keluar dengan handuk yang melilit ditubuhnya.Ne Ra langsung berdiri dan bersiap membuka pintu dimana banyak sekali hanfu didalamnya.

"Putri ingin pakai yang mana?"

"Sudah aku bilang panggil aku Xia saja,"

"Tapi putri itu tidak sopan,"

"Aku yang memintamu jadi tidak apa jika kau memanggil dengan namaku,"

"Tap-"

"Hus,,,aku tidak menerima penolakan.Dan tolong carikan aku hanfu hitam," alih Xia.

"Maaf pu-eh Xia tidak pernah punya hanfu hitam,"

"Hm biru aja kalau enggak ada" Ne Ra mengeleng.

"Terus yang ada warna apa?"

"Merah,"

"Hanya?" Ne Ra mengernyit bingung sedangkan Xia berdecak saat melihat orang dihadapannya tidak paham katanya.

"Hanya merah kah?"

"Ah iya semua nya merah Xia.Apa Xia lupa kalau cuma punya hanfu merah,"

Xia mendelik sambil mengejap mata "Yasudah ambil aku itu saja," Ne Ra mengangguk lalu tanganya terulur untuk mengambil satu hanfu merah.

"Ini Xia,"

"Hm.Dan ya selagi aku berganti pakaian bibi pergilah ke toko pembuat hanfu dan bawa kesini," titah Xia sebelum masuk kembali ke pemandian.

Selang tidak lama Xia sudah keluar dari sana dengan tangan berusaha mengepol rambut panjangnya.Sepertinya aku harus potong rambut batin Xia.

"Xia penjualnya sudah datang dan sekarang dia ada ditaman utama," ujar Ne Ra baru saja masuk.

"Loh aku kan meminta bibi buat suruh kesini kenapa malah di taman utama?" tanya Xia menyerngit bingung.

"Bibi juga udah bilang gitu tapi mereka tetep kekeh disana dan tadi mereka sempet menolak karena yang menguruh mereka adalah Xia.Tapi bibi paksa," cengir Ne Ra.

"Huft,,,yasudah ayo kita kesana sekarang,tapi tunggu dulu apa disini ada cadar?" tanya Xia melirik sekitar.

"Sepertinya ada sebentar bibi cari dulu," jawab Ne Ra membuka lemari baju dan merogohnya sedikit dalam.

"Nah ini," ucap Ne Ra menyerahkan selembar kain cadar bewarna merah.

'Merah lagi,,,yasudalah toh juga cocok sama hanfunya,'

"Makasih bi," Xia mengambil kain itu lalu memakainya.

Mereka berjalan keluar kediaman menuju taman utama.Berpapasan dengan para pelayan dan prajurit, Xia hanya memasang wajah tak acuh dan membiarkan mereka mencibirnya yang penting tidak mengusiknya.

"Khem!" dehaman Xia memgalihkan pandangan penjual pakaian hanfu dan kariawannya.

"Kau mau pesan apa?Cepat katakan karena waktuku tidak banyak," ketus penjual.

"Pelanggan adalah raja apa sikapmu seperti ini pada rajanya?" tekan Xia melangkah satu kali.

"Jangankan raja melihatmu saja seperti pelac-"

Plak!

"Seperti apa hm," tanya Xia setelah menampar keras pipi penjual sedangkan mereka yang melihat dibuat kaget atas tindakannya.

"Ka-kau berani menamparku?" pekik penjual mengikis jarak lalu sedikit mencongdongkan tubuh.

"Mulutmu bau tolong jangan dekat-dekat," ucap Xia setelah menjauh beberapa langkah.

"PUTRI INI INGIN MEMBELI SEMUA HANFU BERWARNA HITAM DAN DUA HANFU UNTUK WARNA BIRU LANGIT DAN PUTIH," tekan Xia.Setelah mengatakan itu Xia langsung balik badan dan melangkah pergu tapi sebelum itu Xia melanjutkan kembali ucapannya.

"Antarkan sore ini atau kesialan akan menimpamu," imbuh Xia kembali berjalan diikuti Ne Ra yang masih terkagum dengan sisi baru tuannya.

Waalaikumsalam

ACIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang