Hadiah Untuk Cia

391 32 0
                                    

Assalamualaikum

Halo apa kabar? Baik? Alhamdulilah. Oke seperti biasa vote dulu. Sudah? Terima kasih.

"Ini tadi hari apa?" tanya Cia sambil menulis dibuku catatannya. Ia sudah mulai belajar huruf alfabet jadi tidak sulit jika harus menyalin.

"Rabu, kenapa?" jawab Ica menutup resleting lalu menyerong menatap Cia yang baru saja selesai menyalin.

"Bearti Cia pulang sendiri," gumannya tetapi Ica masih mendengarnya.

"Iya kan kakak lo harus ikut extra," Cia menganguk pelan.

"Gue heran, padahal kakak lo itu udah kelas 12 bentar lagi juga lulus kenapa masih ikut extra? Bukannya kelas 12 harus memfokuskan diri buat persiapan ujian," ujar Ica mengetuk meja dengan jari telunjuknya.

"Katanya masih bimbing adik kelas yang baru ikut extra tapi minggu depan udah out kok," sahut Cia mencangklong tasnya lalu menghadap depan sedangkan Ica hanya mengangguk paham.

"Ditempat duduk, berdoa mulai," titah Kleon membuat mereka diam dan berdoa sesuai dengan agama yang dianut.

"Selesai,"

"Oke anak-anak sampai jumpa di minggu depan, jangan lupa tugas dikerjakan," ucap bu Rini.

"Baik bu!" serentak mereka langsung bubar setelah bu Rini keluar dari kelas. Begitupun dengan Cia yang langsung pergi menuju gerbang sekolah namun sayangnya kerah baju ditarik paksa oleh pemuda tampan itu membuatnya hanya mendengus kesal.

"Masuk," Raden sedikit mendorong bahu Cia agar masuk kedalam mobilnya lalu ia berputar untuk masuk dipintu pengemudi.

Mobil yang ditumpangi dua orang itu berjalan dengan santai menuju tempat belanja ataupun bermain. Cia hanya diam memandang luar jendela, sesekali tangan mungilnya mengentuk sesuatu namun terhalang oleh kaca mobil.

Sesampainya Raden bergegas keluar lalu mengikari mobil untuk membuka pintu Cia. "Terima kasih," ucap Cia dan Raden hanya menganguk lalu mengambil sela jari Cia untuk di gandeng. Takut ilang.

"Ini dimana kak? Ramai banget kayak pasar tradisional," Cia terus berjalan sampai didepan eskalator. Melihat Raden yang tiba-tiba melepas genggam membuatnya kesusahan untuk ikut naik.

Yang ia lalukan hanya maju mundur cantik membuat beberapa orang terheran melihat kelakuannya sedangkan Raden menepuk jidat saat ia sudah diatas dan melihat bawah. "Ayo naik," titah Raden sedikit berteriak.

"Takut," cicit Cia berjalan mundur, Raden mendesah lalu berjalan mendekati eskalator yang menuju bawah.

"Ayo," ucap Raden sedikit membungkuk lalu Cia naik keatas punggungnya dan berjalan melewati eskalator itu.

"Mau turun atau masih mau digendong," ucap Raden.

"Turun," sahut Cia lalu Raden kembali menurunkan kakinya agar lebih nudah Cia turun. Setelahnya Raden membawa Cia ke stand makanan.

"Mau makan apa?"

"Ayam goreng," bodohnya ia kenapa harus bertanya jika pilihannya akan tetap sama yaitu ayam goreng. Tidak membuang waktu Raden menarik tangan Cia untuk duduk diantara salah satu meja dengan dua kursi single.

"Duduk diam and tenang, gue mau cari makanan sama minuman dulu," ucap Raden pergi sebelum mendengar jawaban dari Cia.

Duduk seperti orang polos dengan pandangan mengelilingi tempat ramai itu. Sesekali ia menyerngit bingung jika ada yang menurutnya unik. Disini jika diperhatikan dengan teliti, hanya meja ia tempatilah yang memiliki dua kursi single. Karena semuanya memiliki kursi dengan paling minim empat.

ACIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang