Ajakan Putri Ping

1.1K 80 2
                                    

Assalamualaikum

Typo:tandai

Di malam yang dingin putri Tianxia duduk diteras kediamannya dan ditemani oleh pelayan pribadinya,Ne Ra.Mereka sama-sama diam karena biasanya putri yang mengajak bicara tapi kali ini dia hanya duduk diam dengan wajah muramnya.

"Hei kau," ucap seseorang yang menganggu ketenangan putri Tianxia.

"Ada apa prajurit?" tanya Putri Tianxia.

"Aku ingin memberikanmu ini," ucap prajurit melempar gulungan kertas lalu pergi.Dasar prajurit tidak punya etika batin Ne Ra memungut gulungan kertas itu.

"Ini putri,"

"Terima kasih bi," Ne Ra mengangguk.

"Bibi pulang saja putri ingin sendiri?" pinta Putri Tianxia.

"Tapi apa tidak apa?"

"Ya karena putri sudah menyuruh bibi jadi tidak apa,"

"Baiklah aku pulang dulu dan jaga dirimu baik baik," ucap Ne Ra melangkah pergi.

Dikediaman putri Tianxia hanya dia sendiri bahkan tidak ada satupun prajurit yang menjaga tapi berbeda dengan putri Ping yang dijaga ketat oleh Kaisar apalagi putra mahkota juga turun tangan untuk melindungi putri Ping.

Selamat malam adik-ku
Apa kamu punya waktuk?Ah sepertinya harimu selalu ada waktu.Aku ingin mengajakmu minum teh bersama ditaman utama besok.Apa kamu ingin menerima ajakan-ku?Aku akan menunggumu.

Putri Ping Ling

"Wah jie jie mengajak putri minum teh," girang putri Tianxia masuk kedalam kediamannya.

"Putri harus tidur cepat agar bisa bangun lebih awal.Putri takut membuat jie jie Ping menunggu," imbuh putri Tianxia menarik selimut tipis itu.Tidak lupa dia menaruh surat dibawah bantalnya.

Seperti yang dikatakan putri Tianxia kemarin sekarang dia sudah berjalan cepat dengan hanfu merah dan belahan yang rendah.Dibelakang ada Ne Ra yang mengejar langkah putri Tianxia.

"Jie jie Ping!" pekik Putri Tianxia mendekat.

"Oh kau mei mei.Ayo duduklah," putri Ping menunjuk kursi kayu didepannya.

"Ya terima kasih," putri Tianxia duduk dengan sedikit anggun.

"Tolong tinggalkan putri ini dengan putri Tianxia," perintah putri Ping membuat mereka yang mengelilingi menganguk lalu undur diri.

"Mengapa jie jie menyuruh mereka pergi?"

"Aku ingin menghabiskan waktu luangku untukmu.Kamu tau kan selama ini aku selalu dituntut untuk belajar ini itu," jelas putri Ping.

Selama ini putri diajarkan untuk banyak hal seperti bagaimana berjalan dengan anggun makan dan duduk pun harus anggun.Sekarang putri Ping masih menguasai elemen air.

Selain Ne Ra,putri Ping juga selalu menyanyangi dan menganggap putri Tianxia sebagai adik.Walau terkadang dia harus egois saat bersama anggota kekaisaran.

"Ya jie jie benar,"

"Jie jie apa mei mei tidak bisa menguasai elemen walau cuma satu pun?" tanya putri Tianxia.Iri pasti ada saat melihat orang bertarung menggunakan elemen sedangkan dia hanya bisa menonton.

"Aku tidak tau.Tapi mungkin suatu saat nanti kamu pasti bisa menguasai semua elemen," ucap putri Ping menyemangati putri Tianxia.

"Ya mei mei pasti bisa menguasai semua elemen!" putri Tianxia tersenyum seolah membayangkan dia memiliki semua elemen itu.

"Tapi sebelum itu minumlah teh mu dulu," putri Ping mengangkat cangkir bersamaan dengan putri Tianxia menganguk lalu mengambil cangkir dihadapanmu.

"Gimana rasanya putri Tianxia? tanya putri Ping menekan namanya.

"Man-uhuk,uhuk,uhuk," putri Tianxia terbatuk sampai ada segumpahan darah berwarna hitam keluar dari mulutnya.Dia menatap putri Ping seolah meminta tolong namun putri Ping malah tertawa bahagia.

"Tunggu sampai sepuluh detik maka kamu akan pergi dari dunia ini putri yang tidak dianggap,"

"Bukan hanya tidak dianggap tapi kamu juga bodoh ternyata.Mudah sekali menipumu dengan mulut manis," imbuh putri Ping masih mempertahankan tawanya.Hingga seorang pelayan berlari kearahnya sambil menyeru nama putri Tianxia.

"Putri Tianxia!Ada apa kenapa putri terus terbatuk?" tanya Ne Ra menangkup wajah putri Tianxia.

"Hahaha lebih baik kau bawa si bodoh itu sebelum mati," ucap putri Ping membuat Ne Ra tersentak kaget lalu berusaha membopong tubuh putri kekediamannya.

"Putri bertahanlah aku akan segera membawa tabib kesini," ucap Ne Ra setelah meletakan putri Tianxia diranjang dia langsung berlari sekuat tega untuk membawa tabib.

"Jangan tinggalin Ne Ra putri," guman Ne Ra menyeka air matanya.

"TABIB BUKA PINTUNYA!" teriak Ne Ra mengedor pintu kayu itu membuat orang yang didalam terkejut.

"Ada apa pelayan putri Tianxia?" tanya Tabib saat membuka pintu.

"Hiks putri tadi batuk batuk sampai mengeluarkan darah.Aku takut akan terjadi hal buruk pada putri.Ayo kau ikut denganku untuk mengobati putri," jelas Ne Ra menaruk paksa Tabib.

"Tunggu biarkan aku membawa obat," ucap tabib menepis pelan tanganya lalu berjalan masuk mengambil tas yang berisikan obat obatan.

"Ayo," tabib menganguk dan bersip berlari sekuat tenaga.

Banyak orang yang menatap heran mereka namun mereka tak acuh bagi mereka keselamatan putri lebih penting.

"Uhuk putri ini hanya ingin disayang sama mereka tapi kenapa mereka mau mengingkirkan putri juga.Dewa tolong putri uhuk,uhuk," guman putri Tianxia.Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan darah dadanya naik turun karena tidak bisa mengontrol deru nafasnya.

Dalam hitungan detik putri Tianxia menutup matanya dan nafasnya mulai melelah bersaman dengan Ne Ra bersama tabib "Ayo cepat periksa putri dan katakan ada apa?" desak Ne Ra menghapus air matanya yang terus mengalir.

"Air mata sialan kenapa tidak mau berhenti," ucap Ne Ra semakin menangis deras.

"Tenanglah pelayan putri Tianxia.Sepertinya ada yang meracuni putri hingga membuat putri hampir kehilangan nyawa jika kau tidak segera membawaku kesini," jelas tabib.

'Apa putri Ping yang melakukan ini?' batin Ne Ra.

"Tunggulah dia sampai sadar sekarang dia akan tertidur sedikit lama," Ne Ra menganguk pelan.

"Putri kenapa hidupmu semalang ini hiks," isak Ne Ra naik keatas ranjang lalu memeluk tubuh putri.

Disisi lain atau lebih tepatnya ke zaman modern ada seorang gadis cantik menatap bulan yang bersinar terang seoalah menunjukan akan ada sesuatu yang akan terjadi selanjutnya.Dia adalah Cia,menatap kosong rembulan itu sebelum helafan nafas kasar keluar dari lubang hidungnya.

Beranjak mendekati ranjang dan menutup selimut tebal itu.Mulai menutup mata sambil tersenyum tipis, "Aku tidak tau apa yang akan terjadi keesokan hari tapi aku nyakin rencana Allah lebih indah daripada angan-anganku," ucap Cia.

Setelah Cia terlihat tidur nyenyak ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam kamar itu.Berjalan mendekati ranjang lalu berjongkok sambil menatap wajah tenang anak gadisnya.

"Sayang kapan kamu bisa nerima papa?Apa usaha papa kurang sayang hm,"

"Tapi papa juga sangat kecewa sama diri papa sendiri.Karena papa kamu harus menutup diri,"

"Sayang sampai kapanpun papa bakal selalu berusaha buat dapetin hati kamu.Dan maaf papa hanya bisa mengatakan saat kamu tidur papa terlalu pengecut untuk menghadapimu sayang," ucap seorang laki-laki paruh baya yang bernama Adenis A atau biasa dipanggil Denis.

Setelah mengatakan uneknya pada hari ini Denis pergi meninggalkan Cia yang ternyata sedang pura-pura tertidur.Dia sebenarnya tau kalau papanya sering datang saat dia tidur namun dia hanya diam dan mendengarkan ucapan papanya itu.

"Maaf," lirih Cia menatap pintu kamar itu.

Wasalamualaikum

ACIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang