Assalamualaikum
Halo apa kabar? Seperti biasa vote dulu kalau sudah terima kasih.
Typo:tandai.
Hari keempat~ Cia menatap bangunan bertingkat itu dengan diam tetapi matanya menatap salah satu balkon yang terdapat tanaman kecil berjenis bunga kaktus. Ia ingat asal mula bagaimana tanaman berduri itu ada disana.
Flasback
Dihari Rabu seperti biasa Cia akan pulang dengan Raden, mereka tidak langsung pulang melainkan pergi ke toko bunga karena Cia menginginkan sebuah bunga, Raden tidak banyak tanya hanya menuruti apa keinginan gadis yang sekarang duduk di sampingnya.
"Ngapain pengen beli bunga?" tanya Raden saat mobil sudah terparkir di teras toko bunga yang sedikit ramai.
"Nanti aja Cia cerita, sekarang Cia minta uang," ucapnya sambil menadahkan tangan. Memang Cia tidak tau diri, siapa yang beli siapa yang bayar.
Raden menyodorkan kartu hitam pada Cia. "Cia mau uang bukan kartu ktp kak,"
"Gue cuma mau dikit uang cash, takutnya kurang jadi pakek itu dulu,"
"Ngak, Cia pengennya uang bukan kartu ini," ucap Cia melempar kartu itu. Back card dibuang dengan sembarangan padahal isinya bisa membeli seluruh toko bunga.
Raden berdecak lalu mengambil semua uang cash miliknya dan diserahkan pada Cia yang diterima dengan sumringah. Tangan panjangnya terulur untuk mengambil back card miliknya.
"Udah sana buruan," titah Raden. Membuka pintu lalu menutupnya dengan keras membuat Raden terlonjat kaget.
Cia berjalan riang dengan tangan menjeberkan uang. Salah satu kariawan menghampiri Cia. "Ada yang bisa dibantu dek?"
"Cia mau cari tanaman yalkus," kata Cia menatap semua serba serbi tanaman.
"Mana ada tanaman yang namanya yalkus dek," kekehnya membuat Cia menoleh dengan sedikit cemberut. "E-maaf, mungkin maksud adek kaktus," imbuhnya.
"Mungkin iya, katanya pak Teddy ciri cirinya itu batangnya hijau, berdiri, hidup di padang mahsyar," jelas Cia.
"Dek bukan padang mahsyar tapi padang pasir," koreksi mbak kariawan dengan menggeleng kepala kecil.
"Ya pokoknya itu, Cia mau itu satu tapi tanamannya yang kecil kalau bisa se cuil ukurannya," canda Cia.
"Bentar saya bungkusin dulu,"
Selang tidak lama mbak tadi mendekati Cia dengan tangan membawa se pot kecil yang terbungkus kresek hitam. "Ini dek," ucapnya sambil menyodorkan pada Cia.
"Makasih, harganya berapa?"
"Tujuh puluh ribu dek," Cia menganguk sambil mengambil satu lembar uang merah. "Kembaliannya buat kamu aja," ujarnya sebelum melangkah pergi.
"Lama amat lo!" sungut Raden saat melihat Cia baru saja masuk lalu meletakan tanaman itu di tas dashbor.
"Tanaman apaan tuh!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ACIA [Tamat]
Short StoryJudul Awal: CIA OR XIA? Hanya cerita sederhana dari seorang gadis zaman kuno yang harus bertukar jiwa dengan gadis zaman modern Yuk kepoin~