2. First Kiss

166 49 28
                                    

"Setelah ini lo mau kemana nih?" tanya Queenara disampingnya. Fyi, Queenara adalah teman pertama Amira saat memasuki dunia perkuliahan, bukan karena tidak memiliki teman banyak melainkan karena hanya kepada Queenara, gadis itu bisa berbagi cerita. Ah tidak hanya Queenara, Amira juga memiliki teman bernama Febri. Mereka selalu bertiga kemana-kemana, namun kali ini Febri tidak masuk.

Mata Kuliah hari ini sudah selesai, Amira dan mahasiswa-mahasiswi lainnya bisa bernapas lega. Namun hari masih terasa siang walau sebenarnya sudah menuju senja.

Amira menjawab dengan nada semangat. "Gue mau ke kantin bentar, lupa beli sesuatu sih. Lo sendiri mau kemana?"

"Langsung pulang sih, soalnya orangtua gue sibuk banget nelpon katanya sodara gue ada yang meninggal."

Miris.

Satu kata yang langsung terlintas dalam benak Amira. Nasibnya dan saudara Queenara, mereka berdua sama-sama miris.

Kalau boleh jujur, Amira sangat merindukan suasana harmonis kedua orangtuanya. Dimana hanya ada Mama, Papa, dan dirinya. Hanya mereka bertiga, tidak ada tambahan Tante Fasya.

Iya, Mama dan Papa Amira sudah lama bercerai saat Amira menduduki bangku Sekolah Dasar. Dimana teman sebayanya mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tua sedangkan Amira tidak.

Setelah berbincang sebentar dengan Queenara, akhirnya Amira melangkahkan kakinya menuju tujuannya tadi, yaitu kantin. Suasana kantin lumayan ramai membuat Amira merasa tidak suka dan berniat ke rooftop untuk menenangkan pikiran, tak lupa dengan Boba dan Cemilan ringan ditangannya.

Langkahnya secara perlahan menaiki tangga tersebut tak mengundang banyak orang. Masing-masing dari mereka sibuk dengan kegiatannya sehingga langkah Amira tak menjadi sorotan. Padahal, hanya beberapa orang saja yang bisa memasuki wilayah rooftop, karena tempat itu hanyalah tempat panas yang tak ada kesejukkan sekali sehingga banyak orang tak ingin kesana.

Baru saja Amira membuka pintu rofftop tiba-tiba bertabrakan dengan kedua bola mata bulat nan coklat tersebut. Mereka saling adu beberapa detik sampai akhirnya Amira hampir terjungkal kebelakang, untung saja langsung ditangkap sang pemilik mata coklat tersebut menangkapnya namun tak berjalan sempurna yang akhirnya mereka berdua sama - sama terjatuh di pintu rooftop.

Amira memejamkan kedua mata karena merasa akan terjatuh. Selang beberapa detik kemudian Amira benar-benar jatuh tetapi tepat diatas pria tersebut. Karena Amira merasa ada yang aneh, lantas gadis itu membuka matanya perlahan dan terkejut karena pipi Amira mendarat mulus dibibir pria tersebut.

Mereka berdua sama-sama mematung dan terkejut tentunya. Sampai akhirnya Amira tersadar dan terbangun secara tiba-tiba.

Hal yang baru saja terjadi, bukankah pipi Amira bersentuhan dengan bibir? Itu berarti Amira dicium oleh pria ini? Atau bahkan ciuman?

"A-apa yang Bapak lakuin ke saya?" tanya Amira sedikit terbata-bata.

Pria itu ikut terbangun dari tempatnya dan membersihkan kemeja yang ia gunakan. "Saya hanya membuka pintu."

Amira memegang pipi kanannya mengingat kejadian barusan. "Itu first kiss saya, Pak."

"Saya tidak sengaja mencium pipi kamu Amira dan itu tidak bisa disebut first kiss."

"T-tapi menurut saya itu sama saja."

Pria itu menghela napas panjang, pria dengan kedua bola mata coklat bulat itu adalah Revan, Dosen Mata Kuliah 'Perpajakan' baru saja mencium Amira.

Ralat, pipi Amira. Benar-benar mesum sekali.

"Saya mau ke ruangan dulu."

"Tunggu Pak!" seru Amira mencegah Revan dengan cara cekalan ditangan kanannya. "Bapak harus tanggung jawab."

"Saya gak menghamili kamu, Amira."

"Tapi Bapak cium saya, itu sama saja."

"Dengan cara saya cium kamu, apakah kamu hamil?"

Amira merapatkan bibirnya merasa kesal. "Bapak gak mau minta maaf sama saya?"

"Karena mencium pipi kamu? Itu tidak sengaja, tragedi ini sangat tidak disengaja."

"Bapak mencium saya dan Bapak buat saya kesal. Saya mahasiswa, Pak."

"Saya Dosen kamu, Amira.." ujar Revan memberitahu kembali takut kalau Amira amnesia. "Baiklah, saya minta maaf atas segalanya." ujar Revan seraya meninggalkan rooftop dan berjalan menuruni tangga.

Amira memegangi pipi kanannya akibat tragedi tadi, dengan mencebikkan bibirnya Amira merasa campur aduk. Bisa-bisanya ia dicium oleh Pak Revan, terlebih adalah Dosen Mata Kuliah 'Perpajakan' tadi pagi.

.
.
.
.
.
***

A/N
Hihihi part kedua udah main cium cium aja ya🤧
Udah aku taro dideskripsi cerita kalau ini R18+ huhuhu
Jadi harap bijak ya, ranahnya dunia perkuliahan nih, dibawah umur harap bijak🔥🙏
Jangan lupa vote dan comment, nantikan di chapter selanjutnya!🐣
Terima kasih🙏

With love, kim

Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang