8. Alasan Berpisah

90 40 16
                                    

"Kalau nanti enggak bisa selesai, gue harus apa?" tanya Amira tepatnya pada dirinya sendiri.

Tubuhnya bergulung kesana kemari diatas springbed berseprai gambar minnie mouse. Gadis pecinta minnie mouse tersebut berkali-kali mengusap wajahnya lantaran bingung harus melanjutkan draft awal bagaimana lagi. Pikirannya sudah penuh dan ia sangat jenuh sekali.

Berkali-kali mengetik dan menghapus dilayar laptop miliknya seraya membuka lembaran jurnal yang sempat ia print tadi sore. Suasana malam kali ini hujan lebat disertai petir-petir yang terdengar begitu kencang. Bahkan, suara tersebut membuat pikiran Amira menjadi tak karuan.

Pak Revan, dosen yang terkenal galak, dingin, serta kaku tersebut dengan sialnya menjadi dosen pembimbing Amira dalam menyelesaikan skripsi miliknya. Bagaimana mungkin Tuhan tidak berpihak kepada dirinya?

Besok sore, gadis itu harus menepati janjinya untuk keruangan Pak Revan dan menyerahkan dua judul skripsi beserta draft awal tersebut. Jika itu tidak dilakukan, pasti Pak Revan tidak segan-segan membuat jalan menuju wisuda Amira semakin rumit.

Amira menghela napas kesal, bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bukankah seharusnya Pak Revan bersikap baik kepadanya karena sempat mencium dirinya? Walau itu tidak sengaja, tetapi jika Amira mengadukannya kepada dosen lainnya, sudah pasti Pak Revan terkena sanksi, kan? Lantas mengapa Pak Revan tidak takut hal tersebut terjadi?

Amira menutup layar laptopnya saat mendengar suara ketukan pintu, menampilkan seorang wanita paruh baya, menghampiri Amira diatas springbed tersebut.

"Anak Mama belum tidur?" tanya Nadine pada anak semata wayangnya.

Amira sengaja pulang kerumah karena rindu dengan Mama-nya yang tinggal sendirian. Lagipula, dua hari ini Amira tidak ke kampus karena tidak ada kepentingan. Barulah besok ia akan ke kampus menemui Pak Revan.

Amira mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang agar lebih leluasa berbicara dengan Mama-nya.

"Amira capek, Ma." keluh Amira kepada Mama-nya.

Nadine yang menerima keluhan tersebut tersenyum manis dan mengusap puncak kepala Amira dengan lembut serta kasih sayang. Tangannya perlahan mengusap helai demi helai rambut Amira yang dibiarkan tidak terikat. "Anak Mama harus kuat, iya kan? Karena Mama kuat, Amira harus kuat.."

Amira memejamkan matanya merasakan lembutnya usapan Nadine kepada dirinya. "Ma.. kenapa Mama dan Papa bercerai?" tanya Amira, lagi. Entah harus dijelaskan berapa kali agar Amira mengerti bahwasannya kedua orangtuanya tidak cocok dalam segi sudut pandang. Leonardo -Papa Amira- tidak menyukai profesi Nadine -Mama Amira- sebagai model majalah, sebenarnya sedari dulu Nadine berprofesi seperti itu, tetapi entah mengapa Leonardo tidak menyukai hal tersebut lagi.

"Itu jalan terbaik, Amira. Mama sayang kamu, Mama sayang Papa, dan Mama sayang keluarga kecil kita.."

"Tapi kenapa harus bercerai, Ma?" ada jeda dalam pertanyaannya, "Amira merasa hidup Amira enggak hidup.."

Masih tetap mengelus rambut Amira lembut, Nadine menjawabnya dengan senyuman. "Amira pasti ngerti apa yang Mama rasakan. Mama sayang kalian semua, sebab itu Mama harus merelakan salah satunya.."

Tanpa sadar Amira meneteskan air mata. "Ma.. Amira capek..."

Hening diantara keduanya. Hanya tersisa suara jam dinding yang sengaja ditaruh diatas meja belajar milik Amira. Keduanya sama-sama terdiam bertarung dengan pikiran dan egonya masing-masing.

Sekitar beberapa menit kemudian akhirnya Amira membuka suara lagi. "Kenapa Papa mau menikah dengan Tante Fasya? Menurut Amira, masih cantik Mama.."

Nadine tidak menanggapi, bahkan mengeluarkan suara sepatah katapun tidak. Ia hanya fokus mengusap rambut Amira dengan lembut.

Mau bagaimanapun juga, memangnya ada yang senang dengan perpisahan? Terlebih perpisahan keluarga sendiri.

Nadine hanya bisa mengatakan satu kalimat yang sangat pasti. "Mama sayang Amira.." kata Nadine dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Amira juga sayang Mama.." ada jeda sebelum akhirnya melanjutkan kembali. "tapi.. Amira lebih sayang keluarga kecil kita Ma, tanpa adanya Tante Fasya.."

Nadine tersenyum lalu kembali mengatakan. "Besok Mama mau ambil baju seragam kita Ra untuk acara Papa dan Tante Fasya.."

Amira memejamkan matanya sebentar lalu menjawab. "Acaranya kapan, Ma?"

"Dua minggu lagi, sayang.."

Amira menarik napas dan mengeluarkannya dengan pasrah. "Cepat sekali ya, Ma.."

Nadine mengangguk membenarkan lalu kembali berkata. "Dira anaknya Tante Fasya besok mau kesini, Ra. Mama kasih alamat kost Amira atau kamu mau kesini sendiri?"

"Besok Amira mampir kesini aja, Ma. Sekalian mau nyoba baju seragam juga kan? Baju kita sama dengan Dira kan, Ma?"

Nadine kembali mengangguk membernarkan. "Iya kita seragam, Ra. Oh iya, besok Mama ada pemotretan pagi, kamu kesini jam berapa?"

"Jam sore Ma, kayaknya abis magrib aja sekalian pulang dari kampus."

"Diantar jemput Pak Didik aja ya?" fyi, Pak Didik adalah supir pribadi milik keluarga Leonardo sekitar kurang lebih hampir 20 tahun lamanya.

"Enggak perlu, Ma. Amira bisa naik mobil seperti biasa saja, soalnya dikost Amira juga lumayan sepi parkiran mobilnya.."

"Kamu mau mobil baru? Mama kemarin liat keluaran terbaru mobil honda brio."

Amira menggeleng. "Enggak Ma, Amira cukup pake yang lama aja udah terlalu nyaman dan enak juga digunakan, kok."

"Urusan keuangan kamu enggak perlu khawatir, Amira. Kamu bisa bilang mau apapun ke Mama dan Papa.."

Amira mengangguk saja. Toh memang selama ini kebutuhan Amira selalu terpenuhi dengan sempurna oleh kedua orangtuanya. Tidak pernah sekalipun Amira merasakan kekurangan kasih sayang serta kebutuhan lainnya. Amira sangat bersyukur dan selalu berdoa kepada Tuhan, semoga kesempurnaan ini selalu berpihak pada Amira.

***

A/N

Haihaihai!! Im back, hoho.

Kenapa ya aku suka banget sama alur cerita ini karena bawa urusan keluarga🫨 Selama ini aku selalu bahas percintaan dan keluarga harmonis aja kan? Aku sekarang mau bawa keluarga broken home ya, dsini🥰

Semoga kalian suka dan bisa mengikuti alur cerita ini sampai selesai!☺️  Part double hari ini selesai, sampai bertemu besok ya! See u♥️

with love, kim

Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang