3. Deklarasi Papa

144 47 32
                                    

Seminggu setelah kejadian dipintu rooftop tersebut, seminggu pula Amira tidak berangkat kuliah. Gadis itu demam hebat yang mengakibatkan dirinya tak berani berangkat kuliah.

Memasuki minggu kelima yang artinya minggu depan adalah UAS (Ujian Akhir Semester) membuat Amira kepikiran. Ditambah beberapa kali Papa-nya membawa Tante Fasya kerumah walau hanya untuk makan malam bersama, diposisi seperti ini membuat Amira merasa jengah dan kesal diwaktu yang bersamaan. Mama-nya bernama Nadine memaksa Amira untuk pulang kerumah besar dan akan dirawat oleh Nadine sendiri.

Bagaimana hati Nadine saat melihat Mantan Suaminya, Tante Fasya, dan juga Amira duduk disatu meja makan dan makan malam bersama? Tentu saja menyakitkan.

Amira paham jika Mama-nya masih memiliki perasaan yang tulus kepada Papa-nya, tetapi karena beberapa hal membuat mereka berdua pisah dan memutuskan untuk mengurus Amira secara bersamaan.

Siapa yang akan Amira beritahu tentang keluh kesahnya? Tentu saja kepada dua sahabatnya, Queenara dan juga Febri. Mana mungkin Amira tega berkeluh kesah kepada Mama-nya yang lantas memiliki keluhan banyak sekali.

Amira tersenyum miris saat duduk dikursi makan, disampingnya terdapat Mama-nya, didepannya terdapat Papa-nya, dan disamping Papa-nya terdapat Tante Fasya.

"Saya berencana menikah dengan Fasya akhir tahun ini." ucap Leonardo dengan lantang dan jelas.

Mama-nya Nadine tidak terkejut, namun Amira terkejut. "Kenapa cepat sekali, Papa?"

Baiklah Amira, tetaplah tersenyum dan berpikir tidak terjadi apa-apa.

"Karena anak Tante Fasya akan segera memasuki kuliah, sangat tidak mungkin jika memiliki salah satu orangtua saja."

Lantas Amira? Apakah Papa-nya tidak memikirkan Amira?

Amira dan Nadine saling pandang sebentar, Nadine mengangguk dan menampilkan senyum manis nan anggun. "Wah Amira bakalan dapet saudara yang gak jauh umurnya, dong.." ujar Nadine menyemangati.

"Anak Tante Fasya namanya siapa? Mau kuliah dimana? Tinggal sama siapa?" tanya Amira betubi-tubi mengabaikan perkataan Nadine, Mama-nya.

Fasya tersenyum lantas menjawab. "Namanya Dira, kayaknya bakalan masuk Universitas yang sama seperti Amira, tidak apa-apa?"

Leonardo mengangguk setuju. "Apalagi kalau bisa satu kost sama Amira, gimana?"

"Cewek ya? Sepertinya bisa." jawab Amira tenang.

"Amira gak apa-apa?" tanya Leonardo memastikan jawaban anak semata wayangnya tersebut.

"Amira gak apa-apa, Papa... lagipula dari dulu Amira memang gak apa-apa kok.."

Leonardo tersenyum puas dan menatap Fasya penuh cinta. Sementara Nadine menggenggam tangan Amira dengan erat, mencoba memberikan energi.

"Berhubung pemberitahuan yang Papa berikan sudah selesai, kita bisa melanjutkan makan malam."

Setelah mengatakan itu, suasana dimeja makan tidak ada obrolan, hanya ada suara sendok garpu yang beradu dengan piring masing-masing diantara mereka.

Keluarga Leonardo menurut banyak orang diluar sana terkesan sangat harmonis, karena mereka berpisah dengan baik-baik dan tetap akur satu sama lain seperti tidak ada masalah.

Tetapi berbeda dengan Amira, gadis itu merasakan hal yang berbeda dengan pendapat orang diluar sana. Terlebih Papa-nya Leonardo seorang publik figure yang tentu saja harus memiliki citra baik untuk karirnya. Mama-nya Nadine yang notabene seorang model beberapa majalah sosialita yang biasanya ada dibeberapa salon kecantikan.

Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang