Sekitar 15 menit lamanya, Amira tidak bisa fokus pada penjelasan Pak Bambang selaku staff yang bertugas untuk memberikan tips and trick tentang menyelesaikan skripsi dengan tepat dan cepat.
Isi kepala Amira masih dipenuhi oleh bayang-bayang Pak Revan -dosen perpajakan sekaligus dosen pembimbing- tersebut terus ada. Amira tidak bisa membayangkan bagaimana jika gadis itu harus berhadapan secara rutin dengan Pak Revan nantinya?
Apakah dipermudah? Atau bahkan dipersulit?
Amira terus memikirkan hal tersebut, bagaimana nasib skripsinya nanti? Gadis itu merutuki nasibnya yang sudah menjahili Pak Revan melalui roomchat whatsapp tersebut. Lagipula, seharusnya Pak Revan lupa kan? Itu kejadian kurang lebih hampir 2x24 jam.
Amira mengeluarkan handphonenya dan memotret dirinya sendiri untuk mengupload disosial media miliknya. Ia berfikir mungkin bisa membuat mood hari ini bagus.
Setelah mengupload foto tersebut dan beberapa kali melihat reels instagram membuat hati Amira sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Hari yang indah seharusnya disambut dengan hati yang bahagia, bukan malah sebaliknya.
Setelah dirasa sudah puas membuka sosial media, Amira kembali mendengarkan penjelasan Pak Bambang yang sedari tadi sempat ia abaikan.
Queenara dan Febri sudah berada disamping kanan dan kirinya. Mereka bertiga berteman sekitar tiga setengah tahun yang lalu saat MOS (masa orientasi siswa).
~flashback on~
Semilir angin berhembus memberikan udara yang sejuk sehingga rambut-rambut Amira berterbangan mengikuti arah angin. Gadis itu duduk diatas kursi panjang yang terdapat dibawah pohon-pohon tinggi berjejer layaknya pasukan baris-berbaris.
Tangannya menyelipkan rambutnya dibelakang telinga seraya membuka lembar demi lembar brosur yang diberikan oleh panitia MOS sekitar lima menit yang lalu.
Didepannya ada banyak sekali teman-teman satu angkatannya sedang asik bercanda gurau seakan sudah mengenal lama satu sama lain. Sementara Amira, tidak ada yang ia kenal disana.
Teman-teman satu sekolahnya memilih universitas yang berbeda dengan dirinya. Secara otomatis, tinggalah Amira sendiri. Gadis itu tersenyum simpul, sudah waktunya mencari teman baru lagi.
Katanya, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Amira setuju dengan opini tersebut, karena disinilah ia merasakannya.
Beberapa menit kemudian ada yang menepuk bahunya, menampilkan dua perempuan dengan seragam yang sama dengannya. Dua perempuan itu tersenyum manis dan membuka obrolan terlebih dahulu. "Hai!" sapa dua perempuan itu secara bersamaan.
Amira tersenyum kikuk dan membalasnya. "Hai juga!"
Salah satu perempuan itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya. "Gue Nara, Queenara."
Disambut dengan satu perempuan lainnya yang ikut memperkenalkan diri. "Gue Febri, salam kenal."
Amira menyambut satu persatu tangan tersebut dan menjabatnya secara berkata. "Gue Amira Syaqilla, bisa dipanggil Amira."
"Amir aja ya?" tanya gadis bernama Queenara.
Gadis bernama Febri tersebut menyikut. "Jadi cowok, dong." sahutnya kemudian tertawa kecil.
Amira memperhatikan mereka berdua secara bergantian, nampaknya keduanya sudah saling mengenal satu sama lain. "Kalian satu sekolahan dulu?"
Queenara mengangguk. "Iya satu kelas bahkan, sampai bosan."
Febri memanyunkan bibirnya kesal. "Bosan gini, tetep lo ikutin kemana aja.."
Amira tertawa kecil menanggapinya. "Kalian berdua, lucu."
Semenjak saat itu, mereka bertiga berteman dengan baik.
~flashback off~
Lamunan Amira dibuyarkan oleh suara pesan dihandphonenya. Pesan singkat dari seorang laki-laki yang memenuhi isi kepalanya, Pak Revan.
***
Hahahaha akhirnya part ini selesai:'))
Seakan dikejar deadline banget, alhamdulilah rampung juga🥰Jangan lupa vote, comment, dan share ya! Nantikan kejutan cerita ini selanjutnya!
With love, kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]
Fiksi RemajaDiterbitkan oleh Penerbit Teorikata Info pemesanan melalui shopee🛍️ °^° DM FOR MORE INFO °^° [ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #sweetshitseries [R18+] "A-apa yang Bapak lakuin ke saya?" tanya Amira sedikit terbata-bata. Pr...