Dua minggu sudah berlalu, Amira telah melakukan enam kali bimbingan dengan Pak Revan. Gadis itu sangat bersemangat untuk menyelesaikan skripsinya dan menyelesaikan challenge yang diberikan oleh Pak Revan. Amira sangat tertantang dengan challenge tersebut. Waktu untuk menyelesaikan challenge tersebut tinggal satu minggu lagi.
Amira menatap tumpukan file yang berantakan diatas kasur miliknya. Ia sengaja pulang kerumah besar yang ditempati oleh Nadine sendirian.Amira sedang menyusun jurnal-jurnal yang akan ia gunakan untuk bimbingan lusa. Niatnya, Amira akan melakukan ujian akhir skripsi minggu depan.
Ketukan dipintu kamarnya membuat Amira tersentak dalam lamunannya. Pintu terbuka dan terdapat sosok Nadine yang masuk kedalam kamar Amira seraya membawa sebungkus makanan yang Amira yakini itu adalah martabak rasa coklat dari aromanya.
"Amira sudah makan?" tanya Nadine mendekati Amira yang terduduk lesu diatas kasurnya.
Amira beralih menatap Nadine. "Udah Ma tadi dibawah ada makanan Bibi buat."
Nadine duduk diatas kursi rias milik Amira dan menaruh plastik tersebut. "Ini Mama bawakan martabak coklat kesukaan Amira."
"Mama beli didepan?"
Nadine menggelengkan kepalanya. "Enggak, tadi dikasih seseorang."
Amira melotot sempurna, pria mana lagi yang mendekati Mamanya sekarang? Sejak berpisah dengan Leonardo, sekitar kurang lebih enam bulan setelahnya Nadine beberapa kali didekati oleh teman-teman satu kerjaannya hingga beberapa CEO diperusahaaan ternama ikut mendekati Nadine.
"Bukan teman Mama, sayang.."
Tatapan Amira semakin heran. "Maksudnya gimana, Ma? Terus siapa yang ngasih martabak coklat ini? Enggak mungkin kan kalau Mama menang giveaway dari mamang martabaknya?"
Nadine tertawa kecil menatap sayang kepada Amira. "Dimakan aja, enggak ada racunnya kok. Mama jamin itu, Amira."
Amira membenarkan helaian rambutnya kebelakang telinga. "Benar ya Ma? Kalau tiba-tiba Amira meninggal keraguan karena makan martabak coklat, ini semua tanggung jawab Mama." ujar Amira seraya diselingi tawa seraya memakan satu potongan martabak rasa coklat kesukaannya.
Mamanya melihat tumpukan file yang berantakan diatas kasur. "Ini revisian kamu, Amira?"
Amira mengangguk. "Jurnal aja sih Ma, soalnya untuk revisiannya enggak mungkin berantakan Ma pasti sudah Amira rapikan waktu diprint."
"Kamu masih bimbingan sama Revan kan? Lancar semua kan Amira?"
Amira kembali menganggukkan kepalanya membenarkan. "Lancar Ma, Amira harus ujian akhir skripsi minggu depan," ada jeda sebelum akhirnya Amira kembali melanjutkan. "Amira juga harus kejar wisuda bulan juli, Ma."
Nadine tersenyum manis seraya menatap anak semata wayangnya dengan penuh kasih sayang. Nadine merasa beberapa hari ini Amira sedikit lebih ceria dari minggu-minggu lalu. Nadine yang melihat perubahan pesat Amira merasa senang, apalagi Amira kembali bersemangat untuk memperbaiki skripsinya.
Seminggu yang lalu Amira mengunjungi rumah baru Papanya dengan Tante Fasya yang hanya berjarak 3km dari rumah utama milik Nadine. Amira dan Nadine ikut makan malam bersama karena diundang oleh Leonardo acara ulang tahun Dira. Selama disana mereka berlima membicarakan tentang perkuliahan Dira dan Amira yang berada dijurusan yang sama. Leonardo berpesan kepada kedua anaknya untuk belajar yang benar dan lulus tepat waktu. Tentu saja hal tersebut membuat Amira semakin bersemangat menyelesaikan skripsi miliknya.
Bagi Leonardo, anak adalah aset berharga dalam keluarga. Sukses atau tidaknya anak, tergantung didikan orangtuanya. Oleh karena itu dalam soal mendidik anak, Leonardo sangat disiplin dan menginginkan anaknya menjadi anak yang penurut. Leonardo tahu mana yang baik dan yang buruk untuk anaknya, terutama Amira yang lebih dulu merasakan hal tersebut.
Dira yang baru beberapa bulan dituntut oleh Leonardo terkadang menjadi pribadi yang pembangkangan. Bahkan Dira sempat bolos jam kuliah dan pergi bermain bersama teman-temannya. Tentu saja hal tersebut langsung diketahui oleh Leonardo karena banyak sekali mata-mata yang mengawasi anak-anaknya. Dira sempat mengelak, namun tetap saja Leonardo yang menang.
Berita mengejutkan kembali datang dari Tante Fasya yang dikabarkan sedang hamil tiga minggu. Tentu saja kabar gembira tersebut menjadi trending topic dibeberapa sosial media. Hal tersebut membuat Nadine dan Amira hanya bisa menerima dengan lapang dada, walau sebenarnya mereka berdua tidak begitu menginginkan hal tersebut.
***
Amira kembali menyantap helai roti dengan baluran krim coklat diatasnya yang telah dibuatkan oleh Nadine. Pagi ini Amira sudah siap untuk berangkat kekampus dengan seragam hitam putihnya karena akan melakukan ujian akhir skripsi. Amira menepati satu challenge yang diberikan Pak Revan, challenge selanjutnya yaitu mengejar target untuk wisuda bulan juli.
"Kamu nanti Mama jemput jam berapa sayang?" tanya Nadine seraya menyantap roti yang sudah diberi krim coklat.
"Amira selesai sidang jam 12 sebelum adzan dzuhur, Ma. Mungkin Mama bisa jemput setelah sholat dzuhur, Amira nanti sholat dimasjid kampus saja."
Nadine mengangguk. "Oke, soalnya Mama ada pemotretan sekitar jam dua kalau enggak salah, sih."
"Diperusahaan milik keluarga Pak Revan lagi, Ma?"
Nadine kembali mengangguk membenarkan. "Mama kayaknya bakalan berhubungan terus sama keluarga itu, Amira. Kamu tidak apa-apa kan?"
"Enggak apa-apa Ma, Amira tahu kok Mama bersikap profesional."
Nadine tersenyum manis membuat Amira ikut tersenyum. Selanjutnya mereka berdua kembali melanjutkan memakan helaian roti krim coklat untuk sarapan.
Tanpa sadar Amira mengernyitkan dahinya merasa bingung, untuk apa Nadine menanyakan perihal tersebut?
.
.
.
#A/NHallo guys! Hari ini aku update sesuai janji ya, 2 part ending! Hehe
Part 27 ending ya, bisa langsung dibaca sekaligus😍Jangan lupa tinggalkan jejak ya untuk dua part akhir ini! See u next part ending!💌
With love, kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]
Teen FictionDiterbitkan oleh Penerbit Teorikata Info pemesanan melalui shopee🛍️ °^° DM FOR MORE INFO °^° [ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #sweetshitseries [R18+] "A-apa yang Bapak lakuin ke saya?" tanya Amira sedikit terbata-bata. Pr...