Permasalahan Amira dan Leonardo sudah teratasi berkat bantuan Nadine. Mama-nya menjelaskan jika itu sebuah kesalahpahaman antara Amira dan Leonardo. Perihal yang memotret Amira dengan Pak Revan tersebut adalah Dira yang memberi penjelasan dengan tidak sengaja ingin membeli buku UTBK di gramedia namun dari kejauhan melihat Kakaknya yaitu Amira.
Sebetulnya, jarak antara apartemen Amira dan gramedia bisa ditempuh jalan kaki karena hanya berbeda empat rumah kesamping kanan. Apartment Amira berada dipinggir jalan utama dan kebetulan satu jalur dengan gramedia. Oleh karena itu, Dira bisa dengan cepat bolak-balik antara lobby apartment Amira dan gramedia.
Tentu saja Leonardo memahami hal tersebut dan menerima penjelasan dari Nadine yang mewakili isi kepala Amira, anak tunggal mereka berdua. Amira dan Leonardo saling memaafkan dan kembali berkomunikasi dengan Amira seperti biasanya. Bahkan Amira mendapatkan bonus uang jajan hingga dua digit yang masuk kerekeningnya sebagai permintaan maaf Leonardo yang telah salah paham dan menyakiti hati anaknya, Amira.
Walau didalam hati Amira yang paling dalam, gadis itu tidak memerlukan hal tersebut, yang ia butuhkan adalah keutuhan keluarga kecilnya.
Pagi ini angin berhembus dengan kencang karena awan udah mulai mendung. Cuaca beberapa hari ini sering hujan deras, mungkin karena sudah masuk musim penghujan.
Amira berdiri diatas kursi panjang yang sengaja dipasang sepanjang lorong. Ia sudah berada dikampus beberapa waktu lalu untuk melakukan bimbingan kembali dengan Pak Revan. Seminggu yang lalu Amira mengadakan seminar usul skripsinya dan alhamdulillah berjalan dengan lancar walau masih ada beberapa revisi. Namun tidak mengubah topik maupun variabel yang sudah ia kerjakan.
Lambaian tangan dari Febri dan Queenara dari jauh membuat Amira tersenyum cerah. Berkat bantuan kedua sahabatnya, agenda seminar usul Amira berjalan dengan lancar. Febri dan Queenara menghampiri Amira yang sedari tadi hanya duduk di kursi koridor.
Tepat didepannya duduk, Febri menyapa. "Udah lama disini, Mir?" tanya Febri.
Amira menganggukkan kepalanya. "Iya, hampir 10 menit yang lalu sih.."
"Itu mah baru sebentar!" ujar Queenara ikut nimbrung.
Amira terkekeh pelan hingga kedua bola matanya menyipit. Kondisinya sudah membaik setelah dua minggu yang saat Amira mengalami sisi kelamnya hingga menyebabkan tercipta barcode dipergelangan tangga kirinya.
"Eh gimana tangannya? Perlu ke klinik kampus lagi?" tanya Queenara yang tidak sengaja melihat kearah balutan kain dipergelangan tangan kiri Amira.
Amira dan Febri sontak menoleh kearah pergelangan kiri Amira. "Enggak, kemarin udah gue obatin sendiri sih."
"Beneran enggak apa-apa?" tanya Queenara, lagi.
Amira mengangguk meyakinkan membuat Febri mengulurkan tangannya dan sedikit menekan pergelangan tangan kiri Amira membuat sang empu meringis. "Tuh kan! Kalau masih sakit kayak gini, berarti perlu berobat lagi. Antibiotiknya masih ada enggak?" tanya Febri mulai mengomel.
Amira tersenyum kecil saat mendapatkan perhatian kecil dari kedua sahabatnya. Entah sejak kapan ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Febri dan Queenara. "Sakit sih, dikit. Lagipula gue anak broken home yang kuat, jangan lupakan slogan gue dong. Broken home sedih? No, kiyowo!" ujar Amira seraya memperagakan dengan kedua tangannya.
Hal tersebut membuat Febri dan Queenara terkekeh pelan. Tentu saja mereka berdua merasa jika Amira sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Ingat! Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat ngomong sama kita, ya!" ujar Queenara mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]
Novela JuvenilDiterbitkan oleh Penerbit Teorikata Info pemesanan melalui shopee🛍️ °^° DM FOR MORE INFO °^° [ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #sweetshitseries [R18+] "A-apa yang Bapak lakuin ke saya?" tanya Amira sedikit terbata-bata. Pr...