Apa yang paling sedih dihidup Amira selain Papa-nya menikah lagi? Jawabannya adalah Amira merasa sendiri.
Amira tidak pernah merasakan ini sebelumnya, karena selalu ada Papa dan Mama yang menemaninya kemanapun dan kapanpun Amira mau. Namun sekarang tidak bisa. Gadis itu tidak memiliki cukup keberanian untuk membalas pesan singkat Papa-nya. Padahal waktu sudah berganti hari, namun Amira tetap tidak berani untuk melakukan pembelaan diri.
Siapa yang akan Amira ceritakan masalah ini? Tentu saja kepada Mama-nya, Nadine. Namun saat Amira menghubungi Mamanya, Nadine tidak bisa memberikan waktu luang untuk Amira bercerita.
"Mama ada waktu luang sebentar?" tanya Amira saat sudah sampai dikost atau lebih bisa disebut apartemen. Gadis itu duduk meringkuk disamping kasur, tepat bersender pada meja kecil yang ada disamping kasur.
Terdapat helaan yang cukup kuat diseberang telepon. "Mama banyak kegiatan sayang, mau syuting sama sekalian sesi pemotretan sebentar lagi. Amira bisa telepon Mama nanti ya, sayang." ujar Nadine tampak terburu-buru menjawabnya sehingga menimbulkan napas yang terengah-engah.
"Oh, oke Ma. Nanti kalau sudah ada waktu, Mama bisa telepon Amira lagi." putus Amira. Setelah mengatakan itu sambungan telepon terputus. Menyisakan keheningan malam yang menyelimuti Amira.
Sudah hari kedua Amira tidak melakukan aktivitas apapun, bahkan untuk sekedar memesan makanan cepat saji melalui aplikasipun tidak ia lakukan. Selama hampir dua hari ini, Amira hanya mengisi perutnya dengan meminum air meneral yang hampir habis satu galon penuh. Untungnya, gadis itu menelan minuman sehingga memiliki sedikit tenaga untuk menangis hampir setiap dua jam sekali.
Amira bahkan lupa untuk sekedar mandi dan mengganti pakaiannya. Pikirannya tak lepas dari perkataan Leonardo yang kecewa dengan Amira. Jujur, Amira tidak pernah berniat untuk berbohong sama sekali, bahkan tidak pernah diajari seperti itu dan bertemu dengan Pak Revan di gramedia adalah suatu kebetulan yang tidak pernah direncanakan oleh Amira. Namun, mengapa Papa-nya tidak mempercayai Amira? Siapa yang mengirimkan foto tersebut kepada Papa-nya? Amira terus memikirkan hal itu sampai membuat ia seperti sekarang.
Tidak ada kehidupan dihidup Amira. Baginya, hidup adalah tentang Mama dan Papa bahagia bersama Amira. Namun jika sudah seperti ini artinya hidup Amira tidak ada artinya.
Amira mengacak-acak rambutnya yang sampai dua hari ini tidak pernah ia keramasi maupun sisir. Bahkan poni depannya sudah tidak berbentuk poni, bisa disebut dengan kumpulan rambut tidak berguna. Gadis itu menggigit kuku-kuku jarinya karena merasa ketakutan dan gelisah.
Digelapnya malampun, Amira tidak menyalakan lampu utama, melainkan hanya lampu tidur yang menemaninya. Untuk tidur, Amira bahkan tidak melakukan itu. Matanya tetap terjaga semalaman hingga malam menyambut kembali. Lingkaran hitam disekitar bola matanya menandakan jika Amira tidak tidur semalaman.
Kedua tangan Amira bergetar hebat, menandakan jika ia kelaparan. Jarinya mengetikkan sebuah nama pada handphone dan kemudian memencet gagang telepon. Gadis itu mendekatkan handphone ketelinga kirinya dan sebuah suara muncul diseberang sana.
"Hallo Mir? Kenapa nelpon malam-malam?"
Amira menenggelamkan wajahnya diantara sela-sela tangannya yang melipat lalu menjawab dengan suara parau. "Lo lagi sibuk?"
Queenara diujung sana menjawab. "Gue besok harus setoran bimbingan lagi, judul gue ditolak mulu. Kayaknya Pak Daniel dendam banget karena gue nolak ajakan nikah dia." ujar Queenara menggerutu.
Queenara sedang dilanda kegundahan yang ditimbulkan oleh dosen pembimbingnya yang meminta Queenara untuk menikah dengannya. Amira yang mendengar hal itu menghela napas pasrah, bahkan untuk bercerita saja gadis itu tidak mampu. "Oke, sabar ya. Gue tutup dulu." ujar Amira dan mematikan telepon secara sepihak.
Jarinya kembali mengetikkan sebuah nama pada daftar kontak dan kemudian menelponnya, kali ini Amira mencoba menghubungi Febri.
Suara telepon terhubung diujung sana menimbulkan suara wanita. "Halo Mir? Kenapa?" tanya Febri diujung sana.
Amira mengigit bibir bawahnya sebentar lalu menjawab. "Lo lagi sibuk?" ujar Amira dengan suara sedikit parau.
"Gue lagi bucin sih sama Rino, makan gitu sekalian nanti mau nonton bioskop. Kenapa?"
Amira kembali menenggelamkan wajahnya disela-sela tangannya yang melipat. "Enggak apa-apa, yaudah lanjut aja. Gue tutup dulu." ujar Amira dan menutup telepon secara sepihak lagi.
Kedua bola matanya memanas dan berlinang air mata, tubuhnya mulai gemetar hebat pertanda tangisnya akan pecah kembali. Bahkan disaat seperti ini, tidak ada yang bisa Amira jadikan tumpuan untuk menceritakan yang dialaminya. Mama-nya dan kedua sahabatnya tidak memiliki waktu untuk Amira.
Untuk apa hidup jika Papa tidak mempercayaimya lagi? Untuk apa hidup jika Mama tidak ada waktu untuknya? Untuk apa hidup jika kedua sahabatnya tidak mengerti dirinya? Untuk apa Amira hidup jika tidak ada satu orangpun disisinya?
Pertanyaan itu terus berputar dipikiran Amira dan memenuhi isi kepalanya. Gadis itu menangis hebat, bahkan disaat seperti ini Amira berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Diraihkan cutter yang terdapat diatas file skripsi miliknya yang sempat ia gunakan untuk memotong jurnal tidak berguna menjadi beberapa bagian asal.
Gadis itu menutup kedua matanya dan mengarahkan cutter tersebut kepergelangan tangan kirinya. Dengan kedua bola mata yang berlinang air mata ia mulai menggaris tangannya kearah urat nadi yang terlihat dan terdapat dipergelangan tangan kirinya. Darah segar mengalir dipergelangan tangan kirinya. Hampir sampai menyentuh urat nadi, suara getaran handphone membuat Amira berhenti melakukan aksinya. Sebuah pesan tak terduga muncul dilayar lockscreen miliknya.
***
Hallo aku update lagi!!!
Akhirnya kelar juga chapter ini, ya! Berat banget aku nulis ini karena gsksgsishs ngefeel gak?😫😖 Takut banget enggak ngefeel samsek^°^Tetap dukung cerita ini terus, ya! See u next part!💌
With love, kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Sricptsweet! [TERBIT-OPEN PO✅]
Roman pour AdolescentsDiterbitkan oleh Penerbit Teorikata Info pemesanan melalui shopee🛍️ °^° DM FOR MORE INFO °^° [ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #sweetshitseries [R18+] "A-apa yang Bapak lakuin ke saya?" tanya Amira sedikit terbata-bata. Pr...