Ketika para penghuni sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Chika kini tengah duduk di gazebo sendirian. Tak ada kegiatan khusus yang ia lakukan. Matanya sedari tadi hanya menatap daun-daun kering yang bergerak karena tiupan angin sambil bersandar di salah satu tiang penyangga.
Entah sudah berapa kali, helaan nafas kasar keluar dari mulut. Kepalanya terus memikirkan Dey. Ia cemburu, ia kecewa, ia marah, tapi ia sadar kalo dirinya bukan siapa-siapa Dey. Ia jadi sedikit menyesal karena sempat berbohong soal perasaanya saat Dey bertanya kala itu. Padahal ia malah menyarankan Freya untuk berkata jujur kala gadis itu bertanya. Ya, memang terkadang manusia lebih mudah berucap ketimbang bertindak.
Chika rebahkan dirinya di lantai gazebo, kakinya ia biarkan menggantung di ujung. Matanya menatap langit-langit. Aneh sekali rasanya, setiap kemana pun arah pandangnya tertuju pasti selalu ada bayang-bayang Dey.
Ia lelah harus seperti itu. Memang Dey pernah berucap kalau dia masih belum bisa melupakan Febi, tapi Dey terus berusaha untuk segera bisa bangkit dari masa lalu. Dan Chika kini takut, bagaimana jika orang yang bisa membuat Dey bangkit adalah Gita? Lalu bagaimana dengan dirinya dan perasaannya ini?
Dia berada di persimpangan dua jalan. Ia bingung harus kemana. Ia takut jika harus mengutarakan perasaannya, ia takut akan berakhir seperti kejadian dirinya dengan Mira. Tapi jika ia diam, ia tak boleh protes kala gadis itu direbut seseorang, suruh siapa punya rasa namun hanya dipendam.
"TUHAN AKU CUMA PENGEN DEY!" teriak Chika sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hah? Lo pengen gue apa Chik?"
Seketika tubuh Chika menegang, ia menelan ludahnya. Ia sadar betul dengan suara yang barusan menjawab. Perlahan ia angkat kedua tangan yang menutupi wajahnya itu.
"D-Dey?" tanyanya heran ketika gadis berkacamata itu duduk bersila disampingnya.
"Iye, ini gue. Tadi lo pengen gue apa Chik?" tanya Dey memastikan dan tentunya membuat Chika menelan ludahnya untuk yang kesekian kali.
"Hah? Eh lo salah denger kali?"
"Jangan kira gw budeg ya. Lo teriak sekenceng itu yakali gw ga denger,"
"Hehe..." Chika menggaruk lehernya.
"Pengen apa?"
"Eee itu gw pengen lo pulang trus nemenin ngurusin Mowgli mownchi,"
"Nah yaudah kan gw udah pulang nih. Kita bisa deh ngurus mereka,"
Chika hanya meringis, lagi lagi ia kalah dengan dirinya sendiri.
Dey segera masuk ke kamarnya, kemudian keluar bersama mowgli dan mownchi. Ia berjalan mendekat ke arah Chika, mowgli dengan cekatan berlari dan naik ke atas pangkuan Chika.
"Dia suka banget sama lo Chik,"
"Andaikan lo juga," gumam Chika pelan.
"Hah apa?"
"Ah enggak,"
Chika mengelus elus kembali mowgli, sesekali ia melirik ke arah Dey yang masih tengah bermain dengan mownchi.
"Dey," panggil Chika.
"Kenapa?" Dey kemudian menoleh ke arahnya.
"Gw boleh ngomong sesuatu sama lo gak?"
"Soal?"
"Soal kita,"
"Hm? Ngomongin soal kita?"
"Iya,"
"Emang soal apa?"
"Gw... gw sebenernya-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Asrama Kiku 2
ФанфикSetelah melalui masalah yang cukup menguras emosi, keringat serta airmata. Kini para penghuni Kiku lagi lagi diberi sebuah masalah baru. Kira kira apakah mereka dapat melewatinya?