17. Berbaur

556 89 4
                                    

Berita soal keadaan Chika sudah sampai ke telinga para penghuni yang lainnya. Banyak yang akhirnya berkunjung menjenguk ke rumah sakit setelahnya.

Fiony dan Ara salah satunya. Namun semenjak pulang dari sana, Fiony tampak lebih murung.

"Kamu kenapa?" tanya Ara yang sedari tadi melihat Fiony melamun.

"Aku gapapa," jawabnya singkat.

"Jangan bohong, aku tau ada yang lagi kamu pikirin kan?"

Fiony menghela nafasnya, "Aku kangen Chika. Aku ga tega liat dia terus berbaring kayak gitu. Aku ga mau kehilangan dia," jelas Fiony yang tampak mulai meneteskan air matanya.

"Jangan nangis hey, aku ga tega liat kamu sedih. Aku tau ini berat, semua juga ngerasain hal yang sama. Kita semua mau liat Chika sembuh, setidaknya dia sadar aja itu udah cukup. Kamu ga sendiri Fio, banyak yang sayang sama Chika juga," ucap Ara coba menghibur Fiony.

"Lebih baik kamu mendoakan yang terbaik buat dia, dan jangan terlalu mikirin hal ini sampai bawa beban buat kamu. Besok kita udah mulai ujian tengah semester, kita harus mulai fokus kan?" tanya Ara.

Fiony mengangguk, "Iya, aku tau. Makasih ya, Ra. Makasih udah ada buat aku," jawab Fiony lalu memeluk Ara yang ada disampingnya.

******

Dey, Mira dan Jesslyn menjadi yang terakhir sampai di asrama. Dey terlihat masih lesu walaupun kabar mengenai Chika sudah lebih baik dari sebelumnya. Tapi tetap saja mentalnya sempat goyah karena kejadian tadi.

"Dah ya. Lo harus tenang, Chika bakal baik baik aja kok. Buktinya dia tetep berusaha buat hidup kan? Lo jangan sedih gitu ya?" ucap Mira menenangkan Dey sebelum gadis itu masuk dan menutup pintu kamarnya.

Mira menghela napasnya. Ia tahu ini semua memang berat.

Tangannya itu digenggam oleh Jesslyn membuatnya menoleh ke arah Jesslyn.

"Je,"

"Ada yang mau aku ceritain,"

Mira mengerti, ia dan Jesslyn kemudian berjalan naik ke lantai dua dan segera menuju ke kamar Jesslyn.

"Ada sesuatu yang diomongin dokter sama kamu?" tebak Mira.

Jesslyn mengangguk, "Dokter bilang, kalau Chika sekali lagi kejadian kayak tadi. Dia udah gabakal selamat lagi,"

"Dokter ada bilang kapan Chika bakal sadar?"

Jesslyn menggeleng lemah. Mira yang melihat itupun menghela napasnya sekali lagi.

"Kalau emang Chika harus pergi. Aku ga bakal maafin diri aku sendiri," ucap Mira kemudian berjalan pergi keluar kamarnya.

Jesslyn membiarkan Mira untuk keluar dari kamarnya, ia kemudian kembali menghela nafasnya karena kembali teringat perkataan dokter yang menangani Chika padanya.

"Kenapa semuanya jadi kaya gini sih?" ucap Jesslyn.

Jesslyn kemudian menghela nafasnya lagi dan menyandarkan dirinya di kursi gaming miliknya, entah sudah berapakali dirinya menghela nafas dan memikirkan Chika serta kekasihnya Mira disaat seperti ini.

Sedangkan Mira saat kembali ke kamar langsung merebahkan dirinya di tempat tidur, dirinya terlalu lelah karena banyak yang dipikirkan oleh Mira sendiri.

Mira kemudian membuka ponselnya dan melihat isi galeri ponselnya, matanya langsung tertuju kepada sebuah foto dimana semua anak asrama berkumpul, namun yang menjadi fokus dari Mira adalah dirinya dan Chika yang posisinya tak jauh, hanya dibatasi oleh Dey dan juga Jesslyn tentunya.

Kehidupan Asrama Kiku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang