⚫⚫⚫
"Mina-sii, kau mau kemana?" Salah satu maid menghentikan langkah yeoja berambut pendek itu. Mina menoleh hingga terlihat dengan jelas apa yang yeoja itu pegang di kedua tangannya.
"Aku akan ke kamar Hoseok, kau tolong awasi bagian dapur. Aku segera kembali," Maid tadi mengangguk dengan jawaban Mina dan kembali berbalik masuk ke area dapur sesuai intrupsi sang kepala maid.
.
Setelah menenangkan diri selama hampir 30 menit lamanya, Hoseok kembali merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Kedua netranya menatap langit-langit putih polos dengan tatapan menerawang sebelum suara pintu terbuka mengalihkan atensi si namja tupai.
"Oh? Kau sudah bangun Seok-ah?" Mina berjalan ke arah tempat tidur. Meletakkan dengan hati-hati nampan yang sudah tersaji semangkuk bubur juga air di atasnya. "Aku membawakan bubur untukmu, kau bisa memakannya. Dan ya, ini," Mina meletakkan beberapa obat di atas piring kecil atas nampan. "Kau minum obatnya setelah kau selasai makan, oke?"
Hoseok membenarkan posisinya, duduk bersender pada kepala ranjang. "Maaf merepotkanmu Mina-sii," Ucapnya tak enak saat yeoja itu membantunya untuk duduk.
"Tak apa, aku juga senang melakukannya. Makanlah selagi buburnya hangat. Aku harus kembali, kau istirahatlah," Mina menyodorkan mangkuk putih itu dan tersenyum tulus untuk mengakhir sesi kunjungan pada Hoseok. "Aku pergi,"
Hoseok menatap pintu yang tertutup itu. Senyumnya sedikit terukir saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh rekan kerjanya itu. Sama seperti kehangatan yang ia dapat dari kedua orang tuanya. Ah, mengingatnya membuat Hoseok rindu masakan rumah. Entah di kehidupan mana ia bisa merasakan momen hangat itu lagi.
Sedikit demi sedikit namja tupai itu menyendok bubur ke dalam mulutnya. Sesekali meniup sendokan bubur saat dirasa panas. Mulutnya akan terbakar kalau memakannya secara langsung dan Hoseok tak ingin rasa sakit yang lain mampir ke tubuh juga organnya nanti.
Sembari menyantap bubur, Hoseok merenungkan beberapa cara agar ia bisa kabur dari tempat mengerikan ini. Juga kabur dari sosok tuannya itu. Jika dilihat lagi, seluas mata memandang, Hoseok mendapati begitu banyak bodyguard yang berjaga. Mereka hampir berdiri di tiap titik yang bisa Hoseok pakai sebagai titik pelarian. Beruntunglah namja Jung itu karena seminggu belakangan ini ia lebih sering berkeliaran di luar mansion. Membawa alat kebun kemanapun ia pergi agar tak ada yang mencurigainya.
"Gerbang belakang...kalau aku tidak salah ingat, bukankah itu titik yang jarang dilalui para bodyguard? Hanya maid pembuang sampah yang sering ke sana dan itupun di jam-jam tertentu," Hoseok bergumam dengan mulut penuh. Diliriknya jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sejenak ia berpikir sebelum meletakkan kembali mangkuk bubur yang telah tandas ke atas nampan.
"Baiklah Jung Hoseok, ini kesempatanmu!" Suara Hoseok terdengar begitu optimis dengan tangan merepal kuat untuk menyemangati dirinya sendiri.
Buru-buru Hoseok meraih ransel juga memasukkan beberapa potong pakaian ke dalamnya. Menarik uang simpanannya dari bawah kasur dan menjejalkannya ke dalam saku celana. Malam ini, Hoseok akan melancarkan aksinya. Kabur dari sarang iblis.
Setelah dirasa semua barang bawaannya lengkap, Hoseok keluar dari kamarnya dengan cara mengendap-ngendap. Lampu di sepanjang lorong kamar maid sudah padam karena memang sudah waktunya para penghuninya beristirahat. Hoseok berjalan sepelan mungkin karena tak menutup kemungkinan masih ada maid yang berkeliaran untuk mengecek ruangan, termasuk Mina. Yeoja itu berjalan melewati tangga saat Hoseok hendak melangkah maju. Dengan gerakan cepat tanpa suara Hoseok segera menyembunyikan tubuhnya di balik guci besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid is Mine
FanfictionYOONSEOK "Kau akan tetap menjadi milikku. Milik Min Yoongi seorang," Yoongi menggeser tubuhnya lebih dekat dengan tubuh polos Hoseok. Melingkarkan lengan kekar dengan otot liatnya di antara pinggang dan perut Hoseok. Tubuh keduanya saling bersentuha...