☆13{tigabelas}

3 7 1
                                    

*Flass on back 6 tahun yang lalu

Aku duduk di kursi panjang dibawah pohon sakura, setelah selesai berkenalan ia menyuruhku duduk disampingnya, seorang anak laki laki yang bisa dibilang manis dan memiliki pesona ketampanan yang dapat meluluhkan hati para wanita, juga matanya yang indah seperti bunga sakura biru seperti yang sedang ia pegang ditangannya

"Hey, apakah kamu sendirian disini?"

"emhh, kamu suka bunga itu?" tanyaku mengawali pecakapan kami ia menjawab dengan anggukan serta senyumnya yang menawan itu

"Kenapa?" Tanyaku polos

"Karena bunga ini indah" mengangkat bunga yang sedang ia pegang mengarahkan padaku

Aku beranjak dari tempat dudukku mengambil satu tangkai bunga yang jatuh ketanah, mengambilnya dan duduk kembali disampingnya

"Bunga ini memang indah pantas saja kamu menyukai bunga ini"jawabku sambil memegang bunga mengacungkan ke depan arah pandanganku.

Ia mengangguk tanda meng iyakan ucapanku, aku menoleh kearahnya dan memainkan bunga ditanganku memutang mutarkan bunga itu

"kamu sangat tampan, kulitmu putih, juga matamu yang indah memberi kesan paras khas bunga ini cocok denganmu"batinku

"Mengapa kau melihatku seperti itu?"menoleh karahku yang sedang memendanginya

Aku membulatkan mataku terkejut ketika ia tahu bahwa aku diam diam memandanginya "heum?,S-siapa?,a-aku?" Tanyaku gugup menunjuk kearah diriku sendiri

"Iya siapa lagi kalau bukan kamu"menuding kearahku memperdalam pandangannya padaku

"M-maaf a-ku..."jawabku gugup

"Kenapa?, apakah ada ranting pohon dirambutku?" Mengacak rambutnya, ia pikir ada ranting dirambutnya.

"Engga kok"jawabku, ia tidak mendengarku masih mengacak rambut dengan kasar

ku pegang tangannya yang sedari tadi mengacak rambut terus menerus berharap ranting pohon itu jatuh padahal yang aku lihat tidak ada ranting pohon yang menempel pada rambutnya

"Tidak ada ranting pohon dirambut kamu" menghentikan gerak tangannya

"hah?"
Ia menghentikan tangannya menoleh kearahku bingung "lantas mengapa kau terus melihat kearahku?"tanya ia padaku

"Atau jangan jangan kau mata mata ayahku?"menyimpulkan hal yang membuatku bingung

"Hah?, kamu ngomong apa sih aku gk faham, aku bukan mata mata ayah kamu aku hanya seorang gadis kecil bisa yang sedang duduk disampingmu"jawabku polos

"lantas mengapa kau melihat kearahku tadi, apa alasannya?"mendekat kearahku dan melihatku dengan tatapan mengintrogasi

"Aku hanya ingin melihat wajahmu saja apakah aku salah?"mendorong tubuhnya pelan menjauh dariku

Ia duduk keposisi semula "kamu duduk disini sndirian?"tanyaku, ia mengangguk membalas pertanyaanku

"Teman teman kamu?"tnyaku kembali
"Aku sendiri disini hanya ada kau dan aku, tidak ada yang ingin berteman dengaku hanya kau yang berani berbincang denganku"menoleh kearahku teduh

"Hei, aku disini sekarang, bersamamu, kamu temanku"jawabku ya walaupun baru beberapa jam yang lalu berbincamg dengannya namun ia sudah aku anggap seperti teman

Terdiam menatap keatas langit "Kau sungguh ingin menjadi temanku?"masih mendongak keatas langit.

Aku membalas dengan cepat menganggukan kepala tanda meng iyakan, ia menoleh kearahku disertai senyuman indah itu

"Aku tidak begitu yakin denganmu kau masih asing bagiku"jawabnya

"Lah kenapa?, aku mampu jadi teman kamu, aku mau jadi teman kamu, lagit itu adalah saksi bahwa kita berteman mulai saat ini dan seterusnya"jawabku kekeh mempertahankan ucapanku

"Aku hanya takut kau bernasib sama dengan teman temanku yang lain, aku takut kau terluka karenaku"kata katanya yang sulit dimengerti olehku entah apa yang ia katakan

"aku tidak peduli walau aku yang harus terluka asalkan jangan kamu yang terluka karenaku" jawabku yakin,

senyum tipis yang ia tampilkan seakan masih ragu dengan ucapanku

"Aku janji aku bakal jadi teman terbaik bagi kamu, hari ini, esok atau nanti, jika semesta tidak menginginkan kita berteman maka aku akan protes dengan tuhan sampai tuhan mengizinkan kita berteman, jika semesta memisahkan aku dan kamu maka aku akan mencari mu sampai dapat sampai tugan mengijinkan kita bersama" ucapku

ucapan itu seakan henyah ketika melihat kenyataan yang berbanding terbalik nyatanya qalla tidak mencari keberadaan devan seakan qalla lupa akan masa kecilnya hanya sebagian saja yang qalla ingat awal mereka bertemu saja itupun tidak semua qalla ingat

"Jika kau ingin berteman dengaku maka aku akan menjawab iya" jawabnya

"Kamu sungguh?" Melebarkan bola mataku, ia menggangguk tanda meng iyakan

"Janji?" Mengulurkan jari kelingking ku kearahnya, ia hanya tersenyum tipis dan membalasnya denga jari kelingkingnya merekatkan menguncinya

"oke, janji" jawabnya, aku tersenyum lebar mendengar ucapannya tersebut

"aku akan jadi sahabat kamu hari ini, esok, ataupun nanti saat kita saling dewasa"ucapku

"Aku harap begitu"meliat kearahku sekilas dan menangkap salah satu bunga yang jatuh tepat dihadapannya

Aku yang heran dengan sikapnya pun hanya melihatnya saja"bunga biru itu sangat indah"menyodorkan bunga biru yang sedari tadi ku pegang menyatukan bunga yang ia tangkap dengan bunga yang aku pegang

"Yah... bunga punyaku kusut"/pout

"Ini ambil punyaku" senyum dan memberikan satu tangkai bunga miliknya

"Ak-..."belum sempat melanjutkan ucapanku, aku memdengar suara yang tidak asing lagi

"Qalla"kak arga memenggilku dari kejauhan

Kak arga berjalan menghampiriku, aku sedang berbincang dengan devan

"Hish! pengganggu itu!" Batinku datang diwaktu yang tidak tepat membuatku kesal dengannya

"Nakal ya kenapa pergi gk bilang bunda?"

"klo diculik gimana?"

"siapa yang mau tanggung jawab"

"jangan nambah beban bunda deh"cibir kak arga padaku

"Apaan sih kak, lebay" melirik tajam kearah kak arga, devan yang sedari tadi duduk dan melihat pertengkaranku dengan kak arga beranjak pergi tanpa berpamitan denganku

"Dih, ya udah cepet pulang tar bunda nyariin nyusahin aja hidupmu"

"Ck, nanti kak aku lagi ngombrol sama devan" ucapku

"Hah?"menyerngitkan kedua matanya karena bingung

"Devan siapa?"tanya kak arga kembali melihat sekelilingku

"Hish!, mata kak arga burem apa gamana?"

"Jelas jelas orangnya ada disit-"menuding kearah kursi dibawah pohon besar tersebut namun tidak ada sosok cowok itu dikursi tersebut, aku terkejut ketika aku tidak melihat sosoknya di bawah kursi tersebut

"Lah cowok itu dimana"clingak clinguk mencari keberadaannya

"Lah ni bocah halu"cibir kak arga

"Aku gk halu kak tadi ada cowo disini, umur cowo itu sama kayak umur aku sekarang" masih mencari keberadaannnya sambil mencontohkan ciri fisik devan pada kak arga.

"Tapi mana wujudnya dugong!, gk ada orang disini cuma ada kakak sama kamu doang" kak arga melihat kearahku yang sedang bingung mencari keberadaan devan itu

"Tadi ada loh kak wujudnya manusia bukan jin"jawabku yakin

"Udah besok lagi aja nyarinya sekarang cepetan yok pulang tar dicari bunda"menarik tangaku untuk pulang kerumah saat itu juga tanpa aba aba dari kak arga membuat tanganku diseret paksa olehnya.

~~~~~HAPPY READING~~~~~

Universe Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang