Perasaan itu

162 24 11
                                    

Tak terasa sudah sebulan sejak mereka menginjakkan kaki di Budin, ibukota provinsi utama wilayah Hongaria yang menjadi kekuasaan kesultanan Ustmaniyah. Kehidupan para penghuni kastil peninggalan dinasti Jagiellon yang kini difungsikan sebagai kediaman Gubernur penguasa provinsi pun berjalan seperti normal seperti seharusnya. Para pelayan sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Terkadang kastil itu pun didatangi oleh tamu baik dari pegawai pemerintahan maupun utusan provinsi lain yang masih dalam lingkup kekuasaan kesultanan. Pernah sekali kastil kedatangan tamu yang jika dilihat dari pakaian yang dikenakan adalah utusan dari keuskupan.

Alexandra memperhatikan setiap tamu yang datang ke kastil. Ia tidak mengerti soal politik dan  juga tidak pernah mempelajarinya. Namun ia bisa melihat jika orang-orang yang datang ke kastil adalah orang-orang penting dan setiap dari mereka begitu hormat atau mungkin takut pada sang Gubernur. Malkoçoğlu Bali Bey memang bukanlah orang sembarangan. Pria itu bukan berasal dari rakyat jelata seperti dirinya. Kemampuan berpolitik dan di medan perangnya bisa dibilang sepadan. 

Kondisi kota pun terasa aman dan damai. Penduduknya melakukan aktifitas seolah mereka tidak dalam penjajahan sebuah negara asing. Setiap pemeluk agama bebas melaksanakan kegiatan ibadah agamanya. Gereja-gereja membunyikan lonceng di waktu ibadat harian atau memanggil umat untuk pelayanan gereja, dan hampir disaat yang bersamaan terdengar sayup-sayup suara merdu muadzin yang mengumandangkan adzan setiap lima kali dalam sehari.

Hari ini Alexandra mendapat tugas dari Daye kalfa untuk berbelanja di pasar membeli kebutuhan sehari-hari, ditemani oleh Lucia, pelayan muda yang berasal dari penduduk lokal Budin.Lucia adalah gadis yang banyak bicara, hampir mirip seperti Gulnihar.Usianya pun tidak jauh berbeda seperti temannya itu.

Selama mencari bahan yang telah ditulis di secarik kertas oleh Daye kalfa, dengan bahasa Osmanli yang bercampur dengan bahasa magyar, Lucia banyak menceritakan tentang Budin, tentang sejarah kota itu, tentang masyarakat dan budayanya, serta sedikit tentang pendudukan dinasti Osmanli.

"Mumpung kita di pasar, aku akan menceritakan tentang kotaku.Apa kau tahu,untuk mengetahui bagaimana kehidupan sebuah kota yang asing,cukup pergi ke pasar lokal,kau akan menemui berbagai macam orang dengan kebiasaan-kebiasaan umumnya. Begitu kata ayahku yang seorang pedagang saat ia masih hidup."

Dan menurut Alexandra ucapan Lucia memanglah benar. Ia juga pernah mengalaminya ketika di Istanbul. Dan ia ingat, di pasar jugalah ia bertemu dengan pria yang telah merubah jalan hidupnya.

Daftar belanjanya sudah semua terbeli, hanya tinggal satu bahan saja yang tersisa. Ia dan Lucia kembali berkeliling pasar untuk mencarinya, ketika dilihatnya seorang wanita tak jauh dari tempatnya berdiri yang sedang berbicara dengan pemuda sangat tampan.Ia sangat mengenali wanita yang sedang berbicara dengan suara yang mendayu-dayu itu meski rasanya hanya sekilas ia lihat. Wajahnya yang cantik namun angkuh itu tentu tak mudah ia lupakan.

Hanya beberapa detik Alexandra menatap pasangan itu.Ketika dilihatnya tangan wanita itu menyentuh lengan atas sang pemuda, tanpa ragu Alexandra menaruh barang belanjaannya di tanah dan dengan langkah mantap menghampiri mereka.Telapak tangan kanannya mengayun cukup cepat namun tidaklah terlalu keras, mendarat di pipi kiri si wanita angkuh.

"MIT CSINALSZ?!Siapa KAU?! Berani-beraninya.. !!" wanita itu berteriak dengan penuh keterkejutan, sampai tak bisa berkata dan hanya menatap marah Alexandra.

"Kau wanita murahan!" Alexandra menggeram marah lalu berbalik meninggalkan wanita itu yang masih menatapnya dengan penuh amarah dan sang pemuda yang memandangnya dengan kebingungan, tidak memperdulikan teriakan Lucia yang memanggil namanya.

***

"Aku mendengar dari Lucia apa yang terjadi di pasar." Gülnihar berkata pada Alexandra saat ia sudah tiba di kastil. "Sebenarnya siapa yang kau tampar? Kau tidak mengenal siapapun di kota ini kecuali kami. Dan lagi, apa salah wanita itu?"

"Dia penari di acara penyambutan." jawab Alexandra singkat.Ia duduk di pinggiran kolam taman belakang, menopang dagu dengan kedua tangannya. Ia sebenarnya sedang tidak ingin bertemu dan berbicara dengan siapapun karena masih kesal dengan kejadian di pasar tadi. Tapi tampaknya itu hal yang sia-sia, setelah Lucia menceritakan kejadian di pasar tadi pada pelayan lain, termasuk Gülnihar.Hanya menunggu waktu sebelum Daye kalfa juga mendengarnya.

"Lalu..?"

"Apa?"

"Lalu kenapa kau menamparnya, Xandra?" tanya Gulnihar lagi dengan tidak sabar.

"Dia wanita murahan.Dia sudah tidur dengan Bali Bey tapi di lain waktu bercanda mesra dengan pria lain."

"Allah..Allah..!" Gülnihar menepuk jidatnya mendengar penjelasan Alexandra.Ia menatap Alexandra dengan pandangan heran, tidak mengerti dengan tindakan dan pikiran temannya itu. "Lalu apa itu urusanmu?Dan kalaupun memang dia wanita seperti itu, untuk apa kau memukulnya?"

"Aku hanya tidak suka melihatnya."

Gülnihar masih menatap Alexandra dengan keheranan. "Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Daye kalfa mengenai kejadian hari ini. Semoga saja bukan hal yang perlu dipermasalahkan." sambil menggerutu atas ketidakpahamannya akan tindakan temannya itu, Gülnihar berbalik ke dalam kastil dan meninggalkan Alexandra sendirian.

Sepeninggal Gülnihar, Alexandra masih terdiam ditempatnya.Ia merenung dan berpikir tentang apa yang sudah dilakukannya.

"Wanita murahan itu pantas mendapatkannya, kan?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Dia adalah wanita milik Bali Bey, tidak sepantasnya ia bermesraan di tempat umum dengan pria lain." gumamnya  pelan, meminta pembenaran pada dirinya sendiri akan tindakan yang baru ia lakukan.

Sejak ucapan  Daye kalfa pagi itu didapur, Alexandra sudah mulai mencoba menghilangkan rasa kecewanya pada pria yang ia anggap sebagai lelaki terhormat.Bagaimanapun Malkoçoğlu Bali Bey adalah laki-laki normal dan lajang. Dia berhak bersama wanita manapun yang dia inginkan. Lagipula pria itu bukanlah miliknya. Dia hanyalah seorang pelayan dirumah besar pria itu. Ia bahkan pernah berniat membunuhnya.

Tapi melihat wanita yang telah ditandai sebagai milik Malkoçoğlu Bali Bey bersama pria lain akan menjatuhkan nama baiknya. Dan Alexandra tidak mungkin membirkan hal itu terjadi, terlebih di depan matanya.

Itulah yang ada di pikirannya saat di pasar tadi. 

Semudah dan sesederhana itu.

###

Haiii..my lovely readers.
Sang komandan kita kembali.yeayy.. :) :)
So sorry atas keterlambatan up-nya cerita ini and no excuse for that🙇‍♀️😢

Yaahh...anyway,happy reading.semogaa..dan semogaa kalian tetep dukung kisah cinta komandan dan gadis bermata biru kita.Dan semoga juga author ala ala ini tetep sehat dan semangat nulis🤭🤭

Once again, thank you buat kalian semua yang terus nagih kelanjutan cerita ini.

Love

XOXO

The Commander's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang