Sebuah kehormatan besar bagi seorang komandan muda pasukan akıncı sepertinya untuk ikut berperang dibawah kepemimpinan langsung sang Sultan.
Persiapan dengan 400 kapal perang yang membawa ratusan ribu tentara melintasi laut Aegea dalam upaya mengamankan kekuasaan sang Sultan di laut Tengah Timur telah matang dilakukan.Pengepungan kali ini harus berhasil dan pasti akan berhasil setelah kegagalan pada pertempuran yang pertama.
Dan Malkoçoğlu Balı Bey, sang komandan muda telah mempersiapkan dirinya untuk pertempuran besar ini.
Baju zirah dan pedang melengkung miliknya telah kembali siap menelan darah musuh sang Sultan.Gairah kemenangan berkilat dimata cokelat gelapnya.
"Semoga Allah memberi kemenangan dan keselamatan pada Sultan dan anda, Beyim."
"Amin."
Malkoçoğlu menatap wanita paruh baya yang telah menjaganya sejak ia kecil dengan senyum diwajahnya.Senyum yang jarang sekali ia perlihatkan dan diperuntukkan hanya untuk orang-orang yang ia hormati dan sayangi.Salah satunya adalah Daye kalfa.Pengasuhnya itu selalu menyertakan namanya dalam doa dan ia sangat berterimakasih akan hal itu.Doa Daye kalfa seperti doa seorang ibu baginya, doa yang akan selalu dijawab oleh sang Maha Kuasa.Dan ia yakin, doa Daye kalfa adalah salah satu alasan terbesar atas segala keberhasilan dan keselamatannya dalam setiap pertempuran.
Ia telah siap.Pelayaran ke Rhodes akan memakan waktu beberapa hari perjalanan.Kali ini musim panas yang berarti cuaca laut akan bagus dan akan memberikan angin pelayaran yang baik dan stabil, meski juga harus diwaspadai perubahan kekuatan tiupannya.
***
Armada perang Sultan Süleyman tiba di pulau Rhodes pada tanggal 28 Juli tahun 1522 M dengan 100.000 pasukan.Pasukan besar Sultan membombardir kota.Mereka menyerang dan meruntuhkan terutama benteng-benteng Inggris, Spanyol, Provence dan Italia.
Setelah pertempuran yang panjang dan menelan puluhan ribu korban dikedua belah pihak, pada tanggal 17 Desember akhirnya benteng Spanyol jatuh ketangan pasukan Ustmaniyah.Dan pada tanggal 20 Desember, atas desakan penduduk kota, pemimpin mereka, Grand Master Villers de L'isle-Adam meminta gencatan senjata pada Sultan Süleyman.
Sultan Süleyman al-Qanuni, meski ia seorang ahli perang yang hebat, ia juga seorang penguasa yang terkenal berhati baik dan mulia.
Meski kota itu telah jatuh ketangannya, sang Sultan memberi ketentuan pada pihak yang telah kalah.Para ksatria yang telah kalah perang diberi waktu dua belas hari untuk meninggalkan pulau dan diizinkan membawa serta senjata dan barang-barang berharga atau ikon keagamaan yang mereka inginkan.Tidak ada gereja atau tempat ibadah keagamaan lain yang diubah menjadi masjid, dan sisa dari pulau itu akan bebas dari pajak Ottoman selama lima tahun kedepan.
Kemenangan ini adalah langkah besar Kekaisaran Ottoman atas kontrol Mediteranian Timur.
Sekali lagi, Sultan Süleyman dan tentaranya yang gagah berani berhasil menancapkan kekuasaannya atas wilayah-wilayah disekitarnya.Memberi pengaruh namun juga menebar kebaikan dan kemuliaan hati sang Sultan yang dilandasi akan cintanya pada Tuhan dan pada tugasnya sebagai pemimpin sebuah kesultanan Islam terbesar pada Abad Renaisans.
###
Note:
Akıncı: pasukan kavaleri ringan yang tidak beraturan, sebuah divisi pengintai dan pasukan pendahulu dari militer Kekaisaran Ottoman.Dikenal karena kecakapan dalam bertempur dengan menggunakan taktik gerilya.Tanpa dibayar, mereka hidup dan beroperasi sebagai perampok di perbatasan Kekaisaran Ottoman, hidup sepenuhnya dari penjarahan.Dipimpin oleh keluarga tertentu, yang terkenal diantaranya keluarga Malkoçoğlu, Turhanlı, Ömerli, Evrenosoğlu dan Mihalli.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Commander's Love Story
Historical FictionSeorang prajurit yang tangannya dipenuhi darah dan hidupnya dipenuhi oleh kebencian musuh-musuhnya. Prajurit tangguh yang tak mengenal belas kasih ketika di medan pertempuran. Namun tatapan mata sebiru lautan penuh dendam itu telah mengusik hidupnya...