Api di perapian menghantarkan panas menghangatkan yang menyebar ke seluruh ruangan.Meski musim dingin akan segera berakhir dan digantikan musim semi yang penuh warna, namun udara dingin masih terasa menusuk kekulit.
Alexandra sedang menjahit gömlek cokelatnya yang robek tepat di bagian mata kaki.Seharian tadi ia dan Gülnihar diperintahkan untuk membersihkan dan merapikan gudang belakang rumah yang berantakan dengan sisa bahan makanan yang disimpan untuk persiapan selama musim dingin.
Pintu kayu ganda kamarnya dibuka.Daye kalfa masuk kekamarnya dengan membawa tumpukan kain berwarna cerah.
"Ini pakaianmu, Mihrünnisa." Kata Daye kalfa sambil menyerahkan lipatan kain itu kepada Alexandra.
Alexandra menerima lipatan kain itu dari Daye kalfa.Ia mengambil satu lipatan kain itu dan membebernya.Ternyata itu adalah sebuah gaun panjang berwarma biru muda yang sangat indah.Bahannya yang lembut dengan sulaman dibeberapa bagian gaun menambah kesan mewah gaun itu.Ini pertama kalinya Alexandra menyentuh gaun seindah itu ditangannya.
"Untukku?" tanya Alexandra tak percaya.
"Ya." Jawab Daye kalfa singkat.
Alexandra bertanya dalam hati, apakah pria itu yang memberikan untuknya?
Sudah beberapa minggu ini Alexandra tidak melihatnya sejak terakhir ia melihatnya ketika akan menyiapkan makan malam di awal musim dingin lalu.Dan Gülnihar, yang jika dipikir akhir-akhir ini seperti informan bagi Alexandra, mengatakan bahwa pria itu sedang mendapat tugas dari Sultan untuk pergi kesebuah negara jauh di Utara.
"Bali Bey membelikan pakaian kepada semua pelayannya.Ini juga sebagai persiapan kita untuk berangkat ke Budin." kata Daye kalfa seolah mengetahui apa yang ada dipikiran Alexandra .
"Budin? Kenapa?"
"Bali Bey akan mulai bertugas sebagai Beylerbey disana."
***
Alexandra ikut sibuk mempersiapkan keberangkatan seluruh penghuni rumah itu ke negeri yang amat jauh di barat laut.Perjalanan panjang itu akan memakan waktu berhari-hari sehingga membutuhkan stok bahan makanan yang cukup.
Kuda-kuda yang akan menjadi tunggangan para pengawal juga telah dijaga kondisi dan kesehatannya, sementara para wanita yang hanya terdiri dari 3 orang termasuk dirinya akan menaiki kereta dengan kompartemen yang ditarik seekor kuda.
Dalam perjalanannya menuju ke gudang belakang rumah atas perintah Daye kalfa, Alexandra menyelinap ke sisi barat rumah dan mendekati istal kuda dimana seorang penjaga sedang memberi makan seekor kuda jantan hitam besar.Alexandra menyukai kuda meski ia tidak terlalu mahir menaikinya.Ketika dipulau dulu ia pernah beberapa kali menaiki kuda poni kecil milik Marcus dengan ditemani ayah temannya itu.Dan ia ingat rasanya menaiki seekor kuda, sakit tapi menyenangkan, merasakan lonjakan ditubuh kecilnya saat kuda poni itu menghentakkan kakinya untuk berjalan.
"Apa mereka semua sehat?" tanya Alexandra pada penjaga muda itu.
Pemuda itu sedikit terkejut dengan kedatangan tanpa suara Alexandra.Ia menoleh cepat kebelakang, menatap Alexandra tepat diwajahnya selama beberapa detik lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Jangan khawatir.Mereka akan kuat berlari berhari-hari." jawab penjaga muda itu bangga.
Alexandra menatap kasihan kuda yang sedang memakan rumput hijau itu.
"Sebelas hari .., kuharap mereka benar-benar kuat dan tidak sakit.Pasti akan sangat melelahkan." katanya lagi dengan nada prihatin.
"Ilyas!!"
Sebuah suara berat tiba-tiba terdengar memanggil penjaga muda itu yang membuat mereka berdua terlonjak terkejut.
Malkoçoğlu berjalan mendekati mereka berdua.Langkahnya tegap dan mantap.
"Bali Bey..," sapa penjaga bernama Ilyas itu dengan hormat dan setengah membungkukkan badannya.
Alexandra terdiam ditempatnya.Ia ingin pergi dari tempat itu, tapi ia merasa sudah terlambat sekarang.Pria itu sudah didepannya dan tidak mungkin rasanya ia berbalik pergi begitu saja.
"Aku memberimu tugas penting dan aku akan meminta pertanggung jawabanmu jika ada kesalahan." kata Malkoçoğlu dengan nada datar pada Ilyas sang penjaga kuda namun matanya menatap tegas penjaga muda itu.
"Saya mengerti, Bali Bey."
"Bagus.Kembalilah bekerja." ucap Malkoçoğlu lagi lalu berbalik pergi tanpa memandang atau melirik sedikitpun pada Alexandra, seolah ia tak terlihat berdiri didepan pria itu.
Alexandra memandang punggung tegap Malkoçoğlu dengan heran yang berlalu pergi hingga berbelok ke bagian dalam rumah dan masih memandang jejak punggung itu meski sudah tak terlihat lagi.
Ia tidak tahu apa yang salah tapi ia tidak suka melihat bagaimana pria itu mengacuhkannya seolah ia makhluk tak kasat mata.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
The Commander's Love Story
Ficção HistóricaSeorang prajurit yang tangannya dipenuhi darah dan hidupnya dipenuhi oleh kebencian musuh-musuhnya. Prajurit tangguh yang tak mengenal belas kasih ketika di medan pertempuran. Namun tatapan mata sebiru lautan penuh dendam itu telah mengusik hidupnya...