Mimpi dan Kenyataan

215 31 1
                                    

Ia sedang berlari dipadang rumput yang luas.Sejauh mata memandang yang dilihatnya hanyalah padang savana yang hijau dan tenang.Meski tidak mengetahui dimana ia berada sekarang, tapi tempat ini memberi kedamaian, seolah ia telah kembali kedalam pelukan hangat ibunya.

Dilihatnya di kejauhan, siluet seseorang dengan pakaian hitam berdiri memandangnya dari kejauhan.Ia tidak tahu siapakah sosok tinggi itu.Cahaya matahari yang terang menyilaukan matanya hingga ia tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya.

Lalu ia mendengar sebuah gema suara yang berasal dari jauh tapi anehnya ia bisa mendengarnya dengan jelas, seolah dibisikkan tepat di telinganya.Suara rendah dan berat yang menyebut namanya.

"Maaf.., Alexandra."

***

Alexandra terbangun dari tidurnya.Cepat-cepat ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya hingga ke leher dan mencengkramnya erat.Ia kembali beringsut ke ujung ranjang.Ia tahu ada seseorang yang mengawasinya ketika ia tertidur tadi.Ia bisa merasakannya, tapi sejauh ia memandang berkeliling kamarnya hanya ada kegelapan yang melingkupi.Suara derak kayu yang terbakar di perapian menjadi satu-satunya suara yang ia dengar.

"Apa aku benar-benar bermimpi?" tanyanya dalam hati.

Ia tidak bisa lagi memejamkan matanya.Suara rendah itu masih terngiang ditelinganya, terasa seperti mimpi tapi juga nyata.

"Tuhan.. lindungilah aku.Bunda Maria.. jagalah aku dalam tidurku." Alexandra berdoa, memegang rosario peninggalan Ibunya, mencium dan mendekapnya didada.

***

Alexandra memandang Gülnihar yang sedang menambah kayu bakar di perapian.Udara mulai terasa dingin menusuk.Ia bisa membayangkan salju yang turun diluar sana.

Tiga hari berlalu sejak kejadian mengerikan malam itu.Sejak itu pula Alexandra belum melihat pria itu.Gülnihar mengatakan sudah tiga hari tuannya itu sedang berada di istana dan belum pulang kerumah, meskipun Alexandra tidak pernah menanyakannya.

Alexandra juga melihat perubahan sikap Daye kalfa dan Gülnihar padanya.Daye kalfa terlihat lebih ramah padanya.Ia juga terlihat seperti merasa bersalah.Gülnihar juga begitu memperhatikan kebutuhannya.Mereka berdua seakan merawatnya seperti Nona bangsawan dirumah ini.

"Apa ruanganmu sudah cukup hangat? Mau kutambahkan kayu bakarnya?" tanya Gülnihar masih sambil memasukkan sebalok kayu.

"Tidak, terima kasih." jawab Alexandra pelan.

"Baiklah kalau begitu.Kau bisa mengetuk pintu jika butuh sesuatu.Penjaga akan memberitahukannya padaku." terang Gülnihar lagi.Ia sudah bersiap meninggalkan ruangan ketika Alexandra memanggilnya.

"Gülnihar.. " panggil Alexandra pelan.Pelayan muda itupun menghentikan langkahnya dan berbalik kembali menghadap Alexandra, "apa.. kau tidak merindukan orang tuamu?" tanya Alexandra lagi.

"Tidak." jawab Gülnihar cepat, "karena aku tidak mengenal mereka.Daye kalfa membawaku dari jalanan saat usiaku enam tahun dan merawatku.Dan sejak saat itu pula aku tinggal bersamanya dan melayani Bali Bey."

"Kau bahagia?"

"Tentu saja.Aku selalu bersyukur pada Allah tidak harus hidup di jalanan lagi, punya tempat berteduh dan makan setiap hari.Apa lagi yang kurang dalam hidupku?"

Alexandra menatap Gülnihar yang berbicara padanya dengan mata berbinar.

Sesederhana itukah pandangan Gülnihar tentang kehidupan?

Selama ini ia berjuang dalam hidupnya, menjalani kehidupan sulit, berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan satu tujuan untuk membunuh pria yang telah menghancurkan hidupnya dan telah membunuh seluruh keluarganya.

Lalu jika seandainya ia berhasil melakukannya, apa ia akan bahagia? Apa ia akan merasa puas?
Apa Ayah, Ibu dan saudara laki-lakinya akan bangga padanya?

Alexandra lama menatap Gülnihar.Ada pancaran kebahagiaan di wajahnya yang putih bersih.Gülnihar hanya sedikit lebih tua darinya, tapi ia merasa Gülnihar terlihat jauh lebih muda dan bahagia dibandingkan dirinya yang lemah dan lelah.

Alexandra menurunkan kakinya dari ranjang kelantai marmer kamar lalu bangkit berdiri.

"Kau mau kemana?!" tanya Gülnihar takut.Ia menoleh kebelakang, kearah pintu, memastikan ada penjaga diluar sana.

"Ajari aku memasak dan membersihkan rumah.Aku ingin bekerja dirumah ini." kata Alexandra mantap.

"Apa?!"

"Tenang saja, aku tidak akan melarikan diri.Aku juga ingin hidup bahagia, punya tempat berteduh dan bisa makan setiap hari. Sepertimu."

###

Note:

Hai all readersku yang paling berharga ;D

So sorry banget kalau perjalanan cinta pahlawan kita agak sedikit lambat untuk update.Kedepannya pun akan sedikit lama.Ada kepentingan didunia nyata yang harus aku pikirkan karena sekarang udah gak sendiri lagi (if you all know what i mean) *^.^*

Tapi Insya Allah cerita ini akan ditamatkan.Dan aku berharap readers semua tetap setia ngikutin kisah dua insan beda usia, negara, ras dan kepercayaan ini.

And thank you for all your support.Aku seneng kalian semua nuntut untuk terus up karena itu menjadi semangat dan janji yang harus aku tepatin buat kalian semua.

Love and hugs for you..

XOXO



The Commander's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang