Hukuman

194 25 8
                                    

"Apa kau tahu siapa wanita yang kau tampar di pasar waktu itu?"

Alexandra dan Gülnihar sedang membersihkan ruangan besar yang berfungsi sebagai ruang baca. Buku-buku dalam berbagai macam bahasa tersusun rapi di rak-rak kayu tinggi, bahkan perlu sebuah tangga untuk mengambil buku di rak paling atas.

Sudah dua hari berlalu tanpa ada sesuatu yang berarti sejak kejadian di pasar siang itu. Alexandra berpikir hal itu hanyalah masalah kecil dan sudah melupakannya, hingga sore ini ketika Gülnihar kembali menyinggungnya.

"Tidak, dan aku tidak peduli." jawab Alexandra datar sambil merapikan susunan buku sesuai urutan abjadnya.

"Oh.. kau harus peduli, Xandra, karena masalah itu tidak sesederhana yang kau pikirkan." Gülnihar kini berhenti melakukan kegiatan bersih-bersihnya dan berdiri tepat disamping Alexandra yang masih tetap sibuk dengan buku-bukunya.

"Baiklah," dengan enggan, Alexandra ikut menghentikan aktifitasnya dan berbalik menghadap Gülnihar, "jadi katakan, siapa wanita itu?"

"Dia adalah kerabat dari Raja terdahulu di negara ini.Meskipun Raja itu telah mati dalam perang dan keluarganya tidak lagi memegang kekuasaan, tapi kurasa pengaruhnya tidak semudah itu hilang, kan?" terang Gülnihar.Kini Alexandra benar-benar memusatkan perhatiannya pada kata-kata yang baru saja diucapkan Gülnihar.

Kerabat raja?

Pikirannya mulai bekerja. Apakah kejadian siang itu akan membawa dampak buruk pada kepemimpinan Bali Bey di negara ini?

***

Alexandra berdiri di tengah ruangan mewah tepat dibawah lampu gantung kristal besar. Didepannya, disebuah kursi berukir, duduk Malkoçoğlu Bali Bey dengan mengenakan baju sutra yang biasa ia gunakan ketika menjamu para pejabat dan bangsawan. Disamping pria itu duduk dengan anggun seorang wanita berparas cantik. Gaun yang dikenakan wanita itu sangat indah dan berhiaskan sulaman rumit. Perhiasan yang ia kenakan di leher dan jari tangannya menunjukkan bahwa ia adalah seorang bangsawan berkasta tinggi. Wanita itu memperhatikan Alexandra dari ujung kaki hingga kepala dengan pandangan mencela yang terlihat jelas di kedua matanya. Sedangkan Malkoçoğlu Bali bey hanya terdiam di tempat duduknya, ekspresi wajahnya tidak terbaca.

 Sedangkan Malkoçoğlu Bali bey hanya terdiam di tempat duduknya, ekspresi wajahnya tidak terbaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seorang pelayan rendahan dengan berani mempermalukan bangsawan didepan umum.Kurasa hukuman mati adalah hukuman yang setimpal.Hukum yang berlaku tertulis seperti itu sejak ratusan tahun yang lalu.Bukan begitu, Tuanku?" terdengar suara rendah mendayu wanita itu berkata pada Malkoçoğlu Bali Bey yang dibalas pria itu dengan kebisuan.

Alexandra tahu ia akan menghadap Bali Bey dan kemungkinan juga wanita itu saat Daye kalfa menyuruhnya menemui pria itu di ruang kerja yang ia gunakan untuk menjamu para pejabat, bangsawan dan utusan negara asing.

Tapi Alexandra tidak bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan kata-kata wanita itu sungguh mengejutkannya. Ia tidak mengira bahwa menampar wanita bangsawan bisa membawanya menuju kematian.

"Mungkin itu adalah aturan yang dibuat oleh dinasti terdahulu.Tapi sekarang penguasa wilayah ini adalah Yang Mulia Sultan Süleyman Yang Agung.Dan aku sebagai Gubernur merupakan wakil langsung dari Yang Mulia Sultan..," Malkoçoğlu berkata setelah beberapa saat terdiam lalu melanjutkan, "..maka kata-katakulah yang menjadi hukum di negara ini, nagysàgod."

Mendengar ucapan Malkoçoğlu, wanita itu menatap tajam padanya. Sedetik, Alexandra melihat wajahnya berkerut menahan marah dan akan mengucap sesuatu, namun ia mengurungkannya lalu menampilkan senyum terpaksa yang tidak sampai ke matanya.

"Ah..maafkan aku,Tuan.Aku sudah lancang dan telah menghina Anda.Tentu saja Yang Mulia Sultan Süleyman adalah penguasa kami dan Anda adalah pelindung dan panutan kami." kembali wanita itu berbicara dengan suara lembut.

Mendengar ucapan Malkoçoğlu, Alexandra bisa bernapas lega. Setidaknya ia tidak akan mati. Malkoçoğlu Bali Bey tidak akan pernah membunuhnya, karena jika mau sudah sejak dulu ia lakukan.

"Namun,Sultan Süleyman adalah penguasa yang adil dan bijaksana.Tentu setiap kesalahan pasti ada hukumannya." Malkoçoglu kembali berbicara sambil menatap Alexandra yang juga balas menatapnya dengan tatapan cemas. Ia lalu mengalihkan pandangannya dan menatap wanita bangsawan itu."Nyawa dibalas nyawa.Apa yang dilakukan oleh orangku pada Anda juga harus mendapat hukuman yang sama.Nah..sekarang silahkan Anda membalas perbuatannya dengan hukuman yang sama."

Wanita itu membalas tatapan  Malkoçoğlu seakan ingin memprotes keputusan sang Gubernur. "Maafkan aku, Tuan.Tapi ini tidaklah sama.Pelayan rendahan itu menamparku didepan umum.Jika harus sepadan, aku juga ingin melakukan hal yang sama ditempat yang sama." protesnya.

"Nagysàgod-Mylady-, seperti yang Anda bilang, dia hanyalah pelayan rendahan.Jika hanya demi pelayan rendahan Anda menemuiku dan memukulnya didepan umum, bukankah itu hanya akan mempermalukan Anda?" ucap Malkoçoğlu bernada ringan namun pandangannya yang keras mampu membuat siapapun terdiam.

"Ten..tentu saja, Tuan.Sekali lagi maafkan aku dan terima kasih telah mengkhawatirkan rakyatmu yang lemah ini."

Tampak tak bisa lagi berbuat apa-apa, wanita itu pun bangkit dari duduknya lalu sedikit membungkukkan badannya pada Malkoçoğlu. "Baiklah.Dengan ijinmu, Tuanku.Akan kulakukan..," kemudian melangkah menghampiri Alexandra.

Suara tamparan itu begitu keras dan menggema. Alexandra meringis pelan menahan panas yang membakar pipi kirinya. Telinganya berdenging dan ia bisa merasakan rasa asin darah di sudut bibirnya. Namun ia tidak berkata apa dan tetap berdiri ditempatnya.

Setelah menamparnya, wanita itu mengeluarkan sapu tangan kecil dari balik lipatan gaunnya, mengusap tangan kanannya yang telah bersentuhan dengan pipi Alexandra lalu berbalik kembali menghadap Malkoçoğlu.

"Terima kasih atas keadilan Anda, Tuanku.Semoga perlindungan dan keselamatan selalu berada bersama  Yang Mulia Sultan dan Anda."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, wanita itupun pergi meninggalkan Alexandra dan Malkoçoğlu Bali Bey yang menatap lurus ke depan dengan kedua tangannya terkepal erat.

###

Update guys..

Thank you for all patience,love and support 🥰🥰

XOXO

The Commander's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang