Tidak pernah terpikirkan bagi Alexandra bahwa hari hari dan bulan bulan yang ia lewati tanpa kehadiran seorang Malkoçoğlu Bali bey terasa hampa dan muram. Keberadaan pria itu telah memberikan apa yang seharusnya didapatkan gadis muda seperti dirinya. Keluarga baru, kehangatan sebuah rumah dan jaminan keamanan dari segala hal buruk yang mungkin akan menimpanya jika ia masih berkeliaran di luar sendirian. Dan kini ia sadari, kepergian pria itu ke medan perang telah memberi lubang pada hatinya.
Perang
Kata itu seakan menjadi sihir mematikan baginya. Perang telah merebut orang-orang terkasihnya di masa lalu. Dan seolah tidak ingin pergi darinya, kata itu kembali menghantuinya.
Alexandra menghela napas berat. Di malam-malam sunyi seperti ini, perasaan takut akan kehilangan membuat jantungnya seolah akan berhenti berdetak.
Sesaat yang sepi hingga ia mendengar sayup-sayup lantunan doa dari kamar Gülnihar di sebelah kamarnya. Awalnya ia berpikir Gülnihar sedang bersenandung namun temannya itu menjelaskan bahwa itu bukanlah lagu, melainkan lantunan ayat dari kitab suci.
Sungguh indah dan menyejukkan. Dan hanya lantunan doa yang didengarnya setiap malam itulah yang mampu memberi ketenangan di dalam kegundahan yang ia rasakan.
***
"ALEXANDRA!"
Alexandra terkesiap mendengar namanya dipanggil dengan cukup keras yang membuat tubuhnya sedikit terlonjak. Ia yang sedang merapikan tanaman bunga di taman lalu menoleh kearah belakang dan dilihatnya Gülnihar berjalan cepat menuju kearahnya dengan raut muka yang terlihat ceria.
"Aku yakin kau pasti belum mendengar berita ini!" ucap temannya itu sedikit keras dan penuh semangat.
"Kau benar, karena aku belum berbicara kepada siapapun sepanjang hari ini." sahut Alexandra asal dan tidak antusias. Ia kembali berjongkok dan bersiap melanjutkan tugasnya.
"Bali bey akan segera pulang! Perang telah usai dan ia akan segera kembali, Xandra."
Mendengar berita yang dibawa temannya itu, Alexandra sangat terkejut dan tanpa sadar menjatuhkan sekop kecil yang ia pegang. Wajahnya menegang dan pupil matanya melebar. Perlahan ia bangkit berdiri dan kembali menatap Gülnihar tepat di matanya.
"Apa katamu?"
"Allah! Alexandra.. Apa kau tidak mendengarku? Bali bey akan.. "
"Apa kau yakin?" Alexandra memotong kata-kata Gülnihar. Ia mendengar dengan jelas berita yang disampaikan Gülnihar tadi. Ia hanya ingin memastikan lagi apa yang diucapkan Gülnihar bukanlah gurauan.
"Aku baru saja mendengar sendiri berita yang disampaikan prajurit pembawa berita kepada Rehim ağa. Kalau kau tanya bagaimana aku bisa mendengarnya, itu karena aku yang mengantarkan prajurit itu ke ruangan Rehim ağa.Dan ya, aku yakin!"
Alexandra jatuh terduduk di tanah, kekagetan yang ia rasakan membuat kedua kakinya seolah tak sanggup menyangga tubuhnya. Setitik air mata mengalir di pipi pucatnya.
Tidak, ini bukanlah air mata kesedihan, tapi ini adalah air mata kebahagiaan, perasaan yang telah lama direnggut darinya.
Lima purnama telah ia lewati dengan rasa hampa di hatinya. Kini seolah Tuhan telah menjawab doa dan harapan yang ia panjatkan di setiap malam.
###
![](https://img.wattpad.com/cover/215120412-288-k478013.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Commander's Love Story
Ficción históricaSeorang prajurit yang tangannya dipenuhi darah dan hidupnya dibayangi kebencian dari musuh-musuhnya. Prajurit tangguh yang tak mengenal belas kasih ketika di medan pertempuran. Namun tatapan mata sebiru lautan penuh dendam itu telah mengusik hidupny...