Hidup Baru

209 32 7
                                    

Alexandra sedang menggossok pantat panci tembaga yang lalu ia bersihkan bagian dalamnya dan membilasnya.Setelah bersih, panci itu ia letakkan diatas tungku api.Hari ini Daye kalfa menyuruhnya membuat sup daging sendiri setelah sebelumnya pelayan paruh baya itu mengajarinya dengan cepat.

Meski ia sangat menyukai cita rasa makanan Ottoman yang penuh dengan aneka rempah-rempah tapi ia belum pernah mendapat kesempatan memasak dengan tangannya sendiri.Karena itu, ketika ketika Daye kalfa memberi tugas penting pertama sebagai pekerja di rumah ini, ia begitu bersemangat dan berjanji akan berusaha untuk memasakkan makanan yang terbaik bagi siapapun yang akan memakannya.

Ia memasukkan bawang putih dan jahe yang sudah ia tumbuk halus, potongan kentang, bawang bombay dan beberapa rempah yang sudah ia catat sebelumnya di kepalanya.Alexandra memiliki kelebihan yang sangat ia banggakan.Ia adalah orang yang memiliki ingatan kuat.Cukup sekali seseorang perlu mengajarinya dan ia akan mengingatnya terus.

Sama seperti bagaimana ia mengingat wajah pria itu selama bertahun-tahun.

"Kau butuh bantuan?" tanya Gülnihar sambil mengintip dari balik bahunya.

"Tidak.Kau kerjakan saja bagianmu." kata Alexandra sambil memasukkan potongan kecil daging sapi.

"Sup itu adalah kesukaan Bali Bey." kata Gülnihar lagi sambil mengiris sayur dan meletakkan di wadah kayu besar, "sangat bagus dimakan saat musim dingin seperti ini." lanjutnya.

Mendengar itu, Alexandra terdiam sejenak.Sudah seminggu ia tidak melihat pria itu yang dikatakan Gülnihar masih berada di istana.

"Apa dia akan kembali kerumah hari ini?" batin Alexandra.Ia penasaran tetapi tidak ingin menanyakannya  pada Gülnihar.

Alexandra kembali berkutat dengan supnya yang mulai mengepulkan uap panas berbau harum.

"Daye kalfa memanggilmu Mihrünnisa.Kau tidak keberatan?"

"Terserah dia.Aku tidak peduli." jawab Alexandra datar tanpa menoleh pada pelayan muda yang sedang menatap punggungnya itu.

"Tapi namamu bukan Mihrünnisa dan kau juga bukan seorang.., "
Gülnihar ragu sesaat lalu melanjutkan, "yah .. maksudku kau bukan seperti kami." Ia lalu berpikir sejenak dan berkata,  "Aku akan memanggilmu dengan nama aslimu ketika kita berdua saja, bagaimana?" 

"Terserah kau saja." jawab Alexandra masih dengan nada datar yang sama, namun ia tersenyum kecil mendengar usulan pelayan yang kini menjadi teman barunya itu.

"Baiklah kalau begitu.Ayo Alexandra, kita buat masakan yang sangat enak hari ini!" kata Gülnihar bersemangat.

***

Malkoçoğlu memandang dari kejauhan dua sosok gadis muda yang sedang berbicara penuh keakraban sambil mengerjakan pekerjaan didepan mereka.Sesekali obrolan mereka diselingi tawa kecil.

Salah satu gadis yang menjadi fokus perhatiannya, seorang gadis berambut emas dengan gaun cokelat panjang.Warna gaunnya terlihat kusam, tapi melekat indah dan pas ditubuh rampingnya.Tawa kecil gadis itu menghias wajah mungilnya dengan indah, menambah kecantikan diwajahnya.

"Ia terlihat lebih baik." 

Suara pelan Daye kalfa dari balik badannya mengagetkannya.Ia memalingkan wajahnya kebelakang lalu berdehem pelan, berusaha menghilangkan bayangan cantik itu dari matanya.

"Ya, aku bisa melihatnya." kata Malkoçuğlu.Ia lalu berbalik dan melangkah tegap meninggalkan tempat itu diikuti Daye kalfa yang mengekor dibelakangnya.

"Apa keputusan Yang Mulia Sultan sudah pasti, Beyim?" 

"Ya.Persiapkan semuanya, Daye.Kita akan berangkat di awal musim semi ini." perintah Malkoçoğlu sambil tetap melangkah menyusuri anak tangga marmer.

"Baik, Beyim."

"Dan panggilkan Rehim ağa kekamarku." kata Malkoçoğlu lagi yang lalu memasuki kamar pribadinya.

###

The Commander's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang