Tujuh tahun telah berlalu sejak pertempuran Rhodes. Malkoçoğlu Bali Bey bukan lagi hanya seorang pemimpin pasukan akıncı.Ia kini juga adalah komandan militer pasukan elit kesultanan Ustmaniyah atau Janissary.
Sejak pertempuran Mohaçs yang berakhir dengan kemenangan pasukan Ustmaniyah tiga tahun lalu, Malkoçoğlu telah menjelma menjadi tangan kanan Sultan dalam urusan kemiliteran.
Pertempuran itu memang telah membuat namanya dikenal berkat kecerdikan dan keberaniannya memimpin pasukan akıncı dan ghazi yang memberikan kemenangan untuk pasukan sang Sultan.
Sultan Süleyman sangat menghargai dan mempercayai Malkoçoğlu.Ia dan Pargali Ibrahim Paşa, sang Wazir Agung atau perdana menteri adalah penasihat terdekat Sultan.Jika Wazir Agung membantu Sultan dalam urusan pemerintahan dan politik maka tugasnya adalah membantu Sultan dalam urusan militer.
Tapi situasi kesultanan saat ini relatif aman.Sultan Süleyman tak lagi gencar melakukan kampanye militer yang berarti ia akan banyak menghabiskan waktunya di ibukota Istanbul dan didalam istana Topkapı menemani sang Sultan.Hanya sesekali ia pulang kerumahnya yang hanya ditinggali oleh pelayan setianya, Daye kalfa dan Rehim Ağa.
Bukannya tidak suka dengan kondisi yang tenang ini, tapi jika harus memilih dia lebih senang menemani Sang Sultan ikut berperang ketimbang hanya menerima laporan-laporan dari bawahannya mengenai kondisi negara atau berkeliling ke sudut-sudut kota, mengontrol keamanan dan keteraturan yang terkadang ia lakukan sendiri.Meski itu bukanlah tugasnya sebagai seorang komandan tertinggi pasukan elit kerajaan.
Seperti sekarang, ia sedang berjalan di pasar kota yang penuh sesak dan ramai ketika menyadari ada seseorang yang menatapnya tajam dari kejauhan.Insting prajuritnya bisa mengetahui jika ada seseorang yang memperhatikannya.
"Rehim Ağa, kau kembalilah dulu kerumah.Aku masih ada urusan disini." perintahnya pada pelayan yang juga orang kepercayaannya itu.
"Baik, Beyim." jawab pria muda yang telah melayani Malkoçoğlu sejak kecil itu patuh tanpa bertanya dan langsung melangkah pergi meninggalkan tuannya.
Malkoçoğlu memperhatikan orang itu dari sudut matanya, berpura-pura tidak menyadari kehadiran sang pemantau.Dari sudut matanya, ia memperhatikan sosok itu adalah seorang pria bertubuh kecil dan sekilas terlihat masih muda, meski ia tidak bisa meyakininya.
Ia berpura-pura memperhatikan para pedagang yang sedang menjajakan dagangannya, melewati lorong-lorong pasar dengan langkah lambat dan santai, lalu setelah melewati beberapa belokan ia melangkah dengan cepat untuk memastikan bahwa pria itu memang mengikutinya.Dan benar saja sosok itu mengikuti setiap gerak langkahnya.
Malkoçoğlu terus melangkah melewati lorong-lorong pasar hingga ia tiba di lorong yang sempit dan sepi, tempat yang sangat cocok digunakan untuk lokasi penjebakan.
Ia bersembunyi dibalik tumpukan pot besar tanah liat, seperti seekor singa yang sedang menunggu mangsanya datang.Tak berapa lama laki-laki kecil itu datang.Ia terlihat kebingungan mencari orang yang ia ikuti.Lalu dengan sigap Malkoçoğlu keluar dari tempat persembunyiannya dan menghadapi langsung si penguntit.
"Mencariku?" tanya Malkoçoğlu tenang pada sosok lelaki kecil itu yang langsung terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.Matanya terbelalak lebar, menatap tajam Malkoçoğlu dengan tatapan penuh kebencian.
Malkoçoğlu mengamati si penguntit.Pakaiannya lusuh dan kotor, terlihat beberapa sobekan di kain lengan dan di celana şalvar cokelatnya.Ia juga memakai sarık atau lilitan kain seperti turban yang terlihat besar untuk ukuran kepalanya yang kecil hingga ia terlihat seperti membawa lilitan kain yang panjang.Wajah pria itu cukup unik meskipun ia tidak bisa mengamati dengan jelas karena wajahnya dipenuhi coreng moreng tanah liat.Dia terlihat seperti pria muda pekerja kasar yang hidupnya sangat susah.
Tapi bisa saja dia adalah mata-mata negara asing.Jika tidak, untuk apa pekerja kasar sepertinya menguntit dan menatapnya dengan tatapan penuh dendam.Malkoçoğlu semakin mewaspadai sosok si penguntit itu.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Malkoçoğlu lagi, namun si penguntit itu tidak menjawab.Lalu mendadak penguntit itu mengambil sebilah belati dari balik bajunya dan mulai menyerang Malkoçoğlu.
Gerakan penguntit itu cukup lihai.Ia menyabit kekanan dan kekiri tubuh Malkoçoğlu dengan gerakan cepat, mungkin dikarenakan tubuhnya yang kurus kecil hingga memudahkannya menggerakkan tangannya untuk menebas kesana kemari.
Tapi Malkoçoğlu Bali Bey bukanlah perwira militer biasa.Dengan mudah dia berkelit dari serangan pemuda itu.Jika hanya segini saja jelas si penguntit tidak mengenal siapa dirinya.
Atau mungkin ia salah.
Entah karena ia lengah atau si penguntit itu yang memang lihai, namun sabetan belati kecil itu berhasil melukai tangan kiri Malkoçoğlu, membuat tangannya mengucurkan darah segar.
Malkoçoğlu menatap tangannya yang berdarah dengan sepintas lalu.Namun ia menjadi hilang kesabaran.
Dengan gerakan cepat dan tiba-tiba Malkoçoğlu berhasil menangkis tangan kanan si penguntit yang akan menancapkan belati ke dadanya, membuat pisau itu terlepas dari pegangan tangannya.
Mata si penguntit terbelalak kaget melihat belatinya terpental jatuh ketanah.Menyadari telah tersudut, ia berbalik dan berlari kencang meninggalkan Malkoçoğlu.
Tapi Malkoçoğlu tidak akan membiarkan penjahat itu pergi begitu saja.Dengan cepat, ia juga ikut berlari mengejar si penguntit.Dengan langkahnya yang lebar ia berhasil melampaui si penjahat kecil itu.Sambil berlari,Malkoçoğlu mengulurkan tangannya hendak menangkap tangan si penjahat, tapi karena tubuh laki-laki itu kecil, tangan Malkoçoğlu lebih mudah mencapai sarik besarnya.
Ia mengulurkan tangannya dan berhasil menarik lilitan kain itu dari kepala si penjahat.Dan tanpa diduga, setelah sarik itu terlepas dari kepala si penjahat, lambaian rambut panjang keemasan menutupi pandangan matanya.Uraian rambut itu menari nari di matanya, tertiup oleh angin dan mengikuti gerak lari sang pemilik.Sinar matahari siang yang terik menyinari rambut itu, menambah kilau cahaya keemasannya.
Sesaat Malkoçoğlu terkejut dan tertegun dengan pemandangan aneh didepan matanya.Ia pun sedikit memperlambat larinya.Namun itu hanya sesaat.Ia segera tersadar dari keadaan bingungnya.Dan sebelum penjahat itu berhasil lolos darinya, Malkoçoğlu melilitkan rambut panjang itu ditangannya dan menariknya keras kebelakang.
"Aakhh!!"
Suara jerit kecil nyaring terdengar diikuti debuman keras di tanah berbatu.Si penjahat itu terpental kebelakang karena tarikan kuat tangan Malkoçoğlu pada rambutnya.
Penjahat itu, yang ternyata adalah seorang gadis muda, meringis kesakitan ditanah.Tubuhnya yang kecil dan lusuh diam tak bergerak di jalanan berbatu.Mulutnya meringis tanpa suara menahan rasa sakit di punggungnya.Matanya yang sebiru lautan mengeluarkan genangan airmata kesakitan.
Tapi dibalik genangan airmata itu, Malkoçoğlu bisa melihat dengan jelas kebencian yang mendalam dimata biru itu.Entah kenapa untuk pertama kalinya, tatapan tajam penuh kebencian di mata gadis muda itu telah mengusiknya.
"Siapa kau?!"
###
KAMU SEDANG MEMBACA
The Commander's Love Story
Historical FictionSeorang prajurit yang tangannya dipenuhi darah dan hidupnya dipenuhi oleh kebencian musuh-musuhnya. Prajurit tangguh yang tak mengenal belas kasih ketika di medan pertempuran. Namun tatapan mata sebiru lautan penuh dendam itu telah mengusik hidupnya...