Kembali

64 12 5
                                    

Iring-iringan pasukan Janissari berseragam merah memasuki gerbang kota dengan langkah tegap. Kuda-kuda terbaik yang menjadi tunggangan komandan dan pemimpin pasukan berderap dengan hentakan kaki seirama. Para penduduk lokal tampak berjejer rapi di sisi kanan dan kiri jalan, memberi tempat bagi pasukan yang telah meraih kemenangan dalam pertempuran. Wajah para penduduk tidak menunjukkan ekspresi senang tapi juga tidak memperlihatkan kebencian. Mereka hanya saling berbisik satu sama lain, mengamati betapa gagah dan berkuasanya para pasukan Dinasti Ottoman.

Malkoçoğlu Bali bey, sebagai sang komandan pasukan tertinggi, memimpin di barisan terdepan, menungganggi kuda hitam besar yang telah menjadi teman seperjuangannya selama bertahun-tahun dalam pertempuran. Tatapannya lurus ke depan tanpa ekspresi, seakan ingin menyampaikan pesan kepada musuh untuk tidak memandang remeh kekuatan pasukan Sultan Suleyman yang Agung.

Di ujung pandangan matanya, menara kerucut kastil tampak menjulang dengan cantik menyambut kedatangannya.

Ia telah kembali, demi Kekaisaran yang ia bela dan demi mereka yang ia kasihi, yang ia jaga dan lindungi dengan segenap hati dan kekuatannya.

***

Tak ada kelegaan yang melebihi apa yang ia rasakan ketika dilihatnya pria itu melangkah memasuki aula kastil. Tidak ada yang kurang dari dirinya, semuanya tampak sama seperti saat pria itu meninggalkannya.

Seperti para pelayan yang lain, Alexandra berdiri berjejer, menyambut sang Gubernur yang kembali dengan membawa kemenangan.

"Selamat atas kemenangan yang Anda raih, Beyim. Semoga keberkahan Allah akan selalu menyertai Anda." terdengar di telinganya Daye kalfa menyambut pria itu dengan kebahagiaan dan kebanggan yang terlihat jelas di mata tuanya.

"Amin.." suara dalam Malkoçoğlu membalas sambutan Daye kalfa. Tangannya memegang erat tangan pengasuhnya itu. Sejenak mereka saling menatap, menyampaikan rasa bangga seorang ibu kepada sang putra yang telah melaksanakan tugasnya dengan luar biasa.

"Para pelayan sedang menyiapkan hidangan terbaik untuk menyambut Anda, Beyim. Beristirahatlah terlebih dahulu, karena malam ini sekali lagi akan menjadi malam yang melelahkan untuk Anda." 

Dengan diantar Daye kalfa, Malkoçoğlu  Bali bey berjalan menuju lantai atas, melewati barisan para pelayan yang membungkuk memberi hormat padanya, tak terkecuali Alexandra yang berdiri di barisan paling akhir.

"Kita harus bergegas. Ada tugas yang harus segera dikerjakan." Gülnihar berbisik di telinga Alexandra lalu menarik lengannya untuk meninggalkan aula utama menuju ke area dapur.

Mereka berjalan dalam diam, namun sesekali Gülnihar melirik Alexandra. Ia menyadari sikap temannya itu mendadak berubah setelah acara penyambutan tadi.

"Apa ada yang kau pikirkan?" tanya Gülnihar penasaran.

"Tidak, tidak ada." jawab Alexandra  singkat.

Alexandra sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan ia kecewa. Temtu ia bahagia melihat Malkoçoğlu Bali bey kembali dengan selamat. Namun perasaan itu mendadak menghilang saat pria itu melewatinya tanpa menyapanya atau sekedar memandang kearahnya. Ia yang telah merindukan pria itu selama berbulan bulan, mendoakannya di setiap malam lagi-lagi diacuhkan seperti makhluk tak kasat mata.

"Demi Tuhan! Sadarlah, Alexandra!"

###

The Commander's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang