Taurus - Sakit
*1005 Taurus*
Liburandua minggu berhasil membuat berat badan ku naik. Dan aku kewalahan untuk menurunkannya lagi. Padalah niatnya liburan mau ngurusin badan.
“Ta?”
“Hah?” Jawabku enggan.
“Biasa aja kali, lo cuma naik tiga kilo, nanti juga turun lagi.”
“Gampang ngomongnya, mewujudkannya susah. Lo enak berat lo nambah tapi gak nyampe lima puluh, nah gue udah lima satu Ra.” Aku kemudian meninggalkan timbangan dan segera duduk disamping Ara yang sedang tiduran diatas lantai.
Kami sedang di UKS, hari ini aku ada jadwal piket dan Ara sebenarnya tidak ada jadwal piket tapi ia –katanya—ingin ikut dengan ku kesini, sekedar beristirahat katanya.
Dan setelah selesai piket, kami tidak langsung pulang dan malah berleha-leha disini. Duduk dilantai dan beberapa kali tidur-tiduran diatas lantai UKS—yang bersih—menjadi pilihan kami untuk bersantai.
Tiba-tiba saja pintu UKS terbuka dan menampakkan Idra disana. Ara langsung mengambil posisi duduk, sedangkan Idra sempat menatap kami dengan wajah datar, baru setelah itu masuk dan langsung melompat keatas tempat tidur yang tadi sudah aku rapihkan, tasnya ia lempar asal ke lantai.
“Kak, itu udah saya rapiin ya ampun.” Ujar ku kesal, aku akan tau pada akhirnya dia akan bicara apa.
“Nanti rapiin lagi gampang.” Iya, Idra akan bicara seperti ini seolah-olah dirinya raja. “Emang hari ini lu doangan yang piket Ta?” Idra sebenarnya tau tidak mungkin aku sendirian pada jadwal piket, Idra ingin menjatuhkan PMR angkatanku. Dasar.
“Enggak, masih ada tiga orang lagi yang gak tau kemana.” Jawab Ara santai.
Aku menatapnya tajam mengatakan kenapa lo bilang kayak gitu?. Ara hanya mengangkat bahunya dan malah mengambil tas hitam miliknya kemudian ia sampirkan disalah satu bahunya.
“Balik yuk Ta, udah sore.”
“Lo ada les Ra?”
Sebenarnya—untukku dan Ara—ini belum terlalu sore untuk pulang. Biasanya kami akan pulang ketika matahari sudah hampir tenggelam, dan kali ini bahkan sang surya pun belum menampakkan kelelahannya.
“Enggak sih, balik aja yuk.”
“Lah lu pada mau balik?” Aku mengangkat bahu dan malah menunjuk Ara dengan dagu ku. “Lu mau balik Ra?”
“Iya.”
“Gua ikut dah.”
Idra yang baru tidur di atas kasur UKS pun langsung bangkit dan langsung menyambar tasnya yang tergeletak di lantai, kemudian keluar dari UKS. Ara yang melihat itu malah mengikuti nya dan meninggalkanku sendiri di belakang. Ah sial memang.
Aku melangkah cepat mengikuti mereka yang sudah asik mengobrol di depan sana. Aneh memang, aku belum pernah melihat Idra mau ngobrol berdua dengan Ara yang notabene ‘adik kelas’.
Jadi Idra itu sedikit menjaga image nya di depan adik kelas, bahkan di saat PMR pun antara angkatan ku dan Idra bagaikan air dan minyak. Idra selalu galak kepada ku, walaupun maksudnya tidak marah tetap saja nadanya itu meremehkan. Menyebalkan.
“Ra, lo mau balik berdua doangan apa?”
Ara yang terlihat baru menyadari diriku bersamanya tadi, langsung berbalik dan menepuk jidatnya. Aku langsung menaikkan mataku.