Taurus - Kamu
*1005 TAURUS*
Aku bisa sedikit bernapas lega sekarang.
Karna beberapa hari setelah mereka—Delvin dan Shilla—di kabarkan bersama, tiba-tiba mereka lost contact begitu saja. Haha.
Ya, Delvin benar-benar brengsek sekarang.
Dan seiring beredarnya kabar itu, Delvin menghilang bak di telan bumi. Hampir seminggu dirinya tidak masuk tanpa kabar sedikit pun.
Aku yang memikirkan segala macam tentang keberadaan Delvin terperanjat saat melihat seseorang yang seminggu ini menghilang sedang berjalan dengan santainya menghampiri guru yang sedang mengajar PM Bahasa Indonesia.
Seisi kelas hanya bisa diam dan memperhatikan setiap detil gerakan yang di buat Delvin untuk sampai ke tempat duduknya—di depanku.
Aku segera tersadar dan menganggap kedatangan Delvin merupakan hal yang biasa. Entah kenapa aku penasaran dengan tingkah Shilla kali ini, maka dari itu aku mengedarkan pandanganku ke wilayah kelas paling depan dan disitu aku melihat Shilla dengan ekpresi yang sulit tergambarkan sedang mencoret-coret buku PM miliknya.
Kelas kembali fokus pada materi PM yang sedang di sampaikan. Sedangkan aku, tetap saja sibuk berpikir ini-itu tidak terfokus sama sekali dengan materi yang di sampaikan.
Ini terlalu rumit untuk di pikirkan. Karna dirinya terlihat sangat santai dengan kasus yang akhir-akhir ini menyeret namanya sebagai pelaku kejam.
♠♠♠
"Lo kemana aja seminggu ini?" Tanyaku saat hanya ada aku dan Delvin di balkon depan. "Absen lo semuanya alfa asal lo tau."
Dirinya hanya diam, kedua tangannya saling bertaut. "Gue lomba."
"Lo bisa ngabarin salah satu dari kita, atau lo bisa bilang di grup kelas."
"Gue lagi gak nyaman aja sama kalian."
"Gak nyaman?" Tanyaku heran. "Lo gak nyaman sama kita? Kita atau Shilla?" Pertanyaan menohok itu sukses membuat Delvin menerawang.
"Sama kalian."
Sekarang aku benar-benar panas, di satu sisi aku senang karna Delvin kembali free namun disisi lain aku mengutuk dirinya yang tanpa dosa menyelesaikan hubungan dengan alasan tidak jelas. Dan sekarang dirinya menyalahkan kami semua yang keheranan.
"Siapa suruh lo bikin kontrofersi kayak gitu." Nadaku terdengar sedikit tinggi. "Kalo emang dari awal cuma buat mainan, buat apa lo bikin dia beneran suka sama lo?"
Aku terlalu sensitif dengan hal-hal percintaan seperti ini.
"Dia sendiri yang tiba-tiba su—"
"Ya karna lo emang memperlakukan dia lebih." Potongku. "Lo tau gak kalo cewek itu terlalu sensitif sama yang namanya perhatian, lo tau gak kalo cewek itu terlalu rentan sama yang namanya jatuh cinta."
"Gue gak nyaman sama kalian yang nganggep gue gak serius, gue gak suka dengan muka lo semua yang mengintimidasi gue atau dia." Ujar Delvin geram.
Aku terdiam, rasanya sesak mendengar Delvin mengomel. Aku memejamkan mataku dan menarik napas panjang untuk menenangkan, membiarkan setetes air mata jatuh. Jujur, aku takut dengan gertakan apalagi jika hal itu dilakukan golongan Adam.
"Tapi seharusnya lo udah tau resikonya kalo lo mau deket sama dia." Ujarku sedikit bergetar. "Dia itu gak punya orang terpercaya yang bisa dia curhatin, karna—hah—semua orang yang di percaya dia suka sama lo tanpa dia tau, dan seharusnya lo tau kalo mata fans lo ada dimana-mana.