SPECIAL PART (6)
Taurus - Kesayangan Abang*1005 TAURUS*
Lebih dari setengah jam aku duduk termangu sambil sesekali mengecek ponsel yang sudah lowbatt dihadapanku.
Gio yang 'katanya' sedang pergi ke supermarket depan tak kunjung datang. Aku beberapa kali mencoba menguhubungi Gio, mulai dari mengiriminya pesan hingga menelponnya berkali-kali.
Untuk mendengar alunan gitarnya saja aku harus menunggu setengah jam dengan bengong, benar-benar.
Setelah kurang lebih lima belas menit aku mengomel dalam hati, pintu rumah Gio yang sedari tadi tertutup akhirnya terbuka dan memunculkan cowok dengan kaos dan celana pendek itu disana sambil membawa sekantong besar plastik bertuliskan salah satu brand supermarket yang menjamur.
"Lama banget Yo, lu ke supermarket apa ke Lampung?" Pertanyaanku barusan sukses membuatnya terperanjat dan menatapku bingung.
"Lu ngapain disini?" Tanyanya heran sambil berjalan menuju ruang makan dan menaruh beberapa belanjaannya kedalam lemari pendingin.
"Pengen main gitar." Ujarku santai sambil menarik salah satu bangku ruang makan untuk ku duduki.
Air mukanya mendadak berubah. "Gak-gak apaan lu, senar gua udah dua kali putus gara-gara lu mainin." Aku tersenyum, sebenarnya itu hanya basa-basi saja, yang aku inginkan adalah Gio yang bermain gitar.
"Ih Yo, gue kan mau belajar main chord nya A Little Too Much." Rengek ku.
"Gua aja yang mainin." Ujarnya sembari bangkit dari jongkoknya kemudian menutup pintu lemari pendingin dua pintu di hadapannya. "Keknya lagi punya masalah." Ledeknya kemudian menjulurkan sekotak coklat yang terisi setengah kehadapanku.
Tanganku mengambil kotak yang Gio berikan. "Ya gitu." Ujarku sembari membuka alumunium salah satu coklat yang ada.
"Ambil gitar gue gih." Perintahnya sembari menunjukkan letak kamarnya dengan dagu.
"Yes." Sorak ku senang, kemudian beranjak dari ruang makan menuju kamar Gio di dekat tangga.
Saat aku kembali dengan gitar akustik dengan sticker logo band yang entah band mana, Gio sudah duduk manis di sofa yang tadi aku duduki dengan kaki bersila dan sekaleng kopi di tangannya.
"Nih." Gitarnya yang tingginya setengah tinggi tubuhku itu aku berikan pada Gio.
"Lu tau chord nya?"
"Am, C, F tapi pas reff nya C, G, F." Kepalanya mengangguk mengerti.
Jemarinya yang kurasa sudah sangat bersahabat dengan gitarnya, memetik beberapa senar membuat intro yang belum terasa benar.
Aku memejamkan mataku dan menyenderkan tubuhku ke sofa. Setelah beberapa saat, aku akhirnya dapat menyambungkan nada yang dibuat Gio dengan lirik lagunya.
Sometimes it all gets a little too much
But you gotta realize that soon the fog will clear up
And you don't have to be afraid because we're all the same
And we know that sometimes it all gets a little too much
Gumamku, menyelaraskan liriknya dengan alunan gitar yang mengiang di sekitarku.
And she would always tell herself she could do this
She would use no help, it would be just fine
But when it got hard, she would lose her focus