Tiga [rewrite]

775 21 4
                                    

Taurus - Masa Lalu

*1005 TAURUS*


Aku berbaring dengan beralaskan lantai dingin dan berlangitkan plafon putih dengan cahaya lampu yang menyilaukan. Aku tidak berniat tidur sepenuhnya. Sedari tadi degupan jantungku terus saja berlomba-lomba tak karuan.

Kenapa harus Delvin yang menabrakku saat itu. Kenapa juga Delvin memegang lenganku saat itu. Harusnya dia membiarkan aku jatuh begitu saja, kemudian menertawakan atau meninggalkanku begitu saja. Jangan bersikap hangat seperti itu dan semakin membuatku merasa aneh.

Bahkan kecemasannya saat itu melebihi Gilang yang menendang bola ke wajahku—walaupun tidak sengaja—yang jelas berkali-kali lebih sakit. Tas yang masih di sebelah pundaknya waktu itu, di lepas begitu saja.

Tangannya bahkan terus memegang lenganku sampai dirinya selesai meminta maaf.

Tapi seperti di hempaskan begitu saja ke tanah saat sedang terbang di antara awan-awan. Aku melihat Delvin melakukan hal yang sama pada temanku yang juga mengalami tragedi yang sama, seperti yang terjadi antara aku dan Gilang sebelumnya.

Benar-benar membuat sesuatu di dalam diriku berdenyut.

Aku menghembuskan napasku berat kemudian bangkit berdiri. Kakiku melangkah menuju dapur yang saat itu telah kosong, karena biasanya ibu masih mencuci piring bekas makan malam tadi.

Tanganku menggapai gelas di rak atas kemudian mengisinya dengan air putih hingga penuh. Dalam keadaan yang entah bagaimana mendeskripsikannya, aku menenggak segelas air itu tanpa jeda sedikit pun. Dan hal tersebut tentu tidak berjalan mulus.

Karena setelahnya aku tersedak, dan hidungku sedikit mengeluarkan air. Aku langsung batuk-batuk saat itu juga, tanganku memegangi leherku yang rasanya sangat mencekik.

Langkah terburu-buru terdengar semakin jelas, dan saat aku mendongakkan kepala, Gio muncul dengan wajah cemasnya dan langsung menghampiriku.

Kapan cowok ini bertamu? Dasar jelangkung!

Tangannya mengelus punggungku pelan. "Bego banget sih, minum aja keselek." Celetuknya.

Aku memukul-mukul lengannya, tidak terima dengan celetukannya barusan.

"Duh, duh Ta." Gio berusaha menjauhkan lengannya dari jangkauan tanganku namun tidak berhasil karna tangan satunya masih mengelus punggungku dan tidak berinisiatif untuk melepaskannya.

"Ya Allah." Kepalaku menengadah berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

Gio menjulurkan tangannya, memberikanku segelas air.

Kali ini aku akan menjamin airnya masuk ke dalam kerongkongan bukan tenggorokan seperti tadi. Maka dengan perlahan aku meneguk segelas air tersebut dan menyisakan setengahnya.

"Gara-gara lo dateng nih Yo, jadinya gini." Ujarku sembari memberikan gelas itu pada Gio.

Gio mengeryit sebal. "Gue dateng juga udah dari tadi, lo aja yang budeg di panggil-panggil gak nyaut."

Ah pikiran ini benar-benar menggangguku. Aku yakin Gio hampir—atau bahkan sudah—berteriak memanggil namaku tadi. Aku benar-benar tidak fokus hari ini.

"Kesini ngapain?" Tanyaku sesampainya mendudukan diri di sofa. "Tumbenan kesini, kesambet apaan lo."

"Iyaz, tumben ya gue kesini." Ujarnya heran.

Penambahan huruf 'z' di belakang sebuah kata menandakan bahwa arti kata yang dimaksudkan adalah sebaliknya dari arti kata sesungguhnya. Aku harap kalian mengerti.

1005 TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang