EXTRA CHAPTER
Time for me to move on now
It was probably just a silly crush anyway
But I just can't help but think..
That we.. we could have had something
Have I really been blind to reality?
Baby tell me...
-All in my head-
*1005 TAURUS*
Saat ini Taurus yang akrab di panggil Tata sedang duduk terpekur menatap kendaraan yang melintas hilir mudik tanpa jeda sedikit pun. Gadis itu di tinggal sendirian oleh seorang laki-laki yang teridentifikasi bernama Pai, sahabatnya selama tiga tahun terakhir.
Walaupun laman sbmptn yang terpampang di depannya telah menunjukkan universitas beserta jurusan yang beberapa bulan lalu dirinya daftarkan. Gadis itu tidak memekik girang atau bahkan sekedar bersemangat, berbeda dengan Pai yang langsung cabut begitu saja saat mengetahui hasil sbm nya yang sangat menggembirakan.
Jarinya menggerakkan kursor laptopnya, menutup laman tersebut kemudian mematikan benda yang telah merangkap menjadi kekasihnya tersebut.
Matematika, Universitas Indonesia
Setidaknya satu dari sekian mimpinya telah tercapai. Tata hanya bisa menghela napas berat sembari memasukkan laptopnya ke dalam tas.
Tadi Tata telah mengabarkan kabar baik ini pada ibunya di rumah melalui pesan singkat, perempuan berusia 40-an itu langsung menelponnya dan berkali-kali menyampaikan rasa syukurnya, yang Tata balas dengan gumaman sekenanya.
Tidak ada yang bisa berbahagia bersamanya sekarang, Pai telah kembali ke rumahnya, ibu sedang ada di rumah dan Tata sangat malas untuk pulang sekarang. Jadi siapa lagi yang bisa menemaninya berbahagia sekarang?
Oh Tata lupa satu hal, dirinya belum mengabarkan Ara. Omong-omong tentang perempuan satu itu, dia mengambil akselerasi dan sekarang telah berkuliah serta menetap di Malang.
Tata langsung merogoh isi tasnya untuk mencari ponselnya. Dengan cepat gadis itu mengetikkan sebuah pesan untuk Ara.
Tata: Gue bakal pake jaket kuning nih Ra
Ara: WAHH CONGRATS!!
Ara: Yah gue sendiri disini :(
Tata: Dingin lagi disana, gaada yang meluk deh
Ara: Dih emang lo mau meluk gue?
Ara: Ew
Tata: Najong dah, jombs
Tata: Gue gerogi orientasi jadinya -_-
Ara: Macam mau di lamar kau nak, grogi2
Tata: Jodoh gue udah mau ngelamar tuh di depan pintu
Ara: Oh ya? Cieh lulus SMA langsung nikah, selamat yah, semoga jadi keluarga bahagia
Tata: Yang bener ae Ra -_-
Tata terkekeh pelan melihat balasan Ara yang tak jelas arahnya. Sesaat kemudian telponnya berdering dan menampilkan sebuah nomer tak di kenal. Walau sempat ragu, dengan cepat Tata menggeser layarnya ke icon berwarna hijau di sebelah kanan.
Saat menempelkan ponselnya ke telinga, yang di dengarnya hanyalah sambungan telepon terputus. Tata menaikkan sebelah alisnya bertanya-tanya siapa orang kurang kerjaan yang baru saja mengerjainya.
Ah dirinya tidak peduli siapa penelpon misterius itu. Tata langsung saja memasukkan ponselnya ke dalam tas dan langsung menutup resleting tasnya. Setelah dipikir tak ada lagi yang bisa dirinya lakukan disini, Tata segera membopong tas ranselnya keluar dari cafe.
Tata merasa ada yang membuntutinya keluar dari cafe. Ah mungkin saja orang itu memang mau keluar dan kebetulan berbarengan dengannya, sangkalnya.
Untungnya cafe ini di lewati angkutan umum yang searah dengan rumahnya, jadi Tata tidak perlu repot-repot turun-naik angkutan nantinya. Tapi masalahnya, angkutan itu sangat jarang melintas dan sekalinya ada pasti sudah hampir penuh.
Jadi dengan sabar gadis itu berdiri di pinggir trotoar, menanti angkot kesayangannya melintas. Kadang sesuatu yang akan mengantar kita menuju tujuan memang harus butuh penantian bukan?
Dan tepat beberapa waktu kemudian, sebuah tangan mencolek bahunya pelan-hampir tak terasa bahkan. Walau merasakan colekan tersebut, Tata tetap memilih diam, mungkin saja itu angin atau apa pikirnya.
Namun orang itu kembali mencolek bahunya-kali ini lebih terasa-dan Tata merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya. Dengan itu, Tata memiringkan badannya menghadap orang itu.
-
-
-
Apakah sekarang gadis ini benar-benar di dunia nyata sekarang. Kenapa terasa begitu menyesakkan, kenapa air matanya mendesak keluar, kenapa wajahnya mendadak memanas.
Tata hanya bisa mematung menatap seseorang yang sekarang berdiri di hadapannya, menggantungkan sebuah headset persis di depan wajahnya. Tidak peduli dengan seberapa heran orang di depannya ini, Tata hanya terus diam menatap orang itu dengan mata berkaca-kaca.
Tolong ingatkan Tata untuk bernapas. Degupan jantungnya kini beratus-ratus kali lebih kencang dibanding sebelum-sebelumnya.
Sebuah ponsel yang terjulur di depannya, menampakkan laman yang sama yang tadi Tata buka. Dengan nama yang berbeda, tanggal lahir yang berbeda, nomer ujian yang berbeda, jurusan yang berbeda.
Tapi satu yang sama.
Teknik Elektro, Universitas Indonesia
Kenapa hanya dengan melihat namanya, mengingat tanggal lahirnya, dan melihat universitas yang sama bisa membuatnya ingin mati sekarang juga?
Dan bolehkan dirinya menangis sekarang, dirinya tidak tahan dengan sesak di dadanya.
"Setelah memastikan ternyata bener. Jadi hai Ta, kita ketemu lagi. Jadi boleh gue jadi temen lo lagi?"
A/N:
Anyyeong
Yah jadi gue memutuskan membuat extra chapter karna epilog kemaren gaada gregetnya. Wow sok greget. Dan pasti bisa nebak kan siapa orang misterius ini? Yah siapa lagi sih yang gue ceritain di cerita ini selain doi?
Gimana kakak-kakak yang telah berjuang di sbm? Tata keterima di UI matematika loh. hehe. Gimana kalo kalian?
Berkat kakak gue, gue terinspirasi ngebuat extra chapter ini. So big thanks to her yang secara gak langsung ngasih gue inspirasi dan mood untuk nulis extra chapter ini.
Btw itu lagunya Tori Kelly, All in my head. Tuh lagu bener-bener bikin lo semua yang selama ini galau gak jelas ngaca sih.
Dah babay,
Abdasc