SPECIAL PART (3)
Taurus - Abang*1005 TAURUS*
Aku menggeser layarnya ke warna hijau dan kemudian menempelkan benda pintar ini di telinga ku.
"Cot" Omelnya singkat. "Ganggu orang tidur dah."
Gio benar-benar marah, sebenarnya aku sedikit takut jika Gio sedang marah. Tanpa ingin menunjukkan ketakutan yang sedang menenggelamkanku, aku berusaha membalasnya dengan nada sarkastik.
"Kalo gak mau jemput gue gak usah marah-marah."
"Lu ganggu aja."
"Yaudah kek, biasanya lu juga kek gitu." Aku benar-benar tersulut emosi. "Cuma gangguin lu gitu doang ngegasnya kayak orang pengen di apain aja."
"Elah." Terdengar suara motor di nyalakan dari seberang sana. "Gua ada futsal, entaran deh jam 2 gua jemput."
Aku yakin, Gio baru ingat kalau dirinya ada futsal hari ini. Gio itu sejenis kakek-kakek umur 70-an yang kebetulan memiliki tampang anak muda, entah kenapa sangat pelupa.
"Udah gak jadi, gue naik ojek aja."
"Yaudah." Jawabnya singkat namun tak kunjung mematikan sambungan telpon.
"Matiin." Ucapku di speaker dengan keras.
Setelah itu aku hanya mendengar sambungan telpon terputus.
Aku mendengus kemudian menatap nyalang kedepan. Menatap layar tv yang menampakkan pasangan artis muda yang sangat memamerkan hubungan mereka, sangat memuakkan. Tanganku memencet tombol merah dan kemudian layar tv berubah menjadi hitam.
Ish Gio bikin unmood banget.
Posisi terduduk di atas sofa dan menatap kosong kearah depan bertahan hingga beberapa menit, sampai sebuah ketukan di pintu membuyarkan lamunan ku.
Aku berjalan malas menuju pintu utama, tapi sebelum membukakan pintu aku terlebih dahulu mengintip melalui jendela siapa yang bertamu di hari sabtu ini.
Tanganku membuka sedikit gorden yang menutupi jendela, mataku menangkap sesosok cowok dengan jins hitam dan T-shirt putih dengan aksen abu-abu pada lengannya. Aku menyusuri cowok itu dari ujung kaki hingga ujung kepala, namun sayangnya wajah tamu ini tidak teridentifikasi. Menyebalkan.
Melihat dari postur dan caranya berdiri, orang ini adalah Gilang. Entah kenapa setelah memperhatikan cowok itu, otakku berpikir bahwa itu Gilang.
"Siapa?" Tanyaku untuk meyakinkan hipotesis yang aku buat.
"Orang ganteng." Aku berdecak dan membuka pintu dengan cepat.
Ini mah Gilang.
Aku memasang muka datar dan Gilang memasang wajah bahagia dengan senyum yang tumbuh subur di wajahnya.
"Halo." Ucapnya dengan suara di besarkan.
"Ih lo ngapain sih? Katanya gak kerja kelompok."
"Kan pada gabisa, yaudeh sekarang kita kerjain." Gilang menunjukkan buku kimia sebuah macbook nya kearah ku.
Senyum terbit di wajahku, aku bisa lebih lama di rumah kalau begitu dan terbebas dari tugas yang melilit ku nanti.
"Masuk." Aku menggeser tubuhku dan membiarkan Gilang masuk.
Pintu tidak aku tutup, karna sekarang di rumah ini hanya ada aku dan Gilang tidak ada salahnya jika aku mengantisipasi.
Aku mendekati Gilang yang sudah duduk di sofa ruang tamu sembari membuka macbook yang ia bawa. Sambil menunggu proses booting, Gilang memangku dagunya dengan tangan kanan dan tangan kirinya sibuk mengetuk-ngetuk meja.