Satu [rewrite]

3.2K 66 4
                                    

Taurus - Kembali

*1005 TAURUS*


Secangkir teh yang menemaniku di pagi ini, masih mengeluarkan uap panasnya. Aromanya menguar memenuhi indra penciumanku. Aku segera menyalakan laptop hitam tebal yang sudah lama menjadi penghuni tetap meja kerjaku.

Sembari menunggu proses booting, aku menyesap teh yang membuat kacamataku buram akibat uap panas. Ah, ini derita orang berkacamata saat berhadapan dengan makanan atau minuman panas.

Kali ini karna tidak ada pekerjaan penting, aku hanya iseng membuka-buka dokumen lama yang berada dalam file khusus milikku. Sebuah dokumen berjudul Tata membuatku kembali mengingat sesuatu di dalam sana, hanya sebuah tulisan usang tentang seseorang di masa SMP. Ya, dia yang tempo hari menunjukkan senyum untuk yang pertama kali setelah berabad tak mengisi hari-hariku.

Mendadak aku gugup. Dan akan selalu begini jika berhadapan dengannya.

Ayo. Ikut aku memutar waktu menuju tiga tahun silam.


Taurus


Bel berbunyi nyaring membuat kakiku mempercepat gerakannya. Dikit lagi nyampe, teriak batinku. Kenapa di awal tahun kedua aku menjadi siswi di Atlantik aku harus telat?

Dengan napas yang memburu aku sampai di hadapan sang kepala sekolah yang memandangku heran. Aku memaksakan diri untuk sedikit mengulas senyum.

"Kamu kayak abis lari marathon nak." Ujarnya saat aku mencium tangannya.

Aku terkekeh singkat, setelahnya memilih melanjutkan langkahku daripada menanggapi sang kepala sekolah yang kelewat bawel itu.

Aku menarik napas perlahan untuk menenangkan jantungku yang mendadak mempercepat ritmenya. Kenapa tiba-tiba aku merasa gugup?

Dari tempatku berjalan sekarang, terlihat segerombolan siswa yang berdesakkan di papan pengumuman, saling dorong mendorong, beberapa orang yang telah keluar dari sana menghela napas lega, beberapa lagi mendengus dan mengomel.

Aku tidak ikut andil, karna dua hari lalu ketika sedang persiapan demo eskul nama itu sudah di tempel. Jadi aku tidak perlu berdesakkan. Betapa beruntungnya diriku sekarang.

Segera aku melangkah menuju lantai paling atas sekolahku, lantai tiga dimana kelasku bersemayam menunggu kedatangan para penghuninya.

Suasana kelas sudah cukup ramai saat aku tiba disana, beberapa orang yang sekarang berstatus teman sekelasku tersenyum singkat saat aku memasuki kelas. Untuk orang sepertiku, hal tersebut merupakan awal yang baik.

Aku mengambil duduk di baris kedua kolom pertama—bayangkan ini seperti ordo matriks, entah kenapa bersandar dengan dinding menjadi kegemaranku.

Setelah menaruh tas, aku segera keluar kelas dan menuju balkon. Di lapangan, aku bisa melihat beberapa siswa baru dengan seragam serupa berkumpul, sedangkan yang menjadi minoritas hanya menonton mereka dari pinggir lapangan. Lucu juga.


♠♠♠


Segera aku merapihkan kedua novelku yang berserakan di meja dan menaruhnya asal kedalam tas saat aku melihat Ara berdiri diambang pintu dengan wajah bingung mencari diriku. Beberapa menit yang lalu aku menyuruhnya datang ke kelas untuk pulang bersama—seperti biasa.

1005 TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang