Taurus - Berlebihan
*1005 TAURUS*
Hari ini sesi foto buku tahunan untuk kelasku sedang berlangsung di sebuah taman yang berada di pusat kota. Kami dengan tema steer performance tampak cocok, aku dan temanku yang lain jadi lebih bisa mengekspresikan diri kami melalui outfit bebas.
Aku dengan jeans, kaos putih, jaket denim, dan converse terlihat serasi dengan sebuah pilox.
Sudah beberapa kali aku di hampiri petugas keamanan di taman ini, semuanya memberi himbauan untuk tidak mencoret-coret properti yang ada di taman ini. Muka baik-baik gini mana berani coret-coret sih pak. Dengusku dalam hati.
"Mau liat hasil fotonya gak?" Kak Fadlan-salah satu fotografer yang bertugas memotret kelasku-yang sedang memegang kamera meneriaki kami yang sedang bersantai di bawah pepohon rindang.
Dengan tergesa-gesa kami menghampiri kak Fadlan, dengan sabar dirinya menggeser-geser foto hasil jepretannya yang sangat bagus-ya karna kebanyakan dari kami terlihat bagus di setiap hasil fotonya.
"Ih gue bagus disitu."
"Gue kurus."
"Parah kak Fadlan merubah muka gue jadi lebih bagus."
"Sumpah ini harus dikirim ke grup."
"Iya bener, gue mau jadiin dp line."
Komentar lainnya semakin lama semakin banyak dan tak karuan, aku yang mendengarnya sesekali terkekeh. Sampai di sebuah foto, aku menghentikkan gerakan jari kak Fadlan yang menekan tombol untuk menggeser ke foto selanjutnya.
Disana Delvin terlihat membuka lebar mulutnya, ya itu memang di sengaja. Delvin terlihat.. ganteng?
"Ya Vin alay banget lo." Cibir beberapa temanku saat melihat foto Delvin barusan.
"Bagus gue disitu." Ujarnya sebagai sebuah pembelaan.
Aku tertawa pelan. "Kalo bagus jadiin foto di BTS ya Vin?" Tanyaku menantang.
"Oke." Jawabnya menerima tantanganku dengan suka hati. "Kak, nanti foto gue yang ini." Ucapnya kepada kak Fadlan dengan percaya diri, setelah itu menatapku dengan wajah ternyolot andalannya.
Mimik yang terpasang di wajahku tentunya tak kalah menantang. Ya, tentunya ini hanya dalam konteks bercanda.
Untuk penutup, kami saling melemparkan tatapan meremehkan dengan alis yang sama-sama terangkat dan tangan yang terlipat di depan dada, penuh persaingan-dan oh plus sebuah senyum miring yang terukir.
Aku tak henti-hentinya memeluk gemas bantalku, beberapa kali meremasnya gemas. Senyum kesenangan terus terukir di wajahku sesaat setelah kembali ke rumah.
Segera aku meraih ponselku yang berada di atas nakas.
Tata: Parah gue melting
Ara: Melting apaan?
Ara: Eh salah
Ara: Melting sama siapa?
Tata: You know who, Ra
Ara: Sukirman?
Ara: Sukijan?
Tata: Lucu parah Ra
Tata: HAHA
Aku mendengus pelan, 'lucu' juga temanku satu ini.
Ara: Siapa sih? Sumpah gue lagi gak kepikiran siapa-siapa