Taurus - Baikan? Cepet Banget
*1005 TAURUS*
Stop alay deh Ta, lo tuh bukan pemain sinetron yang harus acting lebay. Batin ku.
Saat aku melewati taman, aku berpikir untuk pergi ke supermarket yang ada di depan taman itu terlebih dahulu. Untuk sekedar membeli Chitato, oh bukan hanya untuk melihat apakah Zian benar ada di taman—menunggu ku. Sebab saat tadi aku melihat ke bangku taman tidak ada siapa pun.
Rak yang menaruh ciki-ciki indah itu sepertinya tersembunyi, atau peletakan rak-rak yang seperti labirin yang menyebabkan aku kesulitan, atau aku yang terlalu bodoh. Kenapa jadi musingin rak ciki-ciki itu sih?
Aha aku menemukannya diantara rak-rak peralatan mandi dan mie instan. Ini sebenarnya tidak sulit, karna sesungguhnya aku sering kesini—minimal sehari sekali. Setelah mengambil 3 bungkus chitato berukuran family pack, aku memutuskan untuk pergi ke kasir.
“Selamat datang, ada kartu pelanggannya?” Aku menggeleng dan memberikan senyum kepada mbak-mbak petugas kasir itu—dan tak lupa chitato nya.
“Mbak ini sekalian.” Tangan itu tiba-tiba menyerahkan sebuah nescafe black coffe kepada kasir.
Dih nih orang siapa? batin ku.
Aku menelusuri tangan yang berbalut lengan hoodie merah marun itu sampai menemui leher. Oh aku tau siapa dia, terlihat jelas dari sebuah tanda lahir di lehernya.
“Mbak yang ini gak usah.” Kataku sambil menjauhkan nescafe itu dari kumpulan chitato ku. “Lo bayar sendiri.”
“Dih Tata pelit, najong.”
“Lo kan punya uang sendiri Yo.” Kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribu kepada kasir.
“Sekalian, uang gue di motor.” Aku mendengus dan memasukkan nescafe nya ke dalam list. “Makasih Taurus.” Katanya seraya mengambil nescafe miliknya, yang sudah di ‘bayar’.
Gio melangkah keluar dari supermarket itu dan mengendarai motor nya ke rumah ku. Kemudian baru aku keluar menenteng plastik yang berisi ciki-ciki ku, sebelum berjalan lebih lanjut aku melihat sedikit ke arah taman.
Ternyata beneran tuh anak, kesana gak ya? Apa pura-pura gak liat? Okey, niat gue mau ‘memperbaiki hubungan’ yang gak pernah berantakan sebenernya. batin ku.
“Kesana aja.”
Aku mamantapkan langkah ku menuju taman. Zian sudah berganti pakaian dengan jeans dan sebuah kaos merah yang tidak begitu mencolok di dirinya. Ia sedang menatap segerombolan anak-anak dengan para pengasuhnya sedang bermain ayunan dengan senyum menghias siapa pun dari mereka.
“Sorry lama.” Kata ku
“Gue juga baru duduk kok.” Kemudian ia mendongak menatap ku.
“Oh.” Kemudian aku mengambil tempat duduk di sampingnya. Degub jantungku masih sedikit tidak beraturan.
Hening cukup lama menghantui kami, memang selepas kelas 7 kami tidak lagi saling mengenal satu sama lain.
“Btw mau ngapain?” Kataku memecah keheningan. Ia masih tidak menjawab. “Yan?”
“Hmmm.. gimana ya? Bingung gua.” Ia memainkan jemarinya, menandakan dirinya gelisah. “Gue dapet cerita dari Ara kemaren.”
Okey aku mengerti, rupanya Ara berpikir aku galau karna Zian. Walaupun itu benar, tapi kan tidak sepenuhnya benar. Ara lo cerita apaan aja? Batin ku.