SPECIAL PART (4)
Taurus - All about Him (Abang)*1005 TAURUS*
Ketukan pintu beratus-ratus kali aku dengar hari ini. Entah Gio atau Gilang yang mengetukkan jarinya berkali-kali ke pintu kamarku yang sejak tadi aku kunci rapat.
Aku menelungkupkan wajah dan mengapit kedua sisi wajahku dengan bantal untuk meredam suara. Tidak keras namun cukup menjengkelkan jika terlalu banyak di dengar.
Ponsel di sebelahku bergetar dan menyuarakan peringatan bahwa sebuah line telah masuk. Aku memiringkan wajahku dan tetap menutup kedua telingaku dengan bantal.
Gilang: Ta buka pintunya kek
Gilang: Capek ege jari gua
Tata: ada Gio?
Gilang: Ada
Setelah Gilang membalas, snar-samar aku mendengar Gio mengatakan "Goblok lu."
Tata: masih ada lang? -___-
Gilang: Yelah Ta, kalo lu gak buka ancaman buat gua
Tata: ancaman apaan?
Gilang: Udah buka aja kek pintunya
Aku tidak membalas line Gilang dan memilih untuk menyelipkan ponsel ku diantara bantal-bantal.
Suara ketukan dipintu semakin sering dan semakin mengeras. Ponselku kembali bergetar dan menampilkan nama Gio sebagai free caller.
Tanpa pikir panjang aku mengangkatnya dan berkata singkat.
"Lo harus tau gimana pengengnya kuping gue denger ketokan pintu yang gak karuan." Ujarku kemudian menyodorkan android ku ke arah pintu. "Udahan kek Yo, kasian Gilang."
Aku ingin mematikan sambungan free call namun tidak terealisasi ketika mendengar suara lirih Gio di seberang sana.
"Ta." Aku masih diam, tidak menganggapi Gio yang mendesah frustasi. "Semua orang sama aja Ta."
"Kenapa sih?" Tanyaku sebal akan tingkah Gio membinngungkan.
"Lu sama semua orang sama."
"Ya gue sama semua orang sama, sama-sama manusia." Ucapku dengan sedikit emosi. "Lo tuh aneh ya Yo, dateng ke rumah terus ngomong dengan nada nyebelin banget, sekarang ngetok-ngetok pintu kamar gue berkali-kali, pulang gih sana."
"Sepupu gak peka emang susah dah."
"Apaan sih Yo."
"Ucapin ulang tahun kek." Aku tercengang.
♠♠♠
"Yo." Aku menepuk pipi Gio yang sedang tertidur pulas di sofa ruang keluarga rumahnya.
Semalam Gio ngambek dan membuatku habis-habisan membujuknya agar mau mengantarku ke rumahnya, karna ibu sudah berkali-kali menanyakan keberadan ku, kapan aku sampai, dan hal-hal lain yang sedikit menye.
Dan akhirnya dengan sogokan sekotak kopi dingin dirinya mau mengantarku, hah murahan.
Jangan tanya Gilang. Dirinya sudah di usir Gio sehabis menelpon ku.
Benar-benar pemaksa.
"Yo." Ucapku tepat di telinganya kemudian meniup wajahnya. "Yo bangun, sofa nya mau di rapihin."
Karna ruang tamu dan ruang keluarga yang akan di pakai, jadi kami harus memindahkan beberapa barang untuk menggelar tiker yang nantinya digunakan untuk duduk.
"Apaan sih."
"Bangun tolol." Ucapku berbisik di telinganya.
"Ih." Dirinya mengusap kasar telinganya sambil menatapku sebal. "Geli tolol."
"Gio ngomongnya ya."
"Hah? Lu ngomong apa barusan, tolol?" Ucapnya lebih keras, kemudian kembali tidur.
Sebuah cubitan dariku mendarat mulus di tangannya.
"Cot."
"Gio bangun, sofanya mau diangkat itu."
Wanita paruh baya yang aku panggil budhe dan Gio panggil ibu ini muncul lengkap dengan celemek dan adonan kue didalam mangkuk yang ia bawa.
"Ibu." Ujarnya manja sambil mengulet seperti bayi. "Gio masih ngantuk."
Hah yang benar saja, cowok 16 tahun masih manja seperti ini?
"Bangun ih, itu bantuin Tata ngangkatin barang-barang Yo." Dirinya mendekat sambil tetap mengaduk adonan. "Cowok juga, kerjaannya tidur mulu."
Sebuah cengiran terbit di wajahku, Gio langsung bangkit dan pergi dari ruang keluarga dengan wajah cemberut.
"Ibu mah." Ujarnya malas ketika sudah sampai di depan pintu kamar mandi.
a/n: Sebenernya chapter ini belum sepenuhnya selesai sih -__-
![](https://img.wattpad.com/cover/20000596-288-k123049.jpg)