Bab 19

38 3 0
                                    

"Jadinya bintang tamu besok siapa, mas?" Tanya Fitto penasaran.

Yovan menatap Fitto sebentar, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Sesuai tebakan lu," jawab Yovan singkat padat dan jelas.

Fitto tersenyum lebar mendengar jawaban Yovan. "Lila?" Tanyanya memastikan.

"Iya."

"Kan apa gw bilang," balas Fitto bangga. "Eh, minggu ini gw ikut juga kan, ya?"

Yovan mengangguk. "Sama Kenta juga."

Tidak lama, ia kembali menatap Fitto dengan tatapan bingungnya.

"Lah, kenapa, mas?" Tanya Fitto setelah melihat tatapan Yovan.

"Kok lu jadi excited banget? Karena ada Lila, ya?"

Skak...

Sepertinya Fitto terlalu berlebihan mengeluarkan ekspresi senangnya.

Baiklah, waktunya otak Fitto berputar untuk mencari jawaban aman.

"Ya gapapa, kan-" Fitto belum menemukan jawaban yang tepat.

"Kan apaan?"

Fitto menjentikkan jarinya. "Kan Lila indigo juga, jadi baru pertama kali ada bintang tamu yang bisa ngeliat," ucap Fitto sambil berusaha menutupi rasa gugupnya.

Yovan semakin mengerutkan keningnya bingung. "Hah?"

"Kenapa sih, mas?" Lagi-lagi Fitto masih berusaha menutupi raut gugupnya.

"Aneh dah lu," jawab Yovan yang kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sepertinya sudah waktunya Fitto untuk pergi, sebelum Yovan semakin kepo dan ujung-ujungnya terbongkar jika ia sedang ingin mendekati Lila.

"Mas, gw ke kamar bentar, mau ngambil HP," ucap Fitto berpamitan.

"Lu kenapa sih, To?" Tanya Yovan benar-benar penasaran.

Fitto menatap Yovan tidak paham. "Apaan lagi, mas?"

"Itu HP kan di tangan lu dari tadi, kocak."

"Eh, iya," balas Fitto sambil mengangkat tangan kanannya yang ternyata memang ada ponselnya.

Ingatkan Fitto untuk tidak bertindak bodoh lagi lain kali.

"Itu, mas, anu-, hmmm, powerbank," ucap Fitto cepat. "Iya maksudnya gw mau ambil powerbank. Batre hp gw abis."

"Udah ah, gw duluan, mas," lanjutnya lagi sebelum Yovan mengeluarkan perkataannya. Lalu Fitto berjalan cepat menuju arah kamarnya.

Yovan semakin bingung melihat Fitto. "Kan sebelum kesini hp dia di cas tadi di ruang tengah?"

"Itu anak satu salah makan vitamin atau apaan dah?"

~•~

#Flashback On

"Kamu yang kesini dong!" Ucap seorang perempuan sambil berlari.

Fitto memberhentikan langkahnya dan mengatur nafasnya sebentar. "Udah dong, istirahat bentar aku capek banget serius."

Perempuan itu membalikkan langkahnya menghampiri Fitto yang sudah tampak kelelahan. "Masa gitu aja udah capek?" Ucapnya sambil mengusap keringat di dahi Fitto.

"Kamu aja larinya kekencengan," bantah Fitto.

"Kamu aja larinya kekencengan," ulang perempuan itu dengan nada mencibir. "Bilang aja kamu itu ga kuat ngejar," lanjutnya lagi sambil menjulurkan lidah.

Fitto memelototkan matanya tidak terima. "Heh, enak aja."

"Kalo gitu ayok buktiin, kejar aku," balas perempuan itu lagi sambil tertawa, lalu kembali berlari.

Kali ini Fitto tidak menyerah, ia berlari mengejar perempuan yang ia cintai itu. "Awas kamu ya kalo ketangkep."

"Coba aja dulu!"

Mereka berlarian sambil tertawa di luasnya hamparan rumput hijau dan rindangnya pohon-pohon.

#Flashback Off

Fitto tersenyum miris mengingat kejadian itu.

Seandainya semua tidak berakhir, mungkin memori itu akan menjadi memori terindah dalam hidup Fitto.

Namun nyatanya, semua rencana yang sudah Fitto susun dengan indah hanya tinggal kenangan.

Kenangan pahit yang mungkin tidak akan pernah bisa Fitto lupakan.

Kenangan pahit yang membuat Fitto merasa menjadi lelaki paling bodoh sampai detik ini.

Sama sekali tidak terlintas dalam hati Fitto bahwa perempuan yang selama ini ia cintai sepenuh hati, memberikan kekecewaan segitu besarnya pada dirinya.

Fitto mengusap wajahnya kasar. Sampai kapan ia akan selalu terbayang dengan masa lalu nya?

Tidak mungkin kan ia memulai hubungan baru saat ia masih terbayang dengan kisah cintanya yang dulu?

Sambil memejamkan matanya, Fitto menghirup segarnya udara taman di rumah pondok indah.

Entah apa yang sedang terjadi di dalam, pastinya taman sedang kosong dan tidak ada orang sama sekali di dalamnya.

Hanya terdengar suara tiupan angin dan kicauan burung-burung yang beterbangan diatasnya yang menemani Fitto sore ini.

Setidaknya Fitto masih bisa bersyukur, dipertemukan dengan seorang Ruben Onsu yang sampai saat ini benar-benar banyak membantunya dalam segala hal.

Saat Fitto sedang asik-asiknua merenung, tiba-tiba wajah Lila yang sedang tersenyum terlintas di pikirannya.

Hatinya menghangatkan melihat senyum itu.

Tanpa ia sadari, kedua ujung bibirnya juga ikut membuat lengkungan. Fitto tersenyum.

Fitto tidak ingin terlalu cepat menyimpulkan perasaannya. Waktunya masih lebih dari cukup untuk mendekati Lila perlahan-lahan.

Dan pastinya untuk meyakinkan kembali hatinya, bahwa ia memang sudah siap menjalin hubungan baru.

Baginya, tiap hubungan harus dijalankan dengan penuh komitmen. Entah itu berteman, bersahabat, berpacaran, tunangan, sampai menikah nanti. Tidak ada istilah pacaran hanya untuk coba-coba, bahkan hanya untuk pelarian. Fitto bukan tipikal lelaki seperti itu.

Jika Fitto boleh meminta, kali ini ia ingin mendapatkan perempuan yang bisa menerima nya apa adanya, bukan ada apanya.

Tidak salah kan, jika ia berharap perempuan itu adalah Lila?

~•~

Ekhem ekhem...
Ada yang mulai-mulai jatuh cinta nih kayanya.

Gimana? Seru ga part ini? Pokoknya jangan lupa bintang dan komennya ya!

See you on next part! 🙌

-SFT-
3 November 2021

My Destiny, A Fiction Story About : Fitto BharaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang