Hari ini adalah hari Jumat, satu hari setelah Lila menjadi bintang tamu di KBP.
Seperti biasa, baik Yovan maupun Lila sudah melakukan aktivitasnya masing-masing.
Yovan ke rumah pondok indah untuk bekerja,
Lila di apartemen untuk sekolah online."Uncle Yovan!" Panggil Onyo pada Yovan yang sedang duduk di depan.
"Hai, Nyo! Kenapa?" Tanya Yovan.
"You ga bawa Lila kesini lagi?"
Yovan menggeleng. "Sibuk, Nyo, dianya."
"Tugasnya susah ya, uncle?" Pertanyaan Onyo dijawab anggukan oleh Yovan.
"Tapi masa gaada libur?"
"Ya pas Sabtu, itupun nugas dia biasa."
"Coba dong uncle, telfon Lila," pinta Onyo.
Yovan melihat jam tangannya. Pukul 2 siang, seharusnya Lila sudah selesai sekolah.
"Boleh deh, tapi kalo ga di angkat yaudah ya," kata Yovan yang dibalas anggukan oleh Onyo.
Kemudian Yovan menyalakan ponsel yang ia letakkan di sebelah gelas kopinya, lalu mengetik nomor Lila dan menelefonnya.
Belum diangkat...
Belum diangkat...
Belum diangkat..."Halo?"
Akhirnya Lila mengangkat telfonnya.
"Dek, lagi sibuk?" Tanya Yovan.
"Lagi makan siang aja. Kenapa, kak? Tumben nelfon adek."
Yovan melirik Onyo. "Ada yang mau ngomong sama kamu."
"Hah? Siapa?"
"Halo, La!" Sapa Onyo saat Yovan sudah me-loud speaker ponselnya.
"Eh ada Onyo. Hai, Nyo!"
"Gimana kabar lu?" Tanya Onyo basa-basi.
"Baik kok, lu gimana?"
"Aman dong."
"Kenapa, Nyo? Kok nyariin?"
"Lu kapan dateng ke rumah lagi?"
"Hmmmm, soon deh, kalo udah gaada tugas."
"ONYOOOO!" Tiba-tiba terdengar suara Thalia yang sedang berlari ke arah Onyo.
Onyo dan Yovan sontak menengok.
"Hai, ci!" Sapa Onyo.
Thalia tersenyum. "Uncle Yovan, pangku!" Pinta Thalia.
"Sini," dengan cepat Yovan mengangkat Thalia ke pangkuannya.
"Ada Cici ya disana?" Suara Lila kembali terdengar.
Thalia menatap ponsel yang sedang dipegang oleh Onyo. "You lagi telponan sama siapa, Nyo?"
"Coba dong tebak," jawab Onyo.
Lila tertawa. "Ayo, ci! Tebak siapa!"
"Hmmm...." Thalia tampak berpikir keras, sampai akhirnya ia tersenyum senang saat teringat satu nama.
"Cici Lila!"
"Yeayyyy!" Balas Onyo sambil tertawa dan bertepuk tangan.
"Hai cici!"
"Halo juga Cici Lila! I miss you," kata Thalia.
"I miss you too, ci!"
"Cici Lila ga pernah main ke rumah lagi," lanjut Thalia dengan nada sedikit kesal.
"Kan, diprotes tuh sama Cici," sahut Onyo.
Terdengar suara tawa yang dikeluarkan oleh Lila. "Iya, nanti cici main lagi ya kesana."
"You kenapa ga ikut uncle Yovan aja tiap hari ke sini?"
"Ga bisa dong, ci. Kan cici Lila nya sekolah juga," kata Yovan membantu.
"Sampe Minggu, uncle?"
Yovan menggeleng. "Sampe Jumat doang, dong."
"Nah kalau gitu hari Sabtu you ke rumah aja. Biar temenin I main!" Kata Thalia senang.
Onyo dan Yovan hanya tertawa. Penasaran dengan respon Lila sehabis ini.
"Sabtu ya, ci? Kalo cici Lila nya ada tugas gimana?" Tanya Lila mencoba memberi pengertian.
"Hmmmm," Thalia tampak kembali berfikir. "Kerjain di sini aja, sekalian belajar sama Onyo."
"Nah, bener banget, tuh!" Sahut Onyo senang.
"Cici Lila oke ya? Pleaseee," mohon Thalia.
Lila terdiam cukup lama, sepertinya sedang berfikir.
"Oke deh, nanti Sabtu cici kesana ya."
"Yeayyy! Thank you cici Lila!" Kata Thalia senang.
"You're welcome, cici."
Thalia turun dari pangkuan Yovan. "I mau kasih tau ayah sama bunda dulu kalo cici Lila mau dateng hari Sabtu."
Setelah mengatakan itu, Thalia berlari masuk ke dalam rumah.
"Harus Thalia ya, dek, yang ngomong. Baru kamu mau dateng," sahut Yovan.
"Ya abisnya adek bingung mau jawab apa lagi, yaudah lah. Toh emang harusnya kosong Sabtu ini."
"Lain kali kalo gitu gw suruh Thalia yang ngomong ya, biar lu ke rumah terus," ucap Onyo bercanda.
"Eh jangan dong. Ntar gw ditagih tiap Sabtu dateng. Hari gw ngerjain tugas itu," jawab Lila sambil tertawa.
"Yaudah-yaudah, sana lanjut makan," kata Yovan.
"Siap, kak! Bye-bye kak Yov! Bye-bye Onyo!"
"Bye, La! See you hari Sabtu!" Ujar Onyo.
Setelah itu Onyo menekan tombol telfon berwarna merah dan sambungan pun terputus.
~•~
Lila baru saja memakan sepiring nasi goreng yang ia buat untuk sarapan tadi.
Ia kembali teringat percakapannya dengan Onyo, Thalia, dan Yovan tadi.
Sepertinya ia harus menyelesaikan semua tugasnya sekarang agar hari Sabtu tugasnya tidak begitu menumpuk.
"Oliver?" Panggil Lila saat merasa ada yang memegang kakinya.
Tidak ada jawaban.
"Jangan iseng, ah," lanjut Lila lagi.
"Kamu tidak seru, Lila," sahut Oliver yang sudah ada di samping Lila dengan sebal.
Lila tertawa. "Ya ada siapa lagi di sini selain kamu?"
"Mau aku bawakan yang lain?"
"Eh," dengan cepat Lila memelototkan matanya. "Enak aja main bawa, gaada. Udah kamu aja cukup."
"Akan aku carikan yang baik, Lila."
"Yang baik tapi seram, kan?" Balas Lila sudah tau apa yang akan Oliver lakukan.
Oliver mengangkat kedua bahunya. "Bagiku mereka tidak seram."
"Karena kamu juga hantu," ucap Lila malas.
"Benar juga," kata Oliver.
"Ah tapi kamu sudah bertemu yang lebih seram, Lila," lanjutnya lagi.
"Enggak, Oliver. Nanti aja kita cari teman buat kamu."
Oliver mendengus kesal. "Terserah dirimu, lah. Aku ingin menghampiri kakak saja," kata Oliver lalu ia menghilang.
"Eh bentar," Lila tampak baru menyadari sesuatu.
"Aku ingin menghampiri kakak saja," gumam Lila mengulangi perkataan Oliver.
"Lah, kakak siapa?"
~•~
-SFT-
2 Desember 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/283159478-288-k530116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny, A Fiction Story About : Fitto Bharani
Fiksi PenggemarPertemuan keduanya yang tidak terduga Pertemuan keduanya yang menimbulkan rasa nyaman Pertemuan keduanya yang menimbulkan rasa ingin melindungi Dan pertemuan keduanya yang menimbulkan kembali rasa yang pernah hilang. Alila Arnawama Rakha Seorang gad...