Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan Lila baru saja sampai di lokasi KBP.
Pastinya, Arraey selaku tim wardrobe sudah memberinya baju berlogo Kakak Beradik Podcast untuk digunakan malam ini.
Lokasi ini sudah tidak asing bagi Lila. Ya karena sebelumnya ia sudah pernah datang ke sini, walau hanya jiwanya saja.
Berterimakasihlah dengan Oliver karena Lila menjadi tidak begitu kaget lagi melihat makhluk-makhluk yang sudah menunggu mereka disini.
Sambil menunggu kru yang lain sedang beberes, Lila duduk di sebuah bangku dekat kontainer-kontainer yang dibawa oleh kru KBP dari Jakarta.
Ia tersenyum mengingat momen yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Ah, Lila bisa merasa gila sebentar lagi.
#Flashback On
"Lah, adek sama siapa jadinya?"
Yovan mengacak rambut Lila. "Kamu nanti semobil sama Fitto, ada beberapa Tommy sama Putra juga."
Lila memelototkan matanya. "Kok ga sama kakak aja sih?"
"Kan beda divisi sayang. Gapapa, ya?" Ucap Yovan memberi pengertian.
Anggukan adalah respon yang diberikan Lila sebagai tanda setuju.
"Yaudah, yuk masuk ke mobilnya," ajak Yovan. Lila pun hanya mengikuti langkah Yovan yang mengarah ke salah satu mobil berwarna putih di depan garasi rumah pondok indah.
Yovan membuka pintu mobil itu, dan ternyata Fitto sudah ada di dalamnya.
"Eh, mas Yovan," sapa Fitto. "Ada Lila juga toh?"
"Iya nih, gw titip Lila ya, To. Gw di mobil satu lagi sama tim nya Ridi," ucap Yovan.
"Oalah," Fitto mengangguk. "Yaudah, sini, La, masuk. Pas nih bangkunya. Di belakang biarin kak Tommy sama kak Putra," ucap Fitto.
Yovan menepuk pelan pundak Lila sebagai tanda untuk menyuruhnya masuk ke dalam. Dan ya, apalagi yang bisa dilakukan Lila selain menurut?
"Yaudah, kakak kesana dulu ya. Kalo ada apa-apa kabarin kakak langsung," pesan Yovan yang dijawab anggukan oleh Lila.
Setelah itu, Yovan menutup pintu benar-benar menghilang dari pandangan Lila.
"Jadi gimana, La?" Tanya Fitto membuka percakapan.
"Hah? Gimana apanya, kak?" Jawab Lila bingung.
Fitto tertawa. "Ya hari ini gimana? Kan pertama kali jadi bintang tamu."
"Oh," Lila menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Ya gitu, kak. Deg-degan lumayan."
"Kok mau akhirnya?"
"Waktu itu kesian aja sama kak Yovan, sampe tengah malem masih nyari-nyari bintang tamu, jadi yaudah aku okein," jelas Lila singkat.
Fitto mengangguk-anggukan kepalanya.
Tidak lama setelah itu, pintu mobil kembali terbuka dengan Tommy dan Putra yang ada didepannya.
"Eh, ada Lila. Ikut bareng kita nih?" Tanya Tommy sambil masuk ke dalam mobil.
Lila mengangguk. "Iya, kak. Gapapa kan, ya?"
"Gapapa dong, bagus malah geng gibah nambah satu," bukan Tommy yang menjawab, melainkan Putra.
Mendengar jawaban Putra, Lila terkekeh pelan.
"Yaudah mumpung dah lengkap nih, jalan aja gimana? Biar agak santai dikit sampe sana," usul Fitto.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny, A Fiction Story About : Fitto Bharani
أدب الهواةPertemuan keduanya yang tidak terduga Pertemuan keduanya yang menimbulkan rasa nyaman Pertemuan keduanya yang menimbulkan rasa ingin melindungi Dan pertemuan keduanya yang menimbulkan kembali rasa yang pernah hilang. Alila Arnawama Rakha Seorang gad...