Bab 22

43 4 0
                                    

"Siang nanti kakak jemput kamu ya," ucap Yovan pada Lila yang sedang menikmati susu coklat hangat favoritnya.

Lila hanya mengangguk dan masih fokus dengan pr yang lupa ia kerjakan kemarin.

Perjalanannya dengan Oliver kemarin malam cukup memakan energi yang besar.

Sampai-sampai Lila baru terbangun pukul 12 malam, itupun karena mendengar suara Yovan yang baru pulang dari pekerjaannya. 4 jam ia dibawa jalan-jalan oleh Oliver, padahal ia hanya merasa 15 menit disana.

Dan pagi ini Lila baru ingat, bahwa ia belum mengerjakan PR kimia nya. Sungguh derita siswi yang bersekolah online. Setidaknya masih ada waktu untuk mengerjakan.

"Kamu mau nitip apa nanti?" Tanya Yovan sambil duduk disebelah Lila.

Lila menyenderkan kepalanya di bahu Yovan sambil menguap. Dirinya benar-benar mengantuk sekarang.

"Ga usah gapapa, sebelum live nanti bakal makan dulu kan?"

"Nanti sebelum berangkat makan dulu di rumah pondok indah. Bawa susu aja nanti jaga-jaga, takut maag kamu kambuh," jelas Yovan.

Lila memejamkan matanya. Sungguh matanya sangat tidak dapat diajak kompromi. Padahal 10 menit lagi ia sudah harus masuk ke ruang zoom untuk sekolah.

"Kak," panggil Lila.

"Hmm?"

"Udah jam 6, kakak ga berangkat?"

"Sebentar lagi," ucap Yovan. "Kamu kemaren ngapain sampe ngantuk banget pagi ini?"

Lila menggeleng. "Oliver ngajak ke tempat live malem ini," jawab Lila singkat.

"Hah?"

"Oh iya," Lila menepuk dahinya pelan setelah melihat respon Yovan. Ia memang belum bercerita apapun tentang Oliver.

"Itu kak, anak kecil yang jatuhin piring. Jadi temen aku sekarang," jawab Lila.

Yovan semakin tidak paham dengan pola pikir adiknya. "Kamu temenan sama hantu?"

Lila mengangguk. Respon Lila membuat Yovan menggelengkan kepalanya tak percaya. Beginilah rasanya punya adik seorang indigo.

"Yaudah kamu sekolah dulu, kakak juga mau berangkat," balas Yovan sambil bangun dari posisi duduknya.

"Siap kak!"

~•~

Cuaca sore hari ini memang sangat mendukung. Mendung, tetapi tidak hujan. Ditambah lagi tiupan angin yang menambah kesejukan di tempat Lila menunggu sekarang.

"Aduh, mana sih kak Yovan?" Gerutu Lila sebal.

Sudah satu jam lebih ia menunggu di lobby dan tidak ada tanda-tanda bahwa Yovan akan segera menjemputnya.

Apalagi ponsel Yovan juga tidak aktif, membuat Lila tidak bisa menghubungi kakaknya itu.

Saat Lila sedang fokus dengan ponselnya, matanya tiba-tiba teralih saat melihat motor yang familiar di matanya.

"Itu bukannya motor kak Yovan?" Tanya Lila pada dirinya sendiri.

Tapi ia yakin, bahwa yang ada diatas motor itu bukanlah kakaknya. Tentu saja ia tahu persis bagaimana postur tubuh Yovan.

Lila menajamkan pandangannya, berusaha menebak siapa yang sedang duduk di atas motor kakaknya itu.

Sampai akhirnya, satu nama terlintas dalam pikirannya.

"Kak Fitto?" Gumam Lila.

Setelah ia benar-benar yakin bahwa yang membawa motor Yovan adalah Fitto, Lila memutuskan untuk menghampirinya.

"Kak?" Panggil Lila.

Fitto mengalihkan pandangan dari ponselnya saat mendengar ada suara yang memanggilnya.

"Eh Lila," sapa Fitto. "Baru mau minta mas Yovan kabarin kamu kalo aku udah sampe."

"Kok kakak yang jemput aku? Kal Yovan mana?" Tanya Lila bingung.

Fitto tersenyum. "Jadi gini,"

#Flashback On

Suasana di rumah pondok indah masih sama. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, menandakan semua persiapan untuk live KBP malam ini sudah harus siap, karena pukul 4 sore mereka sudah harus berangkat ke lokasi.

Fitto turun dari lantai 2, menghampiri Yovan yang sedang bersiap bersama kru lainnya.

"Mas," panggil Fitto.

Yovan menengok sebentar ke arah Fitto. "Kenapa, To?"

"Lila belum sampe? Atau ga berangkat sama kita emang?"

Pertanyaan Fitto membuat Yovan terdiam sebentar. "Astaga!"

"Kenapa, mas?" Tanya Fitto yang bingung dengan reaksi Yovan.

"Sekarang jam berapa?"

"Jam 3 lewat 5 menit."

"Mampus gw lupa jemput Lila," ucap Yovan panik. "Duh, mana ini belom kelar lagi."

"Mau gw aja yang jemput?" Fitto menawarkan diri. "Jadi lu bisa beresin perkakas dulu."

Yovan tampak berpikir. "Boleh deh, lu tau alamat apartemen gw kan?"

Fitto mengangguk. Dengan cepat, Yovan melempar kunci motornya pada Fitto.

"Hati-hati bawanya, jangan ngebut. Awas aja adek gw lecet pas sampe sini," ucap Yovan bercanda.

"Aman, mas," balas Fitto. "Yaudah gw duluan ya, mas!"

#Flashback Off

"Begitu lah kurang lebihnya," jelas Fitto.

Lila mendelik kesal. "Kebiasaan banget kak Yovan. Mana hp nya dimatiin."

Fitto tertawa. "Dia jarang nyalain hp kalo lagi kerja."

Untuk kesekian kalinya tawa Fitto membuat Lila terpana. Bahkan saat Fitto menggunakan masker pun, pesona nya tetap tampak. Kekesalannya kepada Yovan menguap entah kemana saat melihat tawa Fitto.

"La?" Panggil Fitto. "Yuk berangkat. Nanti jam 4 udah pada berangkat." Fitto memberikan helm untuk Lila.

Lila mengangguk. Kemudian ia mengambil helm yang diberikan Fitto sebelum naik ke atas motor dengan perlahan.

~•~

"Beneran, dek. Kakak lupa banget harus jemput kamu," ucap Yovan setelah Lila sudah sampai di rumah pondok indah.

"Iya kakak, gapapa kok, kan udah lewat juga," balas Lila.

Sudah sekian kali Yovan meminta maaf pada Lila karena kepikunannya hari ini.

Sementara Lila, ya seperti biasa. Lila sama sekali tidak marah, toh ia yakin kakaknya tidak bermaksud.

"Kamu jadinya belom makan, ya?" Tanya Yovan.

Lila menggeleng. "Gapapa, nanti pas udah sampe sana aja baru cari makan," ucap Lila menenangkan.

Yovan menghela nafasnya. Rasa kesal dan bersalah masih ada dalam hatinya.

Melihat ekspresi Yovan, sontak Lila memeluk kakak kesayangannya itu. "Udah kak, gapapa kok. Yang penting adek kan sekarang udah disini. Keselnya adek juga udah ilang."

"Maaf ya," Yovan membalas pelukan Lila. Sementara Lila hanya mengangguk.

"Adek berangkat sama siapa, kak? Sama kakak kan?" Tanya Lila.

Yovan menggeleng. "Kakak sama tim yang bawa properti."

Lila merenggangkan pelukannya. "Lah, adek sama siapa jadinya?"

~•~

-SFT-
15 November 2021

My Destiny, A Fiction Story About : Fitto BharaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang