Bab 10

50 5 0
                                    

"Kamu beneran ga mau ikut kakak hari ini?" Tanya Yovan untuk kesekian kalinya.

Pagi ini, apartemen Yovan sudah dipenuh dengan berbagai perdebatan.

Yovan ingin Lila ikut dengannya ke rumah pondok indah, Lila menolak karena memang tugasnya sangat banyak minggu-minggu ini.

"Kak, ini tugas adek banyak loh. Ga kesian adek tidur jam 3 mulu setiap hari?" Jawab Lila mulai sebal.

Yovan duduk di sebelah Lila. "Kamu itu selama masuk SMA males banget keluar. Kakak kesian tau sama kamu jadi kaya anak ansos," balas Yovan tidak mau kalah.

"Dah ah, kak. Adek mau sekolah dulu." Lila membuka laptopnya dan bersiap memulai kelas online-nya.

Yovan duduk menghadap Lila. "Dek, tapi serius ya kalo kamu kosong kamu kabarin," ucap Yovan.

Lila mengangguk.

"Yaudah sana sekolah, kakak kerja dulu," ujar Yovan sambil berdiri. Ia mengambil jaket yang biasa ia gunakan, lalu mencium kening Lila sebelum benar-benar pergi.

"HATI-HATI KAK!" Teriak Lila pada Yovan yang telah keluar dari apartemen. Entah Yovan mendengar teriakannya atau tidak.

~•~

"UNCLE YOPANNN!!" Panggil Thania setelah melihat Yovan yang baru saja sampai di rumah pondok indah.

Melihat Thania yang berlari ke arahnya, Yovan dengan sigap merentangkan kedua tangannya, dan menggendong Thania.

"Apa anak manis?" Tanya Yovan gemas. Thania langsung menyenderkan kepalanya di bahu Yovan.

"Baru sampe, Yov?"

Yovan menengok ke sumber suara. "Eh, pak," sapa Yovan setelah melihat ayah Ruben ada dibelakangnya. "Iya pak, tadi telat jalan dari rumah," jelas Yovan.

Ayah mengangguk paham. "Naik gih, dicariin Onyo," kata ayah. "Eh btw kemaren pas KBP lu bawa adek lu?"

Yovan mengangguk, "iya pak, kenapa emang?"

"Tadi pagi sebelum Onyo mulai sekolah, dia cerita," ucap ayah. "Katanya 'uncle Yovan bawa adiknya, namanya Lila'."

"Seriusan pak?" Tanya Yovan sambil tertawa.

"Iye, kaya ga tau Onyo aja. Kalo udah excited sama sesuatu pasti dibahas terus." balas  ayah lagi. "Yaudah nanti kita ngobrol lagi deh ya, samperin Onyo dulu," putus ayah.

"Saya naik dulu ya pak, nyamperin Onyo," pamit Yovan juga.

Ayah mengangguk. "Nia mau ikut ayah atau uncle Yovan?"

Thania memberi jawaban dengan memeluk Yovan semakin erat. "Gapapa, pak. Saya bawa keatas aja Thanianya," ucap Yovan.

"Yaudah gapapa, ga boleh ngerepotin uncle Yovan ya, Nia, diatas."

Setelah itu, Yovan naik ke lantai 2 untuk menghampiri Onyo yang sedang istirahat sekolah sepertinya.

~•~

Onyo menengok ketika mendengar pintu kamarnya dibuka.

"Uncle Yovan!" Panggil Onyo.

"Kenapa, Nyo? Kata ayah nyariin?" Tanya Yovan yang langsung duduk di sebelah Onyo.

Onyo pun langsung mengambil alih Thania yang sedang duduk di pangkuan Yovan.

"Gapapa, biasa kan uncle emang nemenin Onyo kalo sekolah."

Yovan tersenyum. "Tugas udah dikerjain belom?" Tanya Yovan melihat buku Onyo yang penuh coretan angka.

Onyo mengangguk. "Tapi I masih ga paham beberapa."

"Lila jago banget mat, kapan-kapan you belajar sama dia aja," usul Yovan.

Mata Onyo berbinar. "Serius uncle?" Pertanyaan Onyo dijawab anggukan oleh Yovan.

"Kalo Lila nya ga sibuk I ajak kesini ya nanti."

Onyo mengangguk antusias.

"Itu gurunya udah masuk," ucap Yovan sambil menunjuk layar iPad Onyo. "Lanjut belajar lagi sana." Lalu Yovan menggendong Thania kembali.

"Semangat belajarnya, Nyo!"

~•~

Fitto baru saja menyelesaikan kegiatan olahraganya.

Dengan badan yang masih penuh keringat, Fitto terduduk di lantai sebelah treadmill.

"Astaga capek banget hari ini," ucap Fitto pada dirinya sendiri sambil mengatur nafasnya.

"Kenapa lu, To?" Tanya ayah.

Fitto menggeleng, "gapapa, yah. Capek doang. Kurang tidur kayanya," balas Fitto.

"Lagian tumben-tumbenan lu ga ikut Onyo pulang. Biasa juga ga nunggu sampe semua beres," ujar ayah.

Fitto terdiam. "Gapapa yah, pengen aja sekali-kali ngeliat sampe selesai, sampe lokasi bersih."

"Yakin? Atau ada maksud lain nih?"

Skak.

Ayah memang selalu bisa menebak dengan tepat.

Fitto bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kan ia jujur kalau ia ingin memperhatikan Lila lebih lama?

"Ya, ga ada, yah," jawab Fitto gugup.

"Bene--"

"To, udah selesai?"

Untung saja Bu Ndie datang tepat waktu. Fitto bisa menghela nafas lega sementara.

Terima kasih Bu Ndie.

Fitto mengangguk. "Udah kok, bu. Kenapa?"

"Siap-siap syuting konten yuk. Jam 11 mulai. Mandi dulu sana," kata Bu Ndie.

"Siap, bu! Laksanakan." Fitto menghadap ke Ruben. "Yah, Fitto duluan ya," pamit Fito.

Ayah mengangguk.

Setelah itu, Fitto bergegas bangkit menuju kamarnya untuk mandi.

~•~

Fito sudah siap di ruang makan, menunggu arahan untuk syuting scene berikutnya.

"Udah siap, To?" Tanya Yovan sambil menarik bangku yang ada di sebelahnya.

"Udah kok," ucap Fito sambil mematikan dan meletakkan ponselnya di meja. Kebiasaan yang sudah diterapkan Fito sejak dulu, jika sedang berbicara dengan orang lain, maka tidak boleh sambil bermain ponsel.

Fito mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Yovan yang duduk disebelahnya. "Mas, gw mau nanya dong, boleh ga?"

~•~

Special update sebagai permintamaafan kemarin Sabtu ga upload wkwkwk.

Semoga kalian suka yaa!

Jangan lupa bintang dan komennya! See you 🙌

-SFT-
4 Oktober 2021

My Destiny, A Fiction Story About : Fitto BharaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang