Bab 31

63 5 2
                                    

Lila dan Fitto sudah duduk bersama dengan Jordi di area kolam renang. Ya, hari ini Jordi memang datang ke rumah pondok indah, untuk sekedar bermain dengan keponakan-keponakamnya.

Saat podcast kemarin, ada banyak hal yang belum sempat Jordi tanyakan pada Lila. Tentu saja, Jordi dengan segala macam rasa ingin taunya menjadi sangat penasaran dengan cerita yang Lila alami.

"Kak Frislly ga ikut, uncle?" Tanya Lila.

"Ikut kok, ini lagi nungguin dia malah," jawab Jordi yang dijawab anggukan oleh Lila.

"Uncle mau interogasi Lila tentang apa, sih?" Fitto bertanya.

Jordi menampilkan senyuman isengnya. "Cieee, kok kepo?"

"Kan nanya doang, uncle," balas Fitto berusaha tenang.

"Yakin nih?" Jordi semakin menggoda Fitto.

Semua yang sedang ada di meja itu tertawa.

"Halo semuaa!" Sapa Frislly yang baru saja sampai.

Lila berdiri untuk menyapa dan memeluk Frislly. "Hai, kak!"

"Hai, dek!" Balas Frislly sambil ikut memeluk Lila. "Gimana? Aman?"

"Aman kak mudah-mudahan," sahut Lila bercanda.

"Hai, To!" Frislly melakukan tos dengan Fitto sebagai bentuk sapaan.

"Itu uncle ga disapa, cis?" Fitto balik menggoda Jordi.

Frislly tertawa lalu menghampiri Jordi dan memeluknya.

"Duh duh duh, dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak," ucap Lila sambil tertawa.

"Itu, sebelah kamu bisa loh dipeluk," sahut Frislly.

Lila terdiam. Hmmm, sepertinya ia salah bicara tadi.

"Udah-udah, ga liat itu Fitto sama Lila nya udah salting begitu," kata Jordi yang masih memegang tangan Frislly.

Fitto duduk kembali di tempatnya yang semula. "Aduh uncle mah."

"Dih," balas Jordi. "Tiba-tiba uncle mah begimana."

Setelah itu semua kembali duduk di bangku mereka masing-masing.

"Jadi kenapa, uncle?" Tanya Lila memulai obrolan.

"Aku tuh penasaran sama Oliver," jawab Jordi.

Frislly pun ikut mengangguk. "Sama, apalagi Marsya kaya welcome banget sama Oliver. Maksudnya yang sekali ketemu langsung main terus."

Lila tertawa. "Ya sama-sama anak Belanda kali ya, kak. Jadinya emang deket."

"Tapi maksudnya, emang dia beneran baru banget kenal sama kamu?"

"Ini juga aku baru tau kemarin," balas Lila.

"Jadi, ternyata Oliver ini udah bareng aku dari aku umur 5 tahun. Cuma karena dulu kan aku masih takut banget ya, kaya ngeliat nenek-nenek jalan nenteng kepala, atau kuntilanak terbang, nah jadi sama si Oliver ini mata aku ditutup," jelas Lil.

"Sampe umur 10 tahun, aku baru bisa mulai ngeliat lagi. Kalo kata Oliver, ya karena udah gift dari Tuhan. Makin besar ya pasti makin muncul kemampuannya," lanjutnya lagi.

Jordi terlihat sangat amazed mendengar cerita Lila. "Jadi kamu sempet ga bisa ngeliat?"

Lila mengangguk. "Dan Oliver itu ga pernah nunjukin wujudnya ke aku sampe beberapa minggu lalu itu. Makanya kaya aku ga pernah liat dia, tapi dia seakan-akan udah tau aku lama banget. Makanya aku tanya, eh ternyata emang udah bareng aku dari dulu."

"Lucu banget astaga, sweet gitu. Ga mau kamunya ketakutan," ucap Frissly.

"Iya, tapi wujud asli dia pun emang ga serem sama sekali uncle, kak," jawab Lila.

"Kan papanya itu petinggi Belanda lah ya, terus mamanya itu juga keturunan pribumi, tapi yang punya jabatan gitu. Harmonis banget bahkan keluarganya," Lila menceritakan kehidupan Oliver.

"Terus terus?" Fitto penasaran.

"Ada yang iri gitu lah sama keluarganya, sampe si Oliver ini diculik. Karena kan anak tunggal ya Oliver ini, jadi paling disayang gitu lah sama semuanya. Abis diculik ya dibunuh. Tapi dibunuhnya tuh ditembak gitu di perut. Makanya wujud asli dia pun kaya cuma ada bekas tembakan di perut, sama mukanya ada lecet-lecet dikit," jelas Lila panjang lebar.

Frislly menengok ke arah belakang kolam. "Rambutnya pirang, mata coklat, bajunya biru tua, celana pendek putih," jelas Frislly. "Iya ga?"

Lila mengangguk. "Bener banget, kak. Lagi main sama Marsya, kan?"

Kali ini giliran Frislly yang mengangguk. "Tapi bener sih, dia ganteng banget."

"Emang, kak. Mukanya itu mirip banget sama papanya." Lila mengingat-ingat momen saat Oliver membawanya ke dalam ceritanya.

"Kayanya kamu perlu sering-sering ikut ke KBP, deh, dek," ucap uncle tiba-tiba.

"Emang kenapa, uncle? Kan ada kak Frislly."

Jordi menggeleng. "Kaya seru aja kalo nambah satu anak indigo lagi."

Lila tertawa. "Astaga uncle, biar merekanya lebih terundang ya, uncle?"

"Betul banget," balas Jordi sambil tertawa. "Kamis ikut lagi ya, La. Tempatnya agak agak nih."

"Aduh, selama pocong nya ga banyak gapapa deh, uncle," jawab Lila.

Semua tertawa mendengar perkataan Lila. "Lila takut pocong juga?"

"Banget, kak. Males banget kalo ada pocong, mana terbang lagi," balas Lila.

"Lah jadi aku sama uncle juga takut banget sama pocong." Frislly tertawa.

"Kayanya semua takut deh, Fris, sama pocong," sahut Fitto.

Jordi tersenyum. "Lebih takut pocong atau lebih takut kehilangan dia, To?"

"Ih uncle, lagi ga mood ngegalau nih," balas Fitto.

"Ya gimana mau galau, Lila aja disamping lu, mau ngegalauin apa coba," Jordi kembali meledek Fitto.

Frislly tertawa. "Aduh udah uncle. Itu Lila blush on nya udah pake berapa lapis itu."

"Kak Frislly..." Rengek Lila.

Kondisi di kolam dengan pun menjadi penuh dengan tawa di sore hari ini.

~•~

-SFT-
26 Juni 2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Destiny, A Fiction Story About : Fitto BharaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang