Tok tok tokkk..
"Masukk," jawab Jordi setelah mendengar pintu ruangannya di ketuk.
"Permisi uncle, lagi sibuk ya?"
Jordi melihat siapa yang masuk ke ruangannya. "Eh, Yov. Enggak kok, kenapa?"
Yovan masuk kedalam ruangan Jordi. "Ini uncle, buat KBP minggu ini, bintang tamunya mau siapa, ya?" Tanya Yovan pada Jordi.
Jordi tampak berfikir. "Hmmm, temen-temen gw lagi pada ga bisa lagi."
"Mau coba tanya ke Frislly aja, uncle?" Usul Yovan.
"Bener juga," ucap Jordi. "Yaudah nanti gw tanyain Cicis dulu, ntar gw kabarin ke lu yak."
Yovan mengangguk, "wokeh uncle, kalo gitu saya keluar dulu ya, uncle."
"Sip sip, thank you, Yov."
"Thank you juga, uncle."
Setelah itu Yovan keluar dari ruangan Jordi, berjalan menuju ruang tengah, tempat biasa karyawan duduk bersantai.
Sesampainya di ruang tengah, Yovan melihat ada Fitto yang sedang memainkan gitarnya.
"Eh, tuh anak tumben-tumbenan ke kantor," ucap Yovan pada dirinya sendiri. "Gw samperin aja dah."
Yovan menepuk bahu Fitto dari belakang.
"Astaga!" Fitto terloncat kaget, lalu menengok ke belakang. "Mas, bisa ga si gausah ngagetin?"
Sambil tertawa, Yovan berjalan dan duduk disebelah Fitto. "Lagian lu nya, bengong bengong doang. Kesambet baru tau rasa."
Fitto mendengus sebal, lalu kembali fokus pada gitarnya.
"Tumben, to, lu ke kantor? Biasa males banget lu kesini kalo ga disuruh," tanya Yovan.
"Gatau, mas," jawab Fitto. "Di rumah kaya ga mood banget," lanjutnya.
Yovan menatap Fitto bingung. "Lah tumben, biasa ga pernah pernah nya lu begini."
Fitto mengangkat kedua bahunya. "Kalo lu ngapain ke kantor?" Tanya Fitto membaliknya pertanyaan Yovan.
"Tugas di rumah pondok indah masih jam 11, terus sekalian nanya uncle buat bintang tamu KBP minggu ini," jawab Yovan.
"Lah, emang belom ada bintang tamu?" Pertanyaan Fitto dijawab gelengan oleh Yovan.
"Pusing banget gw," ucap Yovan sambil menyenderkan badannya ke sofa.
Fitto terdiam, lebih tepatnya sedang membantu Yovan untuk berfikir.
Tiba-tiba, terlintas sebuah ide dalam pikirian Fitto. "Mas!" Panggil Fitto antusias.
"Hah? Kenapa?" Tanya Yovan.
"Kenapa ga adek lu aja yang jadi bintang tamu? Nilai plus lagi karena Lila indigo," usul Fitto.
Yovan menggelengkan kepalanya. "Duh, To. Diajak buat ikut aja kadang nolak, apalagi disuruh jadi bintang tamu, mana mau dia."
"Coba dulu aja, mas," balas Fitto.
Sebenarnya, ide Fitto sangat boleh dicoba. Tetapi Yovan benar-benar ragu. Ia sangat tau sifat adiknya itu, dan.... Ya, kemungkinan besar Lila akan menolak.
"Nanti, deh," putus Yovan. "Uncle katanya mau tanya ke Frislly dulu."
Fitto menganggukkan kepalanya. Entah kenapa feeling-nya sangat yakin, bahwa Lila lah yang akan menjadi bintang tamu di KBP episode minggu ini.
~•~
Lila masih terlihat fokus mengerjakan semua tugas sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, dan belum ada tanda-tanda Lila akan berhenti untuk sekedar makan siang.
Tugasnya di minggu minggu ini benar-benar sangat tidak manusiawi. Sudah masuk hari ke-8 dimana Lila hanya tidur selama 3 jam demi menyelesaikan semua tugasnya.
Terlalu sibuk dengan tugasnya, Lila tidak menyadari bahwa sesosok anak kecil laki-laki yang mengikutinya dari kemarin ada disebelah rak buku dekat tempat tidurnya.
BUKK...
Lila tersentak kaget, ia menengok dan melihat bahwa salah satu novel miliknya yang setebal 500 halaman sudah tergeletak di lantai. Tidak mungkin karena angin, kan?
Sampai tiba-tiba matanya menangkap sosok anak kecil laki-laki yang masih berdiri diam di posisi awalnya.
"Kamu yang jatuhin bukunya?" Tanya Lila.
Anak kecil itu masih terdiam.
Lila menutup laptopnya, dan menghampiri anak kecil itu, lalu ia berjongkok di hadapannya.
Entah ada apa dengan anak kecil ini, tetapi Lila sama sekali tidak merasa takut ketika melihatnya. Mungkin karena memang secara fisik, ia tidak menunjukkan versi seramnya.
"Kenapa, hmm?" Tanya Lila lagi.
"Kamu belum makan," jawab anak kecil itu singkat.
Ah benar juga, Lila terakhir kali makan pada saat sarapan, lebih tepatnya pukul 8 pagi, dan sekarang sudah pukul 2 siang. Bisa jadi maag nya kambuh sebentar lagi jika ia tidak memutuskan untuk beristirahat dan makan siang.
Untuk pertama kalinya Lila bisa mendengar suara anak kecil ini, setelah tragedi piring jatuh, dan ketika ia mengikuti Lila ke lokasi syuting Kakak Beradik Podcast.
Sambil tersenyum, Lila bertanya, "nama kamu siapa?"
Lagi-lagi anak kecil itu terdiam.
"Yaudah gapapa kalo kamu ga mau kasih tau nama kamu," balas Lila. "Tapi makasih ya udah ingetin aku buat makan."
Lila berdiri, lalu berjalan keluar dari kamarnya.
"Oliver."
Lila menghentikan langkah kakinya ketika kembali mendengar suara anak kecil itu . Ia kemudian membalikkan badannya, menghadap anak laki-laki itu lagi.
"Nama kamu Oliver?"
"Ya."
Lagi-lagi Lila tersenyum. Muka Olivier sangatlah manis, begitupun dengan suaranya yang bisa Lila katakan cukup menenangkan. Tidak terlihat bahwa ia berbeda alam dengannya.
"Salam kenal, Oliver!"
~•~
Aiyoyooooo!
Kangen ga nih sama Fitto Lila? Kangen dong, masa enggak.Jangan lupa bintang sama komennya ya! See you nanti di Sabtu! 🙌
-SFT-
13 Oktober 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny, A Fiction Story About : Fitto Bharani
FanficPertemuan keduanya yang tidak terduga Pertemuan keduanya yang menimbulkan rasa nyaman Pertemuan keduanya yang menimbulkan rasa ingin melindungi Dan pertemuan keduanya yang menimbulkan kembali rasa yang pernah hilang. Alila Arnawama Rakha Seorang gad...