3. HEART 2

1.4K 90 0
                                    

"Ana, maaf. Aku harus di kirim ke Lebanon malam ini," ucap Samuel. Membuat Ana mengerutkan keningnya.

Kini keduanya tengah berada di parkiran depan gedung tadi. Yang kini mendadak menjadi rumah sakit dadakan. Beberapa orang diperiksakan untuk memastikan baik-baik saja.

"Bukannya kita diliburkan seminggu?" tanya Ana bingung, Samuel terdiam.

"Itu terkhusus untuk kamu, aku enggak sayang," ucap Samuel lembut. Ana menatap datar Samuel.

"Oke,"  jawab Ana. Hingga tak lama helikopter datang dan mendarat jauh dari mereka berada, Samuel mengecup pipi kanan dan kiri Ana, dan diakhir mengecup kening Ana.

Terakhir ia memeluk tubuh Ana dengan erat, mencium aroma leher Ana yang sangat candu.

"Gak lama, 3 bulan," ucap Samuel. Ana tersenyum tipis, Samuel berjalan menuju helikopter. Dengan beberapa anggota yang ikut bertugas.

Ia menatap sendu helikopter yang menghilang dari pandangannya. "Bu komandan, jangan sedih dong! Nanti pak komandan ngamuk sama saya!"

Ana hanya diam, tanpa sadar seseorang menyaksikan itu sedari awal. Langit merasakan hatinya sakit melihat itu.

Pandangan mereka bertemu, namun dengan cepat Ana memutuskan itu. Ia berjalan dengan langkah tegasnya, menuju kerumunan yang dimana teman SMA nya dulu di periksa.

"Kalau ada keluhan, silahkan bilang ke saya. Biar nanti saya data," ucap Ana dengan nada dingin dan tegas.

"Saya permisi," ucap Ana. Kemudian gadis berumur 27 tahun itu melangkahkan kakinya ke mobil.

Untuk mengambil pistolnya, ia baru saja melihat siluet Bara dan Sean. Ia harus berjaga-jaga, takut-takut karena mereka bersekutu dengan Fazal. Terlebih lagi disini banyak sekali orang.

"Mau apa kalian?" ucap Ana sembari menodongkan pistol nya ke Bara dan Sean. Membuat Bara dan Sean kaku, bukan kaku karena terpergok berada di sana.

Tapi kaku, karena  pistol yang mengarah ke mereka. "Buset! Sangar, halo Ana!!! Apa kabar, tenang! Gue mau jemput calon bini gue!" ucap Sean, ia kemudian memanggil seseorang.

Hingga datanglah Ina, membuat Ana menatap Sean penuh tanda tanya. Ina menatap Ana terkejut, ternyata yang menolong mereka adalah Ana. Karena tadi ia tak sempat melihat wajah para tentara tersebut.

Ina berlari menuju Ana, memeluk kakak yang sekaligus kembarannya ini. Menimbulkan pasang mata mereka ke kakak beradik ini.

Ana langsung mendorong kasar Ina, membuat gadis itu terjatuh. Semuanya terkejut akan perilaku Ana yang sangat kasar.

"Keterlaluan lo Ana! Gue tahu Ina salah disini, seenggaknya lo jangan kasar!" ucap Vancia, Ana terkekeh sinis.  Ia memainkan pistol yang berada di genggaman tangannya.

Dor.

Ana melayangkan tembakannya, ia kemudian mengode anggota nya untuk menjaga mereka. Dan sebagian lagi untuk ikut dengannya.

Anggota nya memberikan pistol besar dan panjang, Ana langsung berjalan menuju semak belukar itu. Membuka semak itu dengan perlahan, dan hal mengejutkan terjadi.

Cahya, masih ingat dengan gadis itu? Gadis itu kini berpakaian lusuh, dengan pakaian rumah sakit. Ana mundur beberapa langkah saat gadis itu berteriak-teriak dan menangis histeris.

***

Ana berada disebuah rumah sakit jiwa, bersama dengan Lala dan Kila. Kebetulan sekali rumah sakit ini bersampingan dengan gedung tadi.

HEART 2  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang